Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai Pendidikan Karakter Jujur dalam Dongeng Nusantara Bertutur Kompas

11 Agustus 2019   22:15 Diperbarui: 12 Agustus 2019   15:40 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkat informasi itulah hati nurani Kakek Bahar tergugah untuk mengikutsertakan tokoh Zul latihan. Dan, kebetulan juga ada salah satu pemain randai yang berhalangan latihan dikarenakan sakit.

Kemudian, tokoh Zul diikutkan menjadi salah satu pemain Randai berkat ketekunan berlatih randai secara mandiri. Akhirnya, pada musim berikutnya tokoh Zul dapat latihan bersama tari Randai menggantikan salah seorang pemain yang tengah sakit. Kak Ian, juga memaparkan lewat tuturan tokoh Kakek, ternyata ayah Zul dulunya adalah pemain Randai yang rancak dan lincah.

"...Dulu ayahmu juga seorang pemain randai yang rancak dan lincah."(SJR).

Sikap jujur yang dilakukan tokoh Kakek Bahar dengan berbicara terus terang--apa adanya merupakan salah satu contoh sikap mencerminkan nilai pendidikan karakter jujur. 

Yakni berbicara apa adanya, tidak berbohong kepada tokoh tentang informasi yang diterima dari tokoh lain, ayah Zul. Berdasarkan cerita dongeng di atas, ada pelajaran penting yang dapat kita pelajari, yakni kejujuran itu penting diungkapkan. Berbicaralah apa adanya---tidak menutup-nutupi.

Apa yang dilakukan tokoh Kakek Bahar dalam dongeng Si Jago Randai  adalah benar. Tokoh mengutarakan apa adanya yang tokoh tahu. Manfaat yang didapat dari kejujuran tokoh Kakek adalah tokoh Zul akhirnya dapat turut serta meramaikan tradisi musim panen di daerahnya. Sementara itu, nilai pendidikan karakter jujur tergambar pada dongeng lain, Belajar Kelompok karya Ahmad Ijazi H.

Dongeng edisi 14 Oktober 2018 tersebut menceritakan tentang seorang tokoh anak bernama Dinda yang telah berbohong kepada Bundanya. Dinda berbohong bahwa dirinya sedang sakit. Ketidakjujuran tokoh tersebut disebabkan karena tokoh merasa terganggu pada saat belajar kelompok. 

Dua temannya, Adel dan Bunga memiliki kebiasaan buruk saat belajar. Sebagaimana dituturkan tokoh Dinda kepada bundanya setelah tokoh beralasan bahwa dirinya sedang sakit. Hal itu dapat dicermati melalui kutipan dialog tokoh Indah berikut.

"Dinda lalu mulai bercerita, "Dinda terganggu dengan kebiasaan Adel yang suka bersiul-siul saat belajar kelompok. Sementara Bunga selalu sibuk dengan ponselnya. Waktunya lebih banyak mengetik chat ketimbang membalas soal-soal latihan." (BK).

Kutipan dongeng di atas merupakan bukti bahwa tokoh Dinda memiliki sikap kejujuran dan keterbukaan kepada Bundanya. Hal itu dibuktikan dengan tokoh mengatakan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya, sehingga tokoh tidak mau belajar kelompok. Yaitu tokoh Dinda merasa terganggu dengan sikap kedua temannya yang bersiul-siul dan bermain hp saat belajar.

Kejujuran yang dilakukan tokoh Dinda di atas tergerak dari nasihat tokoh Bunda. Bahwa menjaga perasaan orang lain memang baik. Akan tetapi, apabila harus bersikap bohong---tidak jujur, akan menyebabkan ketidakterbukaan. Terlebih tokoh Adel dan Bunga adalah teman belajar kelompok, sekaligus teman sekelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun