Mohon tunggu...
M azhar
M azhar Mohon Tunggu... Editor - Normal

keterbelakangan adalah pemicu untuk menjadi yang terdepan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyakit Media Sosial terhadap Diri Kita dan Cara Mengatasinya

5 Mei 2021   11:01 Diperbarui: 5 Mei 2021   11:05 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Coba bayangin hidup kalian tanpa sosial media, mungkin kalian akan merasa hidup kalian akan terasa sepi sekali. karena kalian jadi tidak atau apa yang terjadi dengan temanmu, kalian juga gabisa mengomentari foto-foto orang lain, dan kalian mungkin merasa akan ketinggalan informasi. Tapi walaupun begitu saya rasa hidup kalian akan lebih bahagia, karena kalian akan merasa lebih cukup.

Mungkin kalian yang membaca artikel ini mempunyai setidaknya lebih dari satu akun media sosial. Hal tersebut bisa terjadi karena penduduk kita sangat aktif dalam bermedia sosial, dan jika kita melihat data, Berdasarkan hasil riset dari WE ARE SOCIAL yang bekerja sama dengan hootsuite merilis laporan "Digital 2021: The latest insights inti the state of digital" yang diterbitkan pada 11 februari 2021. Menurut laporan tersebut bahwa, rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 14 menit dalam sehari untuk mengakses media sosial. Indonesia sendiri memiliki populasi sebanyak 274,9 juta jiwa, sebanyak 170 juta jiwa mengakses atau pengguna aktif media sosial. Bayangkan saja sebanyak itu pengguna media sosial di negara kita, belum lagi pada negara-negara lainnya.

Tak bisa kita elakan juga kekuatan media sosial membuat kita sangat bergantung akan hal hal dalam kehidupan kita seperti, kita bisa berhubungan dengan siapapun itu tanpa batasan ruang dan waktu, bahkan media sosial juga memberikan kekuatannya mendukung karir ataupun pekerjaan kita, contohnya penggunaan linked untuk cari kerja ataupun sekedar mencari informasi magang. Atas dasar hal tersebut dapat memunculkan kita akan sifat ketergantungannya. Namun, dalam kehidupan di dunia kita ini, apapun itu pasti mempunyai kedua sisi yaitu positif dan negatifnya.

Pernah tidak kalian dalam menggunakan media sosial, ketika melihat sebuah postingan orang lain kalian membandingkan diri kalian dengan orang lain. Proses ini merupakan proses seseorang menilai hal-hal yang ada dan dimiliki di dalam dirinya dengan orang ataupun grup lain. 

Contohnya saat kita bermain sosial media dan seketika kita melihat sebuah postingan, lalu kita secara sadar ataupun tidak sadar mengatakan dalam hati " enak ya hidup mereka, tidak seperti saya" ataupun yang kita juga katakan yaitu "aelah kok hidupnya gitu gitu terus sih, suram banget, kayak gua dong". Jika kalian merasakan hal tersebut berarti kalian sedang dalam proses membandingkan diri. Lalu kenapa hal tersebut dikatakan sebagai dampak negatif ? karena beberapa orang, saat membandingkan dirinya dengan orang lain akan membuat dia menjadi tidak percaya diri.

Proses membandingan diri ini merupakan hal yang otomatis yang ada dalam diri kita, dan itu adalah sebuah reaksi normal manusia. Disaat kita membuka sosial media, secara sadar ataupun tidak sadar kita pasti melakukan hal tersebut. jadi jika kita sering membuka sosial media maka kita akan sering dan terus menerus membandingkan diri dengan orang lain. 

Berdasarkan hasil riset dari Thomas Mussweiler dkk, mengenai "mengapa, siapa dan bagaimana perbandingan sosial dalam prespektif kognisi sosial". Pada hasil riset tersebut menyebutkan bahwa jika orang lebih sering membandingkan dirinya dengan orang lain, orang itu akan lebih rentang merasa bersalah dan menjadi penuh penyesalan. Akibat dari hal tersebut juga, orang tersebut akan berpotensi untuk sering berbohong dan merasa tidak puas akan kehidupannya,

Lalu, apakah kita dicetak sebagai orang yang menyedihkan akibat dari hal itu semua ? sayangnya hal tersebut saya rasa tidak juga. Mengapa demikian ?. memang hal tersebut terjadi secara otomatis dan tidak bisa kita elakan, namun jika kita berpikir bagaimana proses itu bisa terjadi sehingga hal tersebut bisa kita kompres. Ada beberapa cara agar kita bisa mengurangi dampak negatif akibat dari proses perbandingan tersebut yaitu :

1. kita harus mengetahui diri kita lebih jauh.

Mengetahui diri kita adalah sebuah keharusan. Disaat kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan kita merasa kita lebih jelek ataupun lebih kurang ketimbang mereka, hal tersebut bisa muncul akibat dari kita kurang yakin terhadap diri kita sendiri. 

Di saat kita melihat kehidupan orang lain yang lebih dari kita ataupun yang berbeda dengan kita, seketika muncul pertanyaan pada diri kita seperti "apakah aku harus seperti dia ?". disaat seperti itu jika kita tidak mengetahui diri kita maka keyakinan pada diri kita akan berkurang. Ketika kita tahu mengenai diri kita, kita akan tahu kapan kita berfungsi secara optimal dan kita tahu apa yang terbaik buat kita serta apa yang bisa memotivasi kita. Dengan begitu, walaupun kita belum menempati posisi ideal dalam hidup kita, setidaknya kita tahu kita akan ke mana dan pada ranah apa kita bisa lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun