Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jika Kita Sehat, Yakinlah Virus Mutan Apapun Minggat!

4 Januari 2021   23:52 Diperbarui: 5 Januari 2021   00:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pemakaman protokol covid-19 (foto/ tangkapan gambar whatsapp)

AWAL tahun baru, kita dan bangsa lain di dunia, mungkin masih dibayang-bayangi kengerian lama. Harapan baru di pergantian tahun 2021 ini masih dilingkupi tanda tanya besar yang cukup meresahkan. Virus mutasi Covid-19 salah satunya.

Kajian medis menyebutkan, mutasi genetis bisa terjadi secara alamiah, termasuk pada virus. Hal ini terjadi saat virus sedang mereplikasi dirinya di dalam sel tubuh manusia. Ini artinya potensi mutasi genetis ataupun pembelahan diri pada virus terjadi hanya pada tubuh makhluk hidup, karena sel-sel genetisnya juga masih aktif.

Dalam konteks ini, tubuh orang yang sudah dihinggapi virus covid-19 lah yang paling riskan menjadi tempat virus mutasi-nya. Hanya, ada kekhawatiran virus keturunan hasil mutasi ini memiliki sifat persebaran dan kemampuan penularan lebih cepat dibanding virus covid-19 yang lama. Menakutkan juga sih.

Berkaca pada kasus konfirmasi positif covid-19 atau kematian pengidap yang diduga disebabkannya, memang sangat membahayakan bagi pasien yang mempunyai penyakit penyerta (komorbid). Seperti, penyakit paru-paru atau diabetes. Tetapi, paramedis menyebut virus mutasi covid-19 ini berbahaya juga bagi pengidap kanker.

Nah, orang dengan riwayat atau resiko gejala kanker ini juga yang perlu hati-hati. Dibanding komorbid paru-paru, gejala kanker memang memiliki potensi dan penyebab berbeda, namun lebih luas ancaman resikonya. Penyakit kanker bisa menyerang siapa saja, bahkan pada kelompok usia muda dan anak-anak.

Membincang soal covid-19 memang seperti tak ada habisnya, sama halnya kapan berakhirnya pandemi corona ini yang belum bisa dipastikan. Dari berbagai kasus kemunculan hingga antisipasi pencegahan dan penanganannya, sudah ada yang berkeyakinan virus ini benar-benar ada dan sudah meluas. Kesimpulan lainnya, pandemi kini telah memunculkan sebuah seleksi alamiah: bahwa yang sehat dan berperilaku tetap sehat lah yang bisa bertahan menghadapinya.

Apakah covid-19 bisa dilawan dan dimatikan? Pada konteks ini belum ada yang bisa memastikan. Pemerintah sendiri tengah mengupayakan vaksinasi untuk melindungi rakyatnya dari pandemi virus ini. Tetapi, lagi-lagi ini masih memunculkan sebuah pertanyaan besar, sejauh mana realisasi dan kemampuan vaksin yang bakal diberikan nantinya.

Belum lagi nih, walau tampak dan merasa sehat-sehat saja, bisa saja kita sebenarnya masih belum terbebas sama sekali dari momok covid-19 ini. Berada di zona hijau kluster covid-19 pun, belum menjamin lepas dari ancaman virus pandemik ini. Tidak ada kasus terkonfirmasi positif covid-19 di lingkungan kita, bukan berarti aman-aman saja.

Karuan saja, sebenarnya masih didapati keberadaan virus Corona yang pasti, yang menyeluruh di semua daerah. Ini karena masih ada ketimpangan, antara jumlah populasi warga dengan sampel pemeriksaan, baik melalui rapid tes antibodi atau tes swab/PCR. Standar WHO (Badan Kesehatan Dunia) menyebut, supaya bisa terdeteksi Covid-19, Indonesia harus melakukan tes swab minimal 267 ribu orang per minggunya. Sayangnya, dari 34 provinsi yang ada, masih 5 provinsi yang berhasil.

Ketidakpastian lainnya, antara percaya gak percaya sih, banyak orang kini juga meragukan keandalan tes deteksi covid-19, termasuk ada tidaknya virusnya sendiri. Rumor yang berkembang, rapid tes antibodi yang hanya melihat sampel darah, atau antigen yang memeriksa lendir, tidak secara otomatis mendeteksi adanya virus covid-19.

Kasus lainnya, setidaknya bisa berkaca pada banyaknya kasus kematian pasien RS akibat komorbid sebenarnya, namun saat perawatan terkonfirmasi suspect. Ujung-ujungnya, agar tidak membahayakan dan berpotensi penularan, maka pemulasaran jenazah dilakukan dengan protokol covid-19.

Imunitas dan Pola Hidup Sehat

Perbincangan saya dengan seorang tenaga kesehatan faskes tingkat pertama suatu ketika, mengakui wabah covid-19 seperti tak terbendung. Namun, pada saat yang sama Indonesia dianggap terlambat dan kurang ketat terkait antisipasi pencegahan dan penularannya. Dan, didapati kesimpulan yang terjadi akhirnya adalah seleksi alam: imunitas lemah dan yang sudah berpenyakit komorbid, paling rentan dan terancam terserang virus ini.

Soal imunitas, tentu tidak terlepas juga dari pola hidup kesehariannya. Bagi orang sehat, hidup bersih dan seimbang pasti sudah dijalani. Dan, kebiasaan dan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) ini, sudah menjadi program bagi kesehatan masyarakat yang sudah disosialisasikan bertahun-tahun lamanya, jauh sebelum kemunculan pandemi covid-19.

Tak hanya orang dewasa dan lansia, PHBS juga banyak diajarkan pada kelompok anak-anak, dalam lingkup pendidikan. Jika ini benar-benar diterapkan, imunitas masyarakat kita tetap terjaga. Sedikit bisa disimpulkan, kecilnya kasus covid-19 yang menyerang anak-anak dan usia muda, karena mereka sudah terbangun kebiasaan hidup bersih dan sehat ini.

Di luar ini, keyaninan sudah lama memberi tuntutan kita. "Dalam tubuh sehat, terdapat jiwa sehat dan kuat pula." Kita juga sudah diajarkan keyakinan dan adab kesehatan, seperti menutup saat bersin, sering-sering mencuci dan menjaga anggota badan tetap bersih, membersihkan lingkungan, tidak gampang bersentuhan, hingga tidak berlebih-lebihan dalam urusan makanan, atau ketenangan batin dan pikiran. Ini tinggal kita praktikkan dalam keseharian kita!

Depresi, stres atau cemas berlebihan ini juga yang diyakini terjadi pada masyarakat kita, terlebih pasien. Tidak bisa langsung didiagnosa memang, namun kemunculannya sangat rentan memicu melemahnya imunitas atau daya tahan tubuh. Ancaman yang sering muncul pada kasus ini, akhirnya bisa menyebabkan pasien bermasalah pada organ metabolisme, hingga kegagalan jantung dan pernafasan.

Singkatnya, adanya virus covid-19 ataupun mutan turunannya, belum nyata bisa dimatikan seketika oleh vaksin atau obat. Maka, kembali kepada diri kita masing-masing untuk lebih menjaga imunitas diri sekaligus melindungi keluarga dan orang-orang terdekat. Imunitas tubuh yang kuat saat kita sehat, akan menjauhkan dari makhluk asing mikroorganisme jahat, bakteri atau virus apapun, atau virus mutasi keturunannya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun