Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tradisi Salam Tempel di Masa Pandemi

9 Mei 2021   05:43 Diperbarui: 9 Mei 2021   06:54 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi salam tempel di masa pandemi (dokumen pribadi)

Tante lebaran ini nggak pulang lagi ya? 

Wah salam tempelnya gimana dong?

Keponakan-keponakan di kampung sudah heboh bertanya terus sejak pertengahan bulan puasa kemarin. Antara pingin ketawa tapi juga kasihan melihat wajah polos mereka yang mengguratkan kekecewaan. Memang bagi anak-anak, Lebaran menjadi momen yang sangat di tunggu-tunggu. Karena itulah puncak kebahagiaan setelah sebulan mereka berusaha untuk tidak bolong puasanya.

Kalau umumnya lebaran adalah hari kemenangan untuk seluruh umat muslim. Bagi anak-anak, Lebaran adalah waktunya mereka panen salam tempel. Apalagi bagi mereka yang selalu mendapat iming-iming kalau puasanya full selama sebulan akan ada reward. Padahal selama ini saya tidak pernah memaksa mereka untuk puasa full dan menjanjikan mereka hadiah. Tapi memang karena kebaikan hati dari tantenya ini (sibak rambut) untuk berbagi rejeki dengan para keponakan. Dan ternyata lama-lama salam tempel ini menjadi tradisi tidak resmi bagi (dunia) anak-anak.

Pandemi yang melanda 2 tahun ini memang benar-benar sudah mengubah tatanan kehidupan masyarakat di bumi ini khusunya kaum muslim. Terasa banget ketika memasuki bulan Ramadan dan Lebaran. Kebiasaan masyarakat Indonesia yang mudikpun jadi dibatasi bahkan untuk tahun ini betul-betul di larang oleh pemerintah. Tradisi buka bersama antar keluarga juga berubah. Biasanya bukber di luar, sekarang menjadi virtual. Apa salam tempel juga harus virtual?

Kalau menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) arti dari salam tempel adalah salam yang disertai uang (amplop berisi uang) yang diselipkan dalam tangan orang yang disalami. Biasanya di samping hadiah resmi, salam tempelpun  masih diterimanya.

Jadi istilah salam tempel memang sudah turun temurun. Kadang bisa disebut juga angpao (istilah salam tempel ketika hari raya Imlek). Mau disebut salam tempel atau angpao, yang jelas sudah cukup terkenal di kalangan anak-anak terutama di hari lebaran. Kalau jaman waktu saya kecil, salam tempel masih berupa uang recehan logam. Dapetnya waktu berkunjung ke rumah tetangga-tetangga yang tergolong berada. Kita di suruh antri, berbaris rapi.  Karena anak kecilnya banyak, jadi antrinya lama banget. Terus berpindah lagi ke tempat tetangga yang lain. Seneng banget, karena kita jalan berombongan rame-rame. Nyampe di rumah di bongkar semua buat dihitung-hitung. Wah seru pokoknya!

Dan karena tradisi salam tempel itu sudah pasti ada, sebelum lebaran biasanya anak-anak minta dibelikan dompet atau tas baru. Buat menampung salam tempel yang akan diterima waktu lebaran. Kalau ingat masa kecil, saya jadi paham banget mengapa anak-anak sangat antusias menyambut hari lebaran tiba. Salam tempel itulah THR bagi mereka.

Kalau dua kali Lebaran ini tidak mudik, otomatis seremonial maaf-maafan bisa secara virtual. Tapi untuk salam tempel harus tetap ada dong. Kalau pura-pura lupa, keponakan akan menagih terus sepanjang waktu hehehe. Jadi dengan cara di TRANSFER. Apalagi anak jaman sekarang hampir semua sudah mempunyai rekening bank sendiri. Dilengkapi ATM lagi. Dan yang bagian setor nomor rekening adalah mamanya (ini juga nggak kalah antusias). Kalau anaknya 3, semua didaftarin. Apalagi yang anaknya 4-5. Yang masih bayi aja tetep didaftarin kok hehehehe.

Jadi meski masih kondisi pandemi, tidak mudik tidak masalah. Tapi salam tempel harus jalan terus, nggak bisa ditawar. Formatnya saja menjadi lebih modern. Jadi siapkan saja m-banking atau ATM untuk proses transfer salam tempel yang simpel dan cepat.

Salam hangat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun