Mohon tunggu...
Meftahuda
Meftahuda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Hukum UIN SUSKA Riau

Kelahiran Bekasi 26 November 1999

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Al-Quran sebagai Pandangan Hidup Revolusi 4.0 Pada Abad 21

15 Desember 2020   12:29 Diperbarui: 15 Desember 2020   12:40 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allah SWT menciptakan manusia dengan bentuk sebaik-baiknya dibandingkan dengan ciptaan makhluk-makhluknya yang lain. Di samping itu, diciptakannya manusia itu sendiri tidak semata-mata sebagai makhluk hidup di muka bumi. Namun manusia sebagai sebuah hamba Allah yang diwajibkan untuk menyembah kepadanya. Manusia sejak pertama kali diciptakan dianugerahi tanggung jawab untuk menjadi pemimpin khalifah di muka bumi. Dalam hal ini, bagi Mahmud Hamdi Zaqzouq bahwa ketika diberikannya tanggung jawab khalifah di muka bumi, maka Allah SWT memberikan mekanisme (liyt) yaitu ilmu disertai dimensi-dimensinya yang dapat membantu umat manusia dalam menjalankan amanahnya tersebut serta menjadi kunci-kunci ilmu pengetahuan dan peradaban.

Dengan ilmu pengetahuan sebagai mekanisme yang terdapat pada diri manusia dalam menanggung tanggung jawabnya sebagai pemimpin (khlifah) telah membawanya kepada derajat yang sangat mulia bagi manusia di muka bumi ini. Pada hakikatnya hal tersebut merupakan anugerah yang melekat pada diri manusia sehingga Allah SWT memuliakan derajatnya baik di daratan maupun lautan. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam Al-Qur'an, Allah SWT befirman:

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan" (Q.S Al-Isra :70).  

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah memuliakan umat manusia. di atas ciptaanya yang lain. Tentu kemulian yang terdapat pada diri manusia adalah ilmu. Oleh karena itu, peran ilmu pengetahuan dalam membangun peradaban umat manusia tidak dapat diragukan kembali.

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam umat manusia telah mengalami beberapa perubahan sepanjang era kehidupan manusia di muka bumi ini. Di era kontemporer atau abad ke-21 ini umat manusia menghadapi beberapa tangatangan dalam menanggung tangung jawab sebagai pemimpin yang mengatur urusan manusia di muka bumi ini. Trend terkemuka yang di era kontemporer yang mendapatkan perhatian yang besar dari berbagai penjuru dunia adalah problematika mengenai fenomena revolusi indutri 4.0 sebagai proses kontinuitas revolusi industri sebelumnya. Pada hakikatnya tren tersebut merupakan refleksi dari tantangan Barat terhadap umat manusia di era kontemporer. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat Barat telah terdominasi pemahaman modern yaitu sekularisme yang memiliki makna kebebasan. Oleh karena itu, hadirnya eksistensi revolusi industri 4.0 umat manusia di era kopntemporer terlalu disibukkan oleh segala problematika kemanusiaan sehingga melupakan eksistensi yang lebih tinggi yaitu tuhan.

Dalam konteks ini, revolusi indutri 4.0 secara ekplisit ataupun implisit telah tersekularisasi sehingga fenomea industri 4.0 ini hanya fokus terhadap urusan masa depan umat kemanusiaan seperti IT (internet of think) dan robot, logistik dan lain-lain  serta telah memisahkan korelasi industri 4.0 dengan peran tuhan bahkan menghilangkannya. Oleh karena itu, maka dibutuhkan pendekatan yang dapat mengorientasikan industri 4.0 tidak hanya aspek kemanusiaan namun disertai kolerasi dengan tuhan atau biasanya dikenal dengan istilah "ukhrawi". Maka dengan hadirnya Al-Qur'an sebagai pandangan hidup dapat dijadikan pendekatannya yang diperluakan untuk mengorientasikan secara integral sebagaimana tradisi keilmuan Islam yang telah menerangi umat manusia secara berabad-abad.

Problematika Revolusi 4.0 

albert.io
albert.io
Di era kontemporer ini, manusia menghadapi berbagai macam problematika serta tantangan di dalam kehidupannya. Revolusi industri 4.0 merupakan salah satu peristiwa yang hadir di mana dalam perspektif Menristekdikti Mohamad Nasir bahwa: 

"Perubahan dunia kini tengah memasuki era revolusi indutri 4.0 dimana teknologi informasi menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas (borderless), data yang tak terbatas (unlimited) dan dipengaruhi oleh perkembangan internet serta teknologi digital yang sangat masif ". 

Maka dengan demikian tidak dapat diragukan kembali bahwa isu yang sangat relevan dengan kehidupan manusia di era kontemporer ini adalah fenomena revolusi indutri 4.0.

Terdapat perbedaan ragam mengenai definisi dari revolusi industry 4.0 itu sendiri oleh para ahli karena hal tersebut masih dalam tahap penelitian dan pengembangan. Namun istilah revolusi industri 4.0 merupakan kontinuitas perkembangan dari ide revolusi industr pertama yang lahir pada tahun 1784 di Inggris kemudian menurut European Parliamentary Reseacrh Service ide tersebut berevolusi sampai empat kali. Akan tetapi istilah industri 4.0 itu sendiri secara resmi lahir di Jerman pada saat dilaksanakan Hannover Fair pada tahun 2011. Dalam konteks perbedaan ragam definisi mengenai industri 4.0 akan lebih relevan jika kita mengutip dari sumbernya yaitu Jerman karena sebagai konteks lokalitas temporal serta fenomenologis dari lahirnya ide industri 4.0. Oleh karena itu, definsi mengenai industri 4.0 yang digagaskan oleh kanselir Jerman Angela Marke dapat relevan. Di mana dia mendefinisikan industri 4.0 sebagai: 

"transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui pengambungan teknologi digital dan internet dengan industri konvesional".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun