Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Coffeestory #3: Influencer (Sejati), Nggak Harus Menunggu Digaji Jokowi!

17 Oktober 2020   18:19 Diperbarui: 6 November 2020   13:55 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto: dokumen pribadi)

APAPUN kondisinya, idealisme tak boleh mati! Mungkin ini bahasa pas menggambarkan sosok Ruris Afrizal (41), pria kalem yang punya kebiasaan menikmati hangatnya kopi di sela kesibukannya tiap hari. Berkali-kali dijumpai penulis di kedai kopi, ada kebiasaan sama yang dilakukan.


Sekilas, ia lebih tampak sebagai pria sederhana, dengan pembawaan apa adanya. Tidak terlihat sangat goodlooking, tetapi sikapnya begitu easy-going. Inipun terlihat suatu ketika, saat pada waktu bersamaan berada di sebuah kedai kopi di Kabupaten Malang yang sama dengan penulis.


Siapa sejatinya Ruris, bisa jadi tidak begitu dikenal banyak orang. Bahkan, puluhan pengunjung kedai yang silih berganti duduk di sekitarnya saat ngopi, mungkin juga tidak mengenalnya sama sekali. Dan sebaliknya, ia pun tampak tak begitu merisaukannya.


Tetapi, ada yang tidak biasa pada dirinya. Hal yang menjadikannya menjadi orang 'luar biasa', untuk tidak menyebutnya istimewa. Begitu sibuk dengan perangkat gepeng di tangan menjadi rutinitas di sela waktu ngopinya. Mulutnya tidak banyak berucap, namun kedua ibu jarinya hampir tanpa henti menyentuh layar gadgetnya. Waktunya selalu sibuk mengetik, menggeser (scrolling), dan mencari-cari (browsing) pada tab android kesayangannya.


Siapa sangka, apa yang dilakukan bapak ini bukanlah kesenangan belaka. Jika diperhatikan betul, aktivitasnya seperti orang yang sedang bekerja. Bahkan, bisa melebihi seorang jurnalis atau editor sekalipun. Sambil menikmati ngopi, ia begitu asik mengikuti nalar kritisnya, lalu menuangkan semua atensinya pada hal tertentu, menjadi sebuah produk kata-kata yang dirangkai dari jarinya. Isu-isu publik dan kebijakan rezim penguasa begitu disukai dan hampir selalu menjadi interesnya, lalu diunggah di akun facebook miliknya, Rizal New. 


Berpindah ke tempat lain, masih dalam suasana ngopi, penulis mendapati seorang Asep Suriaman (39). Hampir sama dengan Ruris Afrizal, pemuda ini tak bisa lepas dari kopi di depannya. Kerapkali, lembar koran harian tak dilewatinya di sela menikmati coffeetime-nya. Kang Asep, begitu ia kerap disapa, juga sosok yang memang dikenal lebih concern pada kebijakan dan isu publik lokal.


Yang tampak berbeda, Kang Asep ini juga lebih kerap disibukkan dengan mengobrol untuk berkirim pesan (chatting) entah kepada siapa. Penampilannya juga tidak perlente dan bossy amat, bahkan ia juga lebih sering mengenakan sarung dan kemeja koko, sesekali berkopiah hitam kebanggaannya. Ya, kurang lebih sosok yang ditonjolkannya menyerupai seorang santri gaul. Hehe! Satu lagi, Kang Asep ini jangkauan ngopinya lebih jauh, berpindah-pindah tempat.


Kebiasaan Bang Ruris ataupun Kang Asep ini merupakan contoh saja, keduanya suka ngopi berlama-lama, namun tak sekadar untuk menghabiskan waktu senggang. Bagi mereka, duduk di meja kedai bukan berarti tak ada hal bermakna yang bisa dilakukan atau didapatkan. Ngopi di kedai memang kesenangan, tetapi juga mungkin ada hal besar dan berdampak melebihi sekadar kebiasaan ini.


Singkatnya, keduanya sejatinya bisa disebut orang yang kuat konsistensi dan empatinya. Mereka tampak acuh, tetapi sebenarnya tak melewatkan begitu saja setiap waktu yang dimiliki untuk tidak memikirkan apapun di luar dirinya. Terlebih, pada gejala dan isu yang dikhawatirkan bisa merugikan kepentingan publik. Jika mendapati 'ketidaklaziman', keduanya pun risau dan tak segan langsung mempertanyakan, meski hanya melalui saluran maya dengan perangkat komunikasi digital yang dipunyai.


Kebiasaan yang ditunjukkan dua sosok penyuka kopi ini bisa dikategorikan sebagai pengguna aktif dan warga internet (netijen). Nyaris tidak ada informasi terbaru yang dilewati, paling sering kebijakan penguasa dan kepentingan publik. Mereka akan cepat-cepat menjadi kritis pada isu publik ini. Keduanya tak segan memberi informasi tambahan atau narasi alternatif, yang memperkuat dan lebih mencerahkan, atau sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun