Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rahasia Cinta Fitri

23 Mei 2019   20:31 Diperbarui: 23 Mei 2019   20:33 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto milik : https://www.inspiradata.com/

Senyum Dirga mengembang lebar dan matanya berbinar melihat sosok mungil yang muncul di balik pagar kampus. Sambil berlari-lari kecil, sosok itu makin mendekat. Tapi berlalu begitu saja melewati Dirga yang sudah siap berdiri dari motornya.

"Fit. Fitri!" panggil Dirga setengah berteriak.

Yang dipanggil tidak mendengar rupanya. Atau memang sengaja tidak mengacuhkan panggilan pemuda yang setiap siang dengan setia menunggu dan mengantarnya pulang sekolah.

Dengan bergegas Dirga mengambil motornya untuk mengejar Fitri yang sudah makin jauh berlari kecil menuju depan sekolah. Apesnya. Motor matic itu tidak mau kompromi ketika Dirga mencoba menyalakan mesinnya. Sekali, dua kali, tiga kali. Sedang bayangan Fitripun sudah mulai tidak terlihat dari pandangan.

Dasaaaar siaaaalllll! Umpat Dirga ketika baru  menyadari kalau ternyata bensin motornya habis. Tidak henti-henti menyesali diri dan mengumpat-umpat. Tapi gimana lagi, gadis pujaannya itu sudah hilang dari pandangan.

Akhirnya Dirga menuntun motornya menuju pom bensin yang kebetulan letaknya agak jauh dari sekolah Fitri. Dengan keringat yang mengucur deras di siang yang panas. Mana lagi puasaan pula.


Ada rasa sesal kenapa tadi tidak ngecek bensin motornya. Tapi kenapa juga sejak semalam Fitri tidak membalas chat WA-nya. Di telpon tidak diangkat. Berputar-putar pertanyaan memenuhi kepala Dirga.

* * *

Sudah hampir seminggu ini Fitri menghindarinya. Di japri lewat WA nggak pernah di baca. Di telpon tidak di angkat. Ketika di jemput di rumah maupun di sekolah juga tidak pernah bertemu. Kelihatan banget kalau memang Fitri sedang menghindari Dirga.

Sebenarnya Dirga tidak putus asa. Dia berusaha mencari tahu lewat sahabat Fitri, Nurma. Tapi hasilnya nihil. Nurma pun tutup mulut.

Sore ini yang kesekian kali, Dirga bertandang ke rumah Fitri. Seperti yang sudah dia duga. Kata bibi, Fitri lagi keluar sama Nurma. Pamitnya ke mall dan mau nonton. Dirga coba hubungi Fitri dan Nurma, hasilnya tetap nihil.

Semakin lama Dirga hampir merasa putus asa. Ada rasa lelah serta keraguan yang berkecamuk dalam hatinya. Kenapa sikap Fitri berubah demikian drastis. Tidak ada tanda-tanda bahkan penjelasan dari mulutnya maupun dari orang terdekatnya.

* * *

Dirga seperti disambar petir menerima telpon dari bu Tina, mamanya Fitri secara tiba-tiba siang ini. Fitri masuk rumah sakit!

Tanpa pikir panjang, Dirga pamit dosen pembimbingnya untuk pulang dulu. Setelah mendapat ijin, dia langsung berangkat ke rumah sakit yang di kasih tahu bu Tina.

Tidak pernah Dirga bayangkan, sosok mungil itu terbujur lemah dengan selang yang memenuhi tubuhnya. Dirga hanya bisa melihat dari balik kaca, karena Fitri dalam ruang ICU. Sedang bu Tina matanya tampak sembab karena menangis terus. Dirga masih bingung dan melihat semua ini penuh tanda tanya.

"Maafkan kami Dirga. Karena semua ini adalah permintaan Fitri, untuk tidak memberitahukan padamu. Sudah hampir dua bulan Fitri di diagnosis kena kanker darah yang sudah cukup parah. Semua begitu cepat datangnya, tanpa ada tanda-tanda. Tadi Fitri pingsan di kampus. Padahal minggu depan dia harus cangkok sumsum. Sudah ada donor yang mau diambil sumsum untuk Fitri. Tante mohon kamu bisa kasih suntikan semangat buat dia..."

Kembali Dirga seperti di sambar petir yang maha dasyat. Kenapa dia begitu bodoh untuk tidak mengetahui tanda-tanda itu. Tapi memang bukan salahnya, karena Fitri tampak baik-baik saja. Tidak ada perubahan sedikitpun dari fisiknya. Apalagi dua bulan ini mereka tidak pernah bertemu, karena Fitri selalu menghindari.

* * *

Tepat malam hari raya, Dirga menemani Fitri di rumah sakit dalam masa pemulihan setelah operasi cangkok sumsum berhasil. Pagi itu mentari hangat tersenyum sangat ceria. Dirga menggenggam erat tangan Fitri yang masih tampak lemah. Tapi senyuman Fitri mengembang manis.

"Maafkan kebodohanku ya mas. Aku takut kamu akan meninggalkanku setelah tahu kalau aku sakit kanker. Makanya daripada aku sakit hati, lebih baik aku menjauhimu dulu." Suara Fitri bergetar menahan sesal.

Dirga makin erat menggenggam tangan Fitri, sambil melemparkan senyum manisnya. Bu Tina melihat dari jauh dengan penuh haru melihat Dirga yang tampak setia dan pantang menyerah untuk menyemangati putri satu-satunya itu.

"Mungkin kamu tidak akan pernah tahu Fit. Sampai kapanpun aku tetap akan menantimu. Meskipun harus melewati malam Idhul Fitri berapa purnama lagi. Pokoknya kalah deh bang Thoyib". kelakar Dirga setengah menggoda Fitri. Tapi juga setengah menepis rasa kecewa karena Fitri tidak mau terbuka dengannya.

Fitri hanya tersenyum. Dia sangat tahu kekecewaan Dirga atas sikapnya selama ini. Sdang bu Tina tersenyum lega melihat kedua anak muda itu sudah mulai rukun lagi.

Betapa selalu ada sebersit rasa sedih yang bertumpuk ketika menjelang lebaran Fitri harus sakit sampai operasi. Karena beberapa tahun yang lalu, suaminya juga meninggal ketika menjelang hari raya Idhul Fitri. Sedang nama Fitri sendiri diambil karena memang lahir malam menjelang hari raya tiba.

Sambil menyeka air mata di pipinya, bu Tina berharap hari-hari menjelang lebaran selanjutnya adalah hari-hari yang indah. Begitu juga harapan Dirga dan Fitri, untuk bisa menyongsong masa depan cerah dengan hati yang suci dan optimis.

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun