Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Penulis - Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyikapi Perbedaan Pendapat Tentang Awal Ramadan dan Syawal

10 Maret 2024   14:30 Diperbarui: 10 Maret 2024   14:43 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Agama RI, H. Yaqut Cholil Qoumas saat Konferensi Pers Sidang Isbat awal Ramadan 1444 H - sumber gambar: kemenag.go.id

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menyatakan:

"Katakanlah (Muhammad): "Hai orang-orang kafir! aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa pun yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku" (Q.S. Al-Kafirun: 1-6).

Ayat ini menggarisbawahi bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih agamanya sendiri, dan sebagai umat Islam, kita harus menghormati pilihan tersebut.

Rasulullah Muhammad SAW juga memberikan teladan dalam memperlakukan umat beragama lain dengan baik. Beliau menjalin hubungan yang baik dengan komunitas non-Muslim di sekitarnya, menghormati tradisi dan kepercayaan mereka, dan mempromosikan dialog yang saling menguntungkan.

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menyatakan:

"Siapa yang memberikan jaminan (keamanan) kepada seorang dhimmi, maka aku (Rasulullah) akan menjadi jaminan baginya di hari kiamat" (HR. Abu Daud)

Hadis ini menegaskan pentingnya melindungi hak-hak dan kebebasan beragama bagi semua individu, tanpa memandang perbedaan keyakinan.

Dalam konteks penentuan awal Ramadan dan Syawal, toleransi antarumat beragama berarti memberikan ruang bagi umat Islam dan komunitas non-Muslim untuk menjalankan ibadah dan tradisi agama mereka masing-masing tanpa tekanan atau diskriminasi.

Hal ini juga mencakup saling menghormati perayaan agama satu sama lain, menghargai perbedaan praktik keagamaan, dan menjalin kerjasama dalam membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan.

Selain toleransi, dialog antarumat beragama juga merupakan aspek penting dalam memperkuat keharmonisan sosial. Dialog yang berbasis pada saling pengertian dan menghargai perbedaan dapat membuka ruang untuk memecahkan konflik, mengatasi stereotip dan prasangka, serta membangun kerjasama yang berkelanjutan.

Dalam konteks penentuan awal Ramadan dan Syawal, dialog antarumat beragama dapat membantu memperkuat kerjasama dalam menjalankan ibadah dan merayakan perayaan agama dengan damai dan harmonis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun