"... atau mungkin juga peri kecil dengan sayap yang indah di belakang punggungnya. Aku menyukai segala hal yang terlihat cantik."
Aku mengangguk menyetujui, aku tahu sejak awal ketika dia bahkan setiap hari kedapatan menggambar sesuatu dibalik bangkunya. Mungkin semua orang memang tahu itu, sesuatu yang tidak bisa Radya tutupi dan kupikir ini adalah suatu ciri khas dari dirinya.
"Tapi aku tak suka menggambar diriku, sesuatu yang tidak cantik selalu terpampang jelas ketika aku bercermin, dan aku membencinya. Pernah aku coba untuk menggambar potret diriku sendiri. Namun kau tahu? Seseorang yang ku gambar dengan guratan pensil itu, seseorang yang memiliki ciri fisik yang mirip denganku---karena memang inilah diriku--- terlukiskan cantik sekali."
Kata-kata yang terucap dari mulutnya seolah mengandung belati yang aku tahu, belati itu telah melukainya lebih dulu ketika sebelum dia mengatakannya padaku. Rasa rendah diri yang dia rasakan. Sudah berapa lama hal itu berselang?
".. Ini membuatku tak senang, aku seperti membohongi diriku sendiri. Aku merasa terhina, aku tak suka dengan itu, rasanya seperti bahkan oleh diriku sendiri aku mengejek dengan mengatakan ia cantik sementara dalam arti sebenarnya tidak, aku tidak menyukainya. Aku merusak potret sketsa itu, berusaha membuatnya lebih buruk. Karena ini lebih menyerupai diriku."
Ini sama sekali tidak benar. Radya, apa yang kau sedang berusaha sampaikan?
"Dalam suatu waktu, saat seseorang bahkan mungkin tidak mengatakannya dengan jelas, tapi aku tahu itu. Cantika Radya bukanlah gadis yang rupawan, meski arti dari sebuah namanya adalah demikian."
Kata-kata yang terlontar membuatku marah, benar-benar. Intonasi dalam suara Radya membuatku kembali percaya, dia memang merasa serendah itu dalam memandang fisiknya. Tahukah engkau kau salah besar?
"Radya dengar!" Dapat kulihat air mukanya yang awalnya sendu berubah sedikit terkejut ketika aku berbicara dengan nada yang menyentak.
"Apa benar kecantikan itu hal yang terpenting?" Radya tak menjawab atau setidaknya belum, masih dengan tampang terkejutnya.
"Apa yang kamu coba ingin katakan?" Â Â Â Â Â