Mohon tunggu...
Maya Dian
Maya Dian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Solusi Unik Generasi Solutif

20 November 2018   10:16 Diperbarui: 20 November 2018   10:41 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

17.45

Suara peluit yang terdengar menggetarkan lapisan keberanian yang kubangun dalam rombongan.

"Apa itu Fred?" Lukman menerka, "mungkinkah sesuatu yang buruk terjadi padanya?"

"Bagaimana kalau bukan Fred? Tapi orang lain, perampok misalnya? Dia memberi tanda pada rekannya kalau di sini ada mangsa." Kanaya menanggapi.

Aku yakin itu tidak seperti yang ditakutkan Kanaya.

Aku melihat sekeliling. Kegelapan semakin larut dan ketakutan menggelayuti para perempuan. Pak Her, dengan wajah bersalahnya masih berkutat dengan mesin. Kanaya memeluk lengan Anggi tanpa mengalihkan kesiagaan dari sekitar. Anggi, yang tak kalah cemas dan terganggu masih sempat menikmati pertunjukan yang terekam dalam kameranya. Prita memeluk Kevin sementara suaminya berusaha menenangkan keduanya.

Aku harus tenang dalam keadaan ini.

Matahari akan menarik selimut malam sekitar setengah jam lagi. Temanku akan sampai sekitar dua jam dan penjaga pondok seharusnya sudah sampai jika ia berangkat tepat saat mobil kami mogok tadi.

"Tolong perhatian semua," aku mulai bicara, "situasi ini diluar keinginan kami, untuk itu saya mohon maaf atas situasi yang terjadi ini. Tapi saya mohon kerja sama kalian agar kita bisa melewati situasi ini dan segera pulang dengan selamat."

Mereka menyimak.

"Saya harap kita semua bisa tenang dan mengurangi kepanikan sementara menunggu bantuan datang. Saat ini, teman saya dari kota sudah dalam perjalanan. Begitu juga dengan penjaga pondok. Dan peluit tadi, saya rasa itu Fred.  Tidak mungkin perampok di hutan menggunakan suara peluit yang menonjol untuk memberi kode pada rekannya. Sesuatu terjadi pada Fred dan dia memberi tanda membutuhkan bantuan. Jadi, seseorang harus pergi menyusulnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun