Mohon tunggu...
Vega Mediana
Vega Mediana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ukulele Ini Bukan dari Hawaii, Tapi dari Jogja

22 Januari 2017   20:24 Diperbarui: 26 Januari 2017   22:59 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ukulele sudah tidak asing lagi di skena musik Indonesia. Reputasi Ukulele di Indonesia meningkat semenjak YouTube menjadi pengganti televisi untuk setiap orang, muncul bersamaan dengan berbagai website komunitas ukulele di internet. Sudah banyak musisi di YouTube yang menggunakan ukulele sebagai alat yang mereka gunakan untuk sekedar penghibur atau pun pembelajaran. Di Indonesia sendiri juga sudah banyak yang menggunakan ukulele sebagai instrumen utama yang dipakai. Skena ukulele semakin lama semakin banyak karena adanya beberapa komunitas seperti Ukeba di Bandung, Ukesub di Surabaya, dan Jakarta Ukulele. Tidak ketinggalan dua pemuda berasal dari Yogyakarta, Fadil Firdaus dan Wafiq Giotama.


Fadil dan Wafiq tertarik untuk mengembangkan alat musik khas Hawaii tersebut dengan memproduksinya pertama kali pada tahun 2010. Mereka merasa saat itu Indonesia belum ada ukulele Hawaii yang dari kualitas suaranya layak untuk masuk ke dapur rekaman, jika ada pun harganya pasti mahal dan harus mengambil dari luar negeri. Dari situ mereka melakukan ujicoba dan melakukan riset spesifikasi untuk menghasilkan ukulele dengan spesifikasi yang bisa masuk ke dapur rekaman.


Sudah merasa cukup baik dalam memproduksi dengan tangannya sendiri, Fadil dan Wadfiq membuat usaha mereka yang mulai aktif pada tahun 2011 yang dinamakan Pelem Ukulele. Beralamat di Jalan Ngipik Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Pelem Ukulele pada awalnya mengerjakan pesanan ukulele secara pribadi dengan jenis custom Hawaiian Ukulele. Karena hasilnya yang sangat memuaskan, beberapa musisi lokal, nasional, bahkan internasional pernah memesan ukulele di Pelem Ukulele. Tidak kalah dengan buatan luar negeri, buatan lokal ini menembus pasar dunia.


Pelem Ukulele ada dua orang pendiri, yaitu Fadil yang lebih ke arah marketing dan penjualan, dan Wafiq dibagian produksi. Mereka berdua sempat aktif bermusik. Fadil pernah menjadi seorang gitaris additional di sebuah band nasional dan seorang sound engineer. Wafiq sampai sekarang adalah seorang anggota group band bernama Answer Sheet.


Pelem yang berarti mangga dalam bahasa jawa dipakai karena pada awal produksi mereka menggunakan kayu pohon mangga dengan alasan suara yang dihasilkan berkualitas dan bahan yang mudah ditemukan, dan juga kayu pohon mangga adalah salah satu kayu kelas premium untuk ukulele. Mereka memproduksi ukulele Hawaii produksi tangan atau lebih dikenal dengan kata handmade yang mana bisa dipesan sesuai keinginan konsumen. Dibuat berdasarkan kegemarannya terhadap instrumen bersuara renyah dan keinginan untuk menghasilkan ukulele dengan kualitas baik.

Sebelum ada usaha ini, salah satu pendiri dari Pelem Ukulele, Wafiq, pernah mencoba recording dengan ukulele nya yang mempunyai harga yang tidak murah dan bisa dibilang merk dari ukulele nya berkelas, namun ia tidak puas dengan suara yang dihasilkan oleh ukulele tersebut. Ternyata ditemukan bahwaukulele tersebut belum all solid. Sudah lumayan tapi belum maksimal. Dari situ mereka ingin memudahkan para pecinta ukulele dengan memproduksi di tanah air dengan harga yang tidak terlalu tinggi, agar para pecinta ukulele tidak perlu mengeluarkan budget lebih untuk mengimport instrumen yang digemarinya.

Mereka berfokus pada pembuatan ukulele dari ukuran soprano, concert, tenor, dan baritone. Selain itu, mereka juga membuat guitalele (gitar yang berukuran mini namun ber-senar 6), guitalele junior, dan ukulele bass.


Spesialisasi mereka adalah membuat ukulele, karena selain keahlian mereka dibidang tersebut, mereka juga memaksimalkan penggunaan kayu. Mengingat ukulele mempunyai bodi yang lebih kecil dari gitar, maka kayu yang dipakai juga lebih sedikit. Tidak jarang juga mereka menggunakan kayu sisa pembuatan gitar. Yang sedang mereka kerjakan saat ini adalah mencari metode dalam meningkatkan produksi agar harga dapat ditekan, namun kualitas tetap terjaga.


Teknik memproduksi alat di Pelem Ukulele dilakukan secara otodidak oleh Fadil dan Wafiq. Mereka juga membaca banyak referensi dan berdiskusi dengan forum-forum internet luar negeri.


Fadhil menjelaskan proses produksi diawali sharing dengan pelanggan untuk menentukan jenis kayu, pembuatan bentuk mengikuti serat, penentuan ukuran fret hingga finishing. Dalam proses produksi tantangan yang sering ditemui adalah bagaimana menemukan kayu yang tepat. Karena semakin tua umur kayu, kualitas suara yang dihasilkan akan semakin bagus dan juga mempunyai garis serat indah.


Fadhil mengatakan bahwa untuk menghasilkan alat musik ukulele custom yang baik diperlukan kesabaran khususnya terkait pemilihan dan pencarian bahan hingga detil produksi yang harus telaten dkerjakan. Tantangan selama utama selama ini adalah permasalahan intonasi dan tingkat presisi dari ukuran fret.


Pelem Ukulele menggunakan kayu seperti kayu rosewood atau sonokeling pada bagian nut dan saddle dan yang sudah benar-benar kering serta menggunakan senar yang langsung di import dari Italia. Produksi Pelem Ukulele menggunakan mesin pemotong yang bisa dibilang sudah modern. Walaupun sudah memakai mesin yang sudah modern, detil dari pembuatan ukulele sangat diperhatikan. Para pengrajin yang bekerja untuk Pelem Ukulele sudah mendapatkan pelatihan dan mereka juga adalah orang-orang yang gemar terhadap alat petik tersebut. Mereka memiliki keahlian untuk mengerjakan detail dari setiap ukulele yang diproduksi, seperti memperhatikan bodi dan komposisi.


Melalui produk yang berkualitas tak heran produksi Pelem Ukulele mampu bersaing dengan produk buatan luar negeri. Hal ini juga terbukti dari pemasarannya yang sampai dijual keluar negeri, seperti Belgia, Korea, Amerika, Jepang dan beberapa negara lainnya. Beberapa musisi juga sudah menggunakan produk mereka, seperti Arum dari Tetangga Pak Gesang, Fadli Padi dari Musikimia, Aiyu Traya, Ivan Penwyn dari Payung Teduh, serta Francesco Albertazzi, musisi dari Italia.

Dalam pasaran kualitas dan harga internasional produk Pelem Ukulele bisa dijual diatas harga 5 juta rupiah ke atas. Sementara untuk produk dengan kualitas normal dari Pelem Ukelel dihargai hanya 2 juta rupiah. Harga yang ditawarkan ada yang ratusan sampai jutaan, tergantung model dan bahan yang diminta si pelanggan.


Pelem Ukulele mempunyai web untuk pemasaran, bisa dilihat di pelemukulele.com. Semua informasi tentang Pelem Ukulele dari macam-macam ukulele, sound, sampai spesifikasi tersedia di web tersebut. Para calon pembeli juga bisa lihat video review dari ukulele hasil produksi Pelem Ukulele di we tersebut. Tidak hanya web, Pelem Ukulele juga memanfaatkan sosial media, salah satunya adalah instagram dengan username @pelemukulele. Tersedia kontak yang bisa diubungi untuk pemesanan.


10 tahun ke depan Pelem Ukulele bisa berproduksi secara massal, berpabrik dan tetap melayani pecinta dan penikmat ukulele. Pelem Ukulele akan tetap berkarya, dan menjadikan Pelem Ukulele sebagai parameter ukulele di Indonesia.


Dua pemuda ini mengajarkan kita untuk kreatif, tekun, dan tidak takut untuk mencoba hal baru. Pemikiran mereka bisa menjadikan Pelem Ukulele salah satu produk yang diakui dunia. Meskipun sudah diposisi ini, mereka tetap rendah hati untuk bereksplorasi. Dari sebuah hobi menjadi bisnis yang menguntungkan. Siapa sangka dua anak desa sekarang memiliki penghasilan kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun