Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Modernisasi Kartini dan Kemerdekaan Emansipasi

24 April 2022   13:52 Diperbarui: 26 April 2022   21:25 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Arivle One from Pixabay

Mereka terlalu fokus pada permasalahan kecantikan dan iri hati dengan orang lain, mereka juga terlalu fokus pada harta dan ingin diperlakukan sebagai ratu. Padahal untuk menjadi seorang pemimpin maka siapapun harus siap menjadi budak, siap sakit hati, dan tentu saja siap dipecundangi.

Namun melihat perempuan zaman sekarang yang menggunakan kata 'emansipasi' untuk memperlihatkan lekukan tubuh mereka dan untuk menari bebas di layar handphone kita. Maka tentu ada pembaharuan mengenai emansipasi tersebut. Perlu adanya pengembalian jati diri agar perempuan kembali kepada fitrahnya.

Kartini Millenial dan PR Mereka Untuk Merdeka  

Sebagai perempuan yang memiliki emosional yang tinggi maka perempuan sudah tentu menjadi salah satu makhluk yang mudah terkontaminasi oleh permasalahan sosial yang terjadi. Itulah mengapa banyak perempuan millenial yang terjangkit penyakit hati serta terlalu fokus pada permasalahan tersebut.

Dalam hal ini tentu saja yang menjadi faktor utama hal tersebut bisa terjadi, diantaranya adalah faktor intelektualitas, faktor emosional, dan faktor spiritualitas.

  • Faktor Intelektualitas

Perempuan cenderung banyak bicara dengan koloninya, akan tetapi ketika mereka menyampaikan gagasan terkadang gagasan tersebut seperti angin bolong yang menampar dedaunan kering.

Ternyata hal itu difaktori oleh permasalahan intelek mereka yang masih kurang, dan dalam hal ini tentu saja hal tersebut terjadi karena perempuan jarang membaca maupun berdiskusi mengenai hal-hal substansial dalam kehidupan mereka.

Sebenarnya minat baca perempuan bisa dikatakan lebih baik daripada laki-laki, dan kadar intelektualitasnya juga cenderung baik. Hal itu bisa dibuktikan dengan banyaknya prestasi akademik yang perempuan dapatkan serta banyaknya kaum hawa yang membaca Wattpad.

Namun kembali lagi, perempuan adalah makhluk akademis dan cenderung menganggap nilai rapor dan IPK sebagai penentu kesuksesan, dan mengenai Wattpad, kita tentu tahu bahwasanya tulisan disana cenderung jatuh pada permasalahan emosional dan bukan intelektual. Sehingga bacaan Wattpad bukannya menjadi bacaan peningkat rasionalitas dan ketajaman berpikir, namun Wattpad menjadi sarana halu perempuan dan tempat mereka melepaskan hormon mereka. Yaitu seks dengan membaca.

  • Faktor Emosional

Permasalahan perempuan adalah ketidakmampuan mereka untuk melakukan reaksi yang tepat atas permasalahan yang sedang terjadi. Perempuan cenderung rapuh dan membawa permasalahan tersebut kedalam hati mereka sehingga masalah-masalah eksternal yang ada menjelma masalah internal.

Hasilnya tentu saja mereka menjadi insecure atas apa yang mereka terima dan malah menjadi beban yang berkelanjutan. Padahal semestinya kemampuan mereka untuk menerima hal-hal eksternal tersebut bisa diolah oleh perasaan mereka. Ini mungkin terjadi karena ketidakseimbangan antara EQ dengan IQ. Dan untuk membuatnya menjadi lebih baik, maka perlu mereka banyak melakukan kegiatan serta mendengarkan mereka yang berpengalaman dalam hal-hal terkait.

  • Faktor Spiritualitas

Dalam faktor Spiritualitas kaum perempuan saya rasa baik-baik saja sebab kepatuhan membuat mereka dekat dengan agama, hanya saja terkadang nilai spiritual ini telah terdistorsi oleh hal-hal luar yang menjadikan nilai ini menukik. Ketidakmampuan perempuan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan rasa seperti jatuh cinta dan sebagainya juga adalah masalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun