Mohon tunggu...
Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Mohon Tunggu... Penulis - Menggores Makna, Merangkai Inspirasi

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membuka Pintu Keberkahan: Memahami Makna dan Manfaat Sedekah Ruwah dalam Budaya Syukuran Menuju Ramadhan di Desa-Desa

4 Maret 2024   10:36 Diperbarui: 5 Maret 2024   20:30 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumen pribadi (suasana sedekah ruwah di Desa Gunung Kembang)

Di balik gemerlapnya peradaban modern, kerlip lampu kota, dan kesibukan urban, terdapat kekayaan budaya yang kental tersemat di Desa-desa. Salah satu warisan budaya yang masih sampai hari ini adalah tradisi sedekah ruwah. Praktik ini menjadi momen penting dalam menyambut bulan suci Ramadhan di banyak desa di Indonesia, terutama di Desa penulis, Gunung Kembang, Merapi Timur, Lahat. Sedekah ruwah bukan hanya sekadar seremoni keagamaan, tetapi juga ungkapan syukur dan kebersamaan dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Tradisi sedekah ruwah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat desa di Indonesia, sebuah negara dengan kekayaan budaya yang melimpah. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat desa Indonesia telah lama mengamalkan tradisi-tradisi animisme dan kepercayaan pada leluhur. Keyakinan akan kehadiran jiwa-jiwa leluhur yang masih memperhatikan kehidupan mereka di dunia ini merupakan pijakan spiritual yang dalam bagi masyarakat desa. Ketika Islam masuk ke wilayah ini, ia membawa ajaran-ajaran baru yang kemudian diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sedekah ruwah, dalam konteks ini, menjadi sebuah simbiosis antara tradisi lama dan ajaran agama baru.

Pentingnya sedekah ruwah dalam masyarakat desa tidak hanya terletak pada dimensi spiritualnya, tetapi juga dalam hal kedekatan sosial. Praktik ini menciptakan ikatan yang erat di antara anggota komunitas, menguatkan solidaritas sosial, dan menjadi wadah untuk saling berbagi kebahagiaan dan kesedihan. Dalam budaya desa yang masih sangat terikat pada nilai-nilai gotong royong, sedekah ruwah menjadi momentum penting dalam menjaga keharmonisan dan kesejahteraan bersama.

Melalui pemahaman mendalam tentang latar belakang dan makna sedekah ruwah, kita dapat memahami betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat desa di Indonesia. Dalam tulisan ini, akan dijelaskan lebih lanjut tentang proses sedekah ruwah, manfaatnya bagi masyarakat, serta tantangan dan upaya pemertahanannya di tengah arus perubahan zaman. Dengan demikian, kita dapat lebih menghargai dan memahami kekayaan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat desa Indonesia.

Makna Sedekah Ruwah

Sedekah ruwah tidak hanya sekadar aksi berbagi materi. Lebih dari itu, ia membawa makna mendalam bagi masyarakat desa. Pertama-tama, sedekah ruwah adalah ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan. Masyarakat desa meyakini bahwa dengan memberikan sedekah ruwah, mereka akan diberkahi dengan kelimpahan rezeki dan keselamatan bagi seluruh anggota komunitas.

Kedua, sedekah ruwah adalah bentuk penghargaan terhadap leluhur dan nenek moyang. Dipercaya bahwa jiwa-jiwa leluhur masih memperhatikan dan memberkati keturunan mereka di dunia ini. Oleh karena itu, memberikan sedekah ruwah adalah cara untuk merawat hubungan spiritual antara generasi yang hidup dengan yang telah tiada.

Ketiga, sedekah ruwah memperkuat ikatan sosial di antara anggota masyarakat desa. Praktik ini melibatkan seluruh komunitas, baik yang mampu maupun yang kurang mampu secara finansial. Ini adalah momen di mana perbedaan sosial dan ekonomi dikesampingkan, dan solidaritas sosial menjadi landasan utama.

Proses Sedekah Ruwah

Proses sedekah ruwah dimulai jauh sebelum bulan Ramadhan tiba. Masyarakat desa bersiap-siap dengan membersihkan pemakaman leluhur dan mempersiapkan tempat untuk pengunjung yang akan datang. Pada malam hari sebelum acara, mereka berkumpul di sekitar makam, membaca Yasin dan doa-doa untuk arwah yang telah meninggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun