Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang memberi ruang untuk menulis pengalaman dan ikut mengkampanyekan "Kerja Layak PRT dan STOP PRT Anak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Resep Singkat Menambahkan Kebahagiaan pada Anak dalam Proses Belajar

27 Oktober 2017   13:06 Diperbarui: 27 Oktober 2017   14:12 2268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sinilah penting adanya kesamaan pemahaman antara guru, orang tua dan siswa, bahwa kegiatan di sekolah bukan hanya tanggung jawab guru saja, sementara orang tua lepas tangan karena merasa sudah membayar SPP atau tugasnya hanya sampai di gerbang sekolah. Guru menjadi pihak yang perlu mengenal pribadi masing-masing anak, membangun interaksi yang menyenangkan, mengambil ruang untuk "bermain" dengan anak, memfasilitasi kebutuhan belajar selama di sekolah, dan juga tidak kalah penting, mengantisipasi konflik yang terjadi di lingkungan sekolah dan mengatasi "bullying". 

Bukankah, sangat mungkin terjadi permasalahan siswa di sekolah? Perlu sekali sekolah memikirkan adanya tim untuk membantu kasus-kasus yang terjadi selama anak di sekolah.  Jika saat ini sudah ada guru-guru BK, alangkah baiknya jika ada tim kecil yang bisa membantu untuk deteksi dini permasalahan yang dialami anak supaya bisa ditangani secara lebih efektif.

Nah, bagaimana dengan peran orang tua? Tentu saja, orang tua mempunyai peran besar untuk proses pendidikan sepanjang perkembangan anak. Kegiatan di sekolah merupakan bagian dari kegiatan lainnya (bukan satu-satunya proses belajar anak). Pentingnya orang tua memahami sistem pembelajaran di sekolah untuk mendukung keberlangsungan pola pendidikan yang ditanamkan sekolah. 

Orang tua perlu mendampingi anak saat dia belajar di rumah untuk tugas-tugas yang mungkin belum dipahami. Inilah sinergitas yang dibutuhkan. Orang tua menjadi teman dalam belajar dan bisa bekerja sama dengan guru untuk memantau perkembangan anak. Pada banyak kasus bullying di sekolah, orang tua menjadi pihak yang mengenali bahwa anaknya memerlukan penanganan segera. Dan begitupun sebaliknya, jika ternyata anak justru mengalami bullying di lingkungan rumah, gurulah yang mengenali kebutuhan anak.

Lalu, bagaimana peran siswa? Ya, merekalah yang sedang menjadi topik pembahasan sebenarnya. Anak-anak, bahkan di usia dini, sudah mempunyai peran dalam proses belajar aktif. Anak-anak bukanlah kertas kosong! Justru warna-warni kemampuan anak inilah yang harus digali dan dicermati agar berkembang optimal. Di sekolah, para siswa tentu ingin ruang belajarnya bukan sekedar mendengar, mencatat atau mengerjakan tugas saja. Rasa memiliki bisa dikembangkan dengan pelibatan anak-anak dalam setiap sesi belajarnya. 

Para siswalah inti dari proses belajar di sekolah. Dengan begitu, merekalah yang harusnya banyak dilibatkan untuk proses pendidikan. Mengajak anak memahami impian yang ingin dicapai selama pembelajaran, penting dimulai sejak dini supaya siswa tahu apa yang harus dilakukan. Melibatkan anak dalam proses penyiapan materi atau bahkan menyajikan topik yang akan dibahas dalam sesi pembelajaran juga sangat mungkin! Anak-anak merasa tertantang lho untuk mengerjakan tugas, bukannya jadi malas. 


Para siswa menjadi bersemangat jika diberi peran dalam kelas, karena anak merasa diajak dalam proses, bukan sekedar jadi pengamat! Ada banyak kreativitas yang bisa dibuat anak dalam proses belajarnya. Inilah yang menjadikan anak-anak "merasa diterima" karena hasil karyanya bisa dilihat dan ditampilkan pada teman, guru bahkan orang tua.

Nah, masing-masing sudah mendapat peran dan gambaran dalam proses pembelajaran di sekolah. Tidak sulit jika semuanya dilakukan secara bertahap. Bahkan jangan ragu untuk tetap memberi ruang anak-anak untuk bermain di sela-sela belajar. Pengalaman di sekolah Finland, para guru nampak menerapkan "start" yang pelan untuk awal pembelajaran demi memelihara hubungan dengan siswa dan meletakkan dasar untuk belajar selama 1 tahun pembelajaran.

Jadi, sudah tahu sedikit resep bahagianya anak-anak Finland? Ayo terapkan pada anak-anak kita! Mari kita mulai hari-hari dengan anak-anak dengan kebahagiaan, memancarkan semangat untuk terus membuka ide-ide baru. Jadikan kebahagiaan sebagai strategi dan tujuan untuk di kelas. Dengan demikian, kita memperbaiki produktivitas dan meningkatkan kecerdasan sosial dan emosional anak. Bukankah kita ingin anak-anak menjadi cerdas dengan raut wajah bahagia? Bukan sebaliknya, nilai tinggi didapat tapi penuh kecemasan dan ketakutan. Silahkan pilih!

Selamat mendampingi anak-anak Anda belajar dengan penuh kebahagiaan, mulai dari sekarang.

#janganlupabahagia

#teachlikefinland

Salam,

Beti.MC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun