Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Titip(an) dalam Politik, Maknanya Apa?

18 November 2020   13:13 Diperbarui: 19 November 2020   07:46 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi.(FREEPIK) via Kompas.com

AKHIR-AKHIR ini kata titip begitu kerap terdengar. Titip menjadi bahasa yang mudah diucapkan, tidak lagi oleh orang yang tak memiliki kuasa atau kesempatan melakukannya. Kata titip pun kini bisa keluar kepada siapa saja, tak peduli kepada orang yang tak dikenal sekalipun.

Dalam kondisi normal, titip menitip seakan menjadi bagian dari sosiokultur kehidupan masyarakat kita. Meski begitu, titip menitip ini tidak berlaku umum dan terjadi pada sembarang orang. Titip menitip sejatinya bentuk hubungan sosiologis yang tetap tak bebas nilai dan tanpa pamrih.

Anda pernah dititipi terkait barang belanjaan orang lain? Atau menitipkan sesuatu untuk kemudian diteruskan dan diserahkan pada orang yang berbeda? Dalam hubungan keluarga, kekerabatan, maupun tetangga, hal ini mungkin lumrah dan bisa saja terjadi sewaktu-waktu.

Tetapi, dalam lingkup hubungan lebih luas, maknanya bisa lain walau bentuknya tak berbeda. Nilai titip-menitip bisa lebih dari sekadar 'budaya' saling berganti peran atau tolong menolong, antarsesama teman atau mungkin tetangga. Titip menitip bisa juga berarti sama-sama membutuhkan dan saling menguntungkan (mutualisme).

Lebih divergen lagi maknanya, ketika titip-menitip berlangsung dalam konteks pekerjaan dan hubungan ekonomi. Nilainya akan menjadi akan dapat apa jika mau dititipi, dan dimaknai dalam pemahaman imbal-jasa atau balas budi.

Ada lagi relasi yang akan terbangun terkait titip-menitip yang bisa lebih mengikat, yakni terjadinya hubungan transaksional. Nah, transaksi titip-menitip ini pula yang bisa banyak terjadi di dunia politik. Bisa saja akan berdimensi singkat (pragmatis), namun sangat mungkin juga bisa melahirkan ikatan dalam jangka lebih panjang.

Titip-Menitip yang Menyimpang

Sekali lagi, pembahasan soal titip-menitip bukan lah sederhana. Secara alami, titip menitip ini bisa jadi naluriah kita dan dilakukan atas dasar sama-sama suka alias tidak ada perasaan terpaksa. Dalam konteks bertetangga, mungkin emak-emak lah yang lebih tahu karena kerap mengalaminya.

Melebihi dari itu, titip menitip sejatinya juga relasi hubungan, yang mengikatkan diri antara si penitip dengan orang yang dititipi. Selain itu, maksud dari titip menitip tidak dimaknai begitu saja oleh setiap orang seperti apa yang diucapkan. So, jika anda berniat dan menyatakan titip sesuatu, persepsi yang ditangkap orang yang anda titipi juga bisa tidak sama.

Suatu misal, ketika teman anda sedang berlibur jauh dan berjalan-jalan luar kota. Anda lalu mengatakan titip dibelikan 'oleh-oleh' tertentu. Anda mungkin sekadar iseng, atau sebaliknya ingin meminta dibelikan cuma-cuma. Namun, bisa jadi ini dimaknai teman anda sebagai keinginan, namun harus dipenuni dengan 'ngutang' duitnya dulu. Nah, beda maksud dan pemaknaan kan?

'Titip' bisa mengalami pergeseran makna dan memang punya konotasi berbeda, selain arti sebenarnya. Ilustrasi titip 'oleh-oleh' di atas, bahkan bisa berkonotasi agak menyimpang. Kata 'nitip' bisa menjadi kesengajaan dan kamuflase maksud si penitip, bahwa ia sebenarnya ingin meminta sesuatu tanpa harus mengganti ongkosnya. "Lah wong, saya kan nitip siapa tahu mau dibelikan (ya, sebagai hadiah pertemanan mungkin)".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun