Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Penulis - Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Skincare atau Nasi: Menggali Potensi di Tengah Melonjaknya Harga Beras

5 Maret 2024   11:00 Diperbarui: 5 Maret 2024   11:01 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumen pribadi

Penting untuk diingat bahwa kesenjangan ekonomi dan aksesibilitas juga memainkan peran besar dalam perdebatan ini. Di banyak negara, termasuk Indonesia, kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin terus membesar. Ketika harga beras naik, dampaknya mungkin lebih terasa pada mereka yang sudah hidup dalam kemiskinan atau rentan terhadap kerentanan ekonomi. Bagi mereka, membeli skincare mungkin bukanlah prioritas sama sekali; bahkan, membeli beras saja bisa menjadi tantangan.

Selain itu, perlu diakui bahwa industri kecantikan memiliki dampak besar pada lingkungan. Produksi dan distribusi produk skincare sering kali menghasilkan limbah dan polusi yang merugikan lingkungan, dari bahan kimia berbahaya hingga sampah plastik. Dalam konteks ini, ada pertanyaan etis tentang apakah memprioritaskan kebutuhan skincare yang mungkin tidak penting bagi kesehatan atau kesejahteraan kita secara langsung merupakan keputusan yang bertanggung jawab terhadap planet kita.

Namun demikian, bukan berarti kita harus mengorbankan perawatan diri dan kesehatan kulit kita sepenuhnya. Ada cara untuk tetap merawat kulit kita tanpa harus mengorbankan lingkungan atau keuangan kita. Salah satu pendekatan yang dapat diambil adalah dengan mengadopsi gaya hidup yang lebih sederhana dan berkelanjutan, yang mencakup penggunaan produk skincare yang ramah lingkungan dan terbuat dari bahan-bahan alami.

Selain itu, penting untuk mempromosikan kesadaran akan pentingnya kebutuhan dasar bagi semua orang. Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan individu-individu memiliki peran untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang sama terhadap makanan, air bersih, perawatan kesehatan, dan tempat tinggal yang layak. Tanpa pemenuhan kebutuhan dasar ini, pembicaraan tentang skincare atau kecantikan menjadi tidak relevan bagi banyak orang.

Dalam hal ini, pendekatan yang holistik dan inklusif diperlukan. Kita perlu mengadopsi sikap yang berpusat pada kemanusiaan, yang mengakui kebutuhan dan kepentingan semua orang, terlepas dari status ekonomi atau sosial mereka. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan, di mana setiap individu memiliki kesempatan untuk meraih kesejahteraan yang sebenarnya.

Dengan demikian, perdebatan tentang kebutuhan skincare di tengah kenaikan harga beras adalah cermin dari tantangan yang lebih besar yang dihadapi oleh masyarakat kita saat ini. Ini adalah tentang menciptakan keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan, antara kesejahteraan pribadi dan kesejahteraan bersama. Dengan mengadopsi pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih baik bagi semua orang.

Dalam masyarakat kita, terdapat perbedaan yang signifikan dalam akses terhadap produk-produk skincare dan bahan pokok. Bagi sebagian orang, skincare mungkin terasa seperti suatu keharusan untuk menjaga penampilan dan rasa percaya diri, sementara bagi yang lain, mungkin sulit untuk memprioritaskan perawatan kulit di tengah-tengah tekanan ekonomi yang mengakibatkan mereka berjuang untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Kesenjangan ini mencerminkan ketidaksetaraan yang lebih besar dalam masyarakat kita, termasuk ketidaksetaraan ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan, dan kesempatan pendidikan. Di satu sisi, ada mereka yang mampu membeli produk skincare mewah dan mengikuti tren terbaru dalam industri kecantikan, sementara di sisi lain, ada mereka yang harus berjuang setiap hari hanya untuk memastikan mereka memiliki makanan yang cukup untuk dimakan.

Dinamika ini menimbulkan pertanyaan yang mendalam tentang nilai dan prioritas kita sebagai masyarakat. Apakah kita harus terus-menerus mempertahankan budaya konsumtif yang mendorong kita untuk membeli barang-barang yang mungkin tidak kita butuhkan, sementara banyak orang lain berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka? Atau apakah ada cara untuk mengubah paradigma kita tentang kecantikan dan kesehatan sehingga lebih inklusif dan berkelanjutan bagi semua orang?

Pertanyaan-pertanyaan ini menggugah kita untuk merenungkan esensi dari kebahagiaan dan kesejahteraan. Mungkin saja, jawabannya bukanlah dalam jumlah produk skincare yang kita miliki atau seberapa mahal produk-produk tersebut, tetapi dalam kualitas hubungan yang kita bangun dengan diri sendiri dan dengan orang lain, serta dalam kemampuan kita untuk merasakan empati dan solidaritas terhadap mereka yang kurang beruntung. Kesejahteraan sejati tidak bisa diukur dari seberapa banyak barang yang kita miliki, tetapi dari bagaimana kita menyumbangkan apa yang kita miliki untuk kebaikan bersama.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perawatan diri memiliki nilai yang penting dalam kehidupan kita, tetapi nilai tersebut tidak boleh diukur hanya dari sudut pandang materi. Sebagai individu, kita dapat memulai dengan merefleksikan konsumsi kita dan mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan. Kita dapat memilih untuk mendukung merek-merek yang memiliki praktik produksi yang bertanggung jawab dan berkomitmen untuk memperbaiki ketidaksetaraan sosial. Sebagai masyarakat, kita dapat bekerja sama untuk mengatasi akar penyebab ketidaksetaraan, termasuk ketidaksetaraan ekonomi dan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas.

Dalam menghadapi dinamika harga beras yang melonjak, dan tantangan-tantangan sosial dan ekonomi lainnya, kita semua memiliki peran untuk dimainkan. Kita dapat memilih untuk berdiri bersama-sama, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, demi mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan berkelanjutan bagi semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun