Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengikat Batin Merajut Silaturahmi Saat Pandemi, Beda Cara Antargenerasi

13 Mei 2021   22:20 Diperbarui: 13 Mei 2021   22:21 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi silaturahmi virtual (bbc.com/diunduh)

SUDAH berapa lama kah kita tak bisa bersilaturahmi langsung, atau sekadar menjalin komunikasi dengan kerabat dan sanak saudara? Nah, jangan lewatkan lebaran kali ini untuk tetap bisa melakukannya.


Ya, pandemi masih menjadikan situasi keterbatasan kita untuk bisa leluasa bepergian saling berkunjung. Bahkan, untuk sekadar mengunjungi keluarga dekat dan kerabat yang ada di daerah lain atau kampung halaman.


Tetapi, sekali lagi momen lebaran bisa menghadirkan kondisi dan suasana berbeda. Kita yang mungkin masih kerap harus menunda-nunda karena kesibukan, maka ketika lebaran lah saat yang tepat. Tak sekadar menyambung silaturahmi, namun juga untuk berkumpul dan kebersamaan yang lebih berkualitas.


Selain memang diwajibkan kepada semua kaum muslim untuk maaf-memaafkan (halal bihalal), silaturahmi saat lebaran juga punya makna dan nilai tersendiri. Makna bahwa ikatan kekeluargaan dan kekerabatan yang memang harus selalu diperkuat.


Nilai lainnya, lebaran berarti merayakan 'kemenangan' hati dan jiwa dengan gembira,  setelah sebulan penuh menjalani puasa ramadan. Dalam suasana ini, maka empati yang akan muncul, bahwa tidak boleh ada satupun keluarga dan sanak saudara yang mengalami kesusahan dan tidak bisa sama sekali merayakannya.


Dengan silaturahmi, batin dan rasa kekeluargaan dan persaudaraan tentunya akan semakin terikat, dan yang sempat terputus bisa tersambung kembali. Sebaliknya, jika sengaja tidak mau bersilaturahmi, maka pasti akan ditanyakan dan dicari keluarga dan saudara sesama.


Kondisi pandemi, memang banyak memunculkan ketidaknormalan dari yang biasa kita lakukan sebelumnya. Akan tetapi, bukan berarti pandemi mengurangi atau bahkan sengaja meniadakan sama sama sekali silaturahmi saat lebaran kini.


Bagaimana agar silaturahmi tetap terjaga di saat pandemi? Harus pandai-pandai disikapi memang, bagaimana bersilaturahmi yang tepat dalam kondisi tidak normal akibat pandemi.


Keluarga Terdekat dan Paling Tua

Dalam sebuah keluarga dan kerabat sanak saudara, pasti ada anggota paling tua atau yang dituakan. Mereka lah yang wajib didatangi dan didahulukan ketika kita bersilaturahmi.


Orang tua sendiri atau ayah-ibu mertua, juga saudara yang menjadi paman-bibi kita, sebisa mungkin tetap kita kunjungi. Mereka juga yang akan menjadi jujugan, dan tidak mungkin menyempatkan diri yang mendatangi kita lebih dulu.


Terlebih, yang orang tua sendiri yang sudah sangat renta, atau bahkan dalam kondisi sulit berjalan, maka kita tetap wajib bersilaturahmi dan sungkem (meminta maaf) langsung. Ketika sedang sakit, tidak harus semua anggota keluarga kita mendatanginya, karena memang beresiko sebagai komorbid Covid-19 saat masa pandemi.


Untuk keluarga besar, juga menjadi rentan saat silaturahmi. Upayakan kedatangan semua kerabat bergiliran dan terbatas jumlahnya, agar tidak terjadi kerumunan terlalu banyak.


Hadirkan Momen secara Virtual

Silaturahmi masa pandemi, bisa jadi tidak bisa diikuti semua anggota keluarga, terlebih yang masih cucu atau bahkan cicit. Jika ini harus terjadi, maka sebisa mungkin tetap menghadirkan momen silaturahmi pada orang tua kepada semua anggota keluarga yang paling muda sekalipun. Ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan konten digital secara virtual.


Silaturahmi virtual ini bisa dilakukan real time, atau mungkin setelah usai atau bahkan sebelumnya. Untuk yang virtual langsung, bisa cukup dengan merekam video momen silaturahmi yang berlangsung. Fokusnya tetap pada aktivitas sungkem, adab dan kebiasaan baik keluarga, terlebih pada orang tua atau yang dituakan.


Momen silaturahmi virtual yang diambil utuh, maka lebih pas dihadirkan atau diunggah setelah acara. Sementara, jika dilakukan sebelumnya, maka bisa dipilih dokumen atau file-file foto lebaran tahun-tahun sebelumnya. Format slide atau sekuel foto lebih baik karena tidak membosankan.
Usahakan pilih foto-foto best moment yang menampakkan orang tua dan seluruh kerabat dari masa ke masa. Harapannya, anggota keluarga paling kecil pun akan mengenali semua kerabat dan sanak saudaranya.


Yang dilakukan Luqman Hakim dan Nadiyatul Adabiyah misalnya, sengaja membuat konten video berisi slide foto-foto menarik yang juga memunculkan keluarga. Video ini sejatinya momen pernikahan pasangan muda yang belum lama menikah ini. Akan tetapi, video ini dikontekstualisasikan dengan ucapan menunaikan dan doa puasa ramadan.


Kebetulan, mereka memang harus jauh terpisah dengan keluarga inti karena tempat kerja. Dan, silaturahmi lebaran tahun ini belum tentu bisa dinikmati bersama semua kerabat dan anggota keluarga lainnya.


Cara ini lebih praktis, terlebih jika semua anggota keluarga hingga paling kecil tergabung dalam grup messenger, seperti whatsapp atau telegram. Tentunya, ini dilakukan untuk bisa menguatkan ikatan batin dan menjaga silaturahmi, agar tetap selalu terjalin. Akan lebih baik jika punya akun medsos keluarga, maka bisa diulik sewaktu-waktu oleh semua. Memang, butuh perangkat gadget android yang memadai untuk bisa melihatnya.


Akan tetapi juga, dalam menghadirkan momen silaturahmi secara tak langsung ini, hindari memilih konten video atau slide foto yang kurang pas, yang akhirnya justru bisa memunculkan hal kurang baik bagi semua keluarga dan kerabat.


Misalnya saja, foto atau rekaman video yang menampakkan kontras, baik gaya pakaian atau cara makan, perlu diperhatikan betul. Jangan sampai konten yang dibuat dan disebar justru menyinggung, atau kurang membuat nyaman salah satu anggota keluarga.


Terpenting lagi, adab dan cara silaturahmi secara daring ini perlu dijaga dan diperhatikan betul, meski tujuannya semata merajut dan menjaga silaturahmi. Komentar berlebihan, atau bahkan yang tidak perlu, sebisa mungkin dihindari dalam grup messenger. Terlebih, jika ini menyangkut marwah dan martabat orang tua atau orang yang dituakan dalam keluarga dekat kita.


Cara silaturahmi virtual seperti ini memang bisa menjadi pilihan menggantikan momen yang tak bisa dilakukan. Tetapi, cara silaturahmi yang tetap berkeadaban, tidak akan mengurangi nilai dan makna silaturahmi yang sebenarnya. Yakni, menguatkan ikatan batin dan tali kekeluargaan. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun