Mohon tunggu...
Mutiara Me
Mutiara Me Mohon Tunggu... Mahasiswa - saya

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Tak) Tahu Bahwa Tak Tahu

17 April 2018   02:40 Diperbarui: 19 April 2018   18:47 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: tinybuddha dot com

Apakah kita tahu apa yang kita tahu? Atau tahu apa yang kita tidak tahu? Mana yang kita lebih tahu?

Ini (mungkin) bukan fiksi. 

Hari itu, 16 April adalah hari istimewa Azka.  Hari yang sudah ditunggu-tunggu sejak ia resmi menjadi penerima beasiswa luar negeri untuk program doktor di Belanda. Azka akan menghadiri diskusi pertama bersama profesor, senior dan teman satu laboratorium-nya di sebuah universitas di Amsterdam. Ada rasa bangga, excited, namun terselip juga perasaan gugup. 

Tapi bukan Azka namanya kalau tidak percaya diri.  Ia adalah lulusan terbaik saat program master dan mencapai IPK tertinggi saat lulus dari program sarjana strata satu. Belum lagi seabrek prestasinya dan keberhasilannya sehingga ia bisa diterima di universitas terkemuka di Amsterdam.

Di ruang pertemuan, profesor dan sekitar 15 orang mahasiswa dari berbagai negara masuk ke ruangan itu, dan satu orang ternyata dari Indonesia, Angela namanya yang saat itu sudah di tahun ke-3. Mereka semua adalah mahasiswa doktor yang dibimbing oleh si profesor, senior Azka. 

Sang profesor memulai pertemuan ini dengan mempersilakan Azka untuk  memperkenalkan diri. Tanpa rasa canggung, ia langsung mempergunakan kesempatan itu untuk memberikan kesan positif ke hadapan profesor dan pembimbingnya. 

Ia menceritakan siapa dirinya, prestasinya, penelitian masternya, dan rencana penelitiannya dengan timeline yang akan selesai dalam waktu tiga tahun. 

Semua orang di ruangan tersebut mendengarkan Azka bercerita. Beberapa kali mahasiswa lain bertanya dengan antusias kepadanya. Azka lebih bersemangat lagi untuk menjawab dan bercerita. 

"Wah, ternyata gue hebat juga ya udah bisa selevel sama yang udah senior ini." Batin Azka terkikik. Setelah sesi perkenalan yang tidak singkat itu, agenda dilanjutkan dengan presentasi Angela, tentang progres penelitiannya. 

Saat presentasi Angela sudah dimulai, Azka terbengong. Ia tak percaya yang ia dengarkan... Angela... Bahasa Inggrisnya PARAH!!

"Sumpah parah banget, si Angela... gue pikir dia kan sudah tiga tahun di sini... masa dia ngomong "knowledge" aja "kenolej". Hahahah... gile lah trus risetnya itu gampang bangett, serius itu mah kalo buat gue, buat master doang kali... wkwkw"  cerita Azka saat ber-Skype-an dengan sahabatnya di Jakarta, Edo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun