Puisi : Hidupku Bukanlah Sidang, Ucapanmu Bukanlah Undang-Undang
Setiap hari aku bangun dan dituntut untuk memenuhi standarisasimu yang tak berujung, memandangku laksana produk daging yang kualitasnya ditentukan huruf alfabet.
Kupikir aku akan bebas setelah keluar dari rahim, namun ternyata manusia menuntutku untuk menjadi sempurna tanpa pernah mengerti aku berasal dari sperma.
Kamu pasti bisa! Kamu pasti bisa! Ocehmu.
Omong kosong!
Kacamatamu berbeda dengan kacamataku, bagaimana kita bisa serupa?
Kau lahir diantara manusia-manusia yang selama hidupnya tinggal dalam istana, sementara aku lahir dari manusia pengais sampah. Bagaimana mungkin kita bisa setara?
Gelasmu dan gelasku berbeda, airmu dan airku berbeda
Kau minum dari anggur yang bisa kau petik langsung dari buahnya, namun aku minum dari air sumur yang menyatu bersama bangkai ayam yang melompat kedalamnya
Sekarang katakan kepadaku, bagaimana kita bisa serupa?