Pernah nggak sih kamu lagi scroll TikTok, terus nemu video "cuan sehari sejuta dari saham?" Atau ada teman yang tiba-tiba update story, "Akhirnya bisa beli iPhone hasil reksadana". Pernah gak?
Lalu kamu pun kepikiran, "Hmm... harusnya aku juga bisa kali ya?"
Dan boom! Langsung deh kamu download aplikasi investasi, top up, klik-klik beli, tanpa tau risikonya dulu. Udah ketebak yaa selanjutnya bakal gimana, apalagi kalau bukan rugi, duit pun melayang dan kamu pun menyesal. Tapi pernah nggak kamu mikir, kenapa kita gampang banget ke-trigger sama tren investasi kayak gini?
Fenomena ini nggak asing lagi di kalangan Gen Z, yang mana kita hidup di era serba cepat termasuk urusan uang. Tapi di balik semangat "pengen cuan cepat", banyak yang lupa satu hal penting: investasi nggak cuma soal untung, tapi juga soal siap rugi. Gen Z dikenal paling update. Sayangnya, itu juga bikin kita paling gampang kena FOMO atau fear of missing out.
Begitu liat orang lain sukses di crypto, kamu pun langsung pengin ikut. Ada yang ngomong "reksadana aman", langsung gas. Padahal, tiap instrumen investasi punya risikonya sendiri.
Yang sering kelupaan, nggak semua strategi cocok buat semua orang. Kadang kita ikut tren, tapi nggak ngerti konteks. Akhirnya malah stress pas dapet grafik merah, bukan hijau. Fenomena ini diperkuat dengan keterangan OJK bahwa banyak Generasi Milenial dan Z yang terjebak pada risiko di sektor keuangan karena rendahnya literasi keuangan digital. Padahal, memahami risiko justru penting agar kita bisa melindungi diri dari berbagai bentuk kejahatan finansial di era teknologi yang terus berkembang.
Aku pernah ngobrol sama temen yang dulu semangat banget ikut crypto pas lagi rame-ramenya. Dia bilang, "Waktu itu aku mikir investasi tuh pasti untung. Semua orang ngomongnya gitu". Sekarang dia lebih hati-hati, bahkan mulai belajar literasi finansial dari nol.
Dan aku rasa banyak dari kita juga begitu kayak harus "kejedot dulu" baru paham maknanya. Nggak apa-apa. Salah langkah itu bagian dari belajar. Yang penting, jangan berhenti di situ.
Risiko dalam Investasi Itu Bukan Musuh
Banyak pemula yang takut rugi, padahal rugi itu bagian dari permulaan. Yang bahaya justru kalau kita nggak tahu apa yang kita mainin. Reksadana, saham, deposito, bahkan emas sekalipun semuanya punya risiko dan tujuan berbeda. Tugas kita bukan menghindar, tapi ngerti. Mulai dari hal sederhana: tau produk apa yang dibeli, tau kenapa beli, dan tahu batas kemampuan diri. Biar nggak kaget waktu grafik turun, dan nggak terlalu euforia waktu hijau, dalam investasi, cepat senang atau cepat panik dua-duanya bisa bikin kalah.
Nikmatin Aja Prosesnya
Masalahnya, banyak Gen Z pengen hasil instan. Padahal, uang juga butuh waktu buat tumbuh. Nggak semua hal bisa dikejar dengan semangat "ayo sekarang juga!" Investasi itu maraton, bukan sprint. Kadang kamu akan ngerasa bosan, kadang pengen berhenti, tapi kalau sabar hasilnya bakal beda. Bahagia finansial itu bukan berarti punya banyak uang, tapi punya kendali atas uangmu.
Tahu kapan harus nabung, kapan boleh jajan, dan kapan berani ambil risiko. Investasi sering dikaitkan sama ambisi: pengen punya banyak uang, pengen bebas finansial sebelum umur 30.
Tapi kenyataannya, yang bikin seseorang bertahan bukan cuma strategi, tapi juga kebiasaan. Kamu bisa banget mulai dari hal kecil ini: