Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hindari Calon Mertua Bermental Kompor dan Kuali

19 Maret 2021   01:11 Diperbarui: 19 Maret 2021   01:18 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Masih saja ada orangtua yang karena alasan sayang atau tidak mau anaknya menderita setelah menikah, turut bermain api, memanas-manasi, dan menggoreng permasalahan yang terjadi dalam keluarga anaknya. 

Ketika terjadi persoalan dalam keluarga anak, sebagai orangtua, bukannya mencari dan menemukan solusi untuk menyelesaikannya, malahan membuat permasalahan semakin rumit.

Para orangtua yang bermental kompor dan kuali, ketika berhadapan dengan masalah yang terjadi dalam keluarga anak-anak, selalu mengungkit kejadian-kejadian masa lalu, bahkan membawa-bawa latar belakang dan budaya yang masih melekat pada tempat-tempat tertentu. "Itukan, dulu ibu sudah bilang, si anu itu tak becus tapi kamu masih mau juga. Apa yang terjadi sekarang? Ah... dulu kami tidak setuju karena dia tak punya pekerjaan tapi kamu yang mau. Rasakanlah itu". 

Ada juga yang orangtua tertentu yang tak jarang memberi ultimatum. "Kalau kamu tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga kami maka, kamu akan ditinggalkan. Kalau kamu tidak sanggup membiayai atau menjamin kehidupan anak kami maka, kami akan menjemputnya", dan lain sebagainya. 

Apa yang terjadi dalam keluarga anak, kalau memiliki mertua bermental kompor dan kuali yang hanya bisa memanas-manasi dan menggoreng persoalan? Cepat atau lambat keluarga anak akan bubar. Oleh karena itu, penting untuk mengenal secara baik juga bagaimana mental dan pola pikir calon mentua sebelum menikahi anaknya. 

Pada umumnya, para calon mertua yang bermental kompor dan kuali, akan nampak dalam tutur kata, sikap, dan cara memperlakukan anak-anaknya. Ada perhatian dan kasih sayang yang berlebihan, suka mengatur dan mengendalikan anak-anak di luar batas, maunya anak-anak mementingkan keinginan dan kehendak mereka, tidak memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk memilih dan menentukan hidup, dan lain sebagainya. 

Masing-masing orangtua, harus diakui bahwa memiliki harapan yang besar agar anak-anaknya memiliki keluarga yang baik dan bahagia. Akan tetapi, untuk mewujudkan harapan itu, tidak perlu harus mengatur dan mendikte urusan rumah tangga anak-anak. 

Sejauh mereka masih mampu menyelesaikan persoalan dalam keluarga sendiri secara baik-baik, orangtua tidak perlu mencari-cari alasan untuk membuat suasana semakin keruh bahkan gelap. 

Orangtua seharunya adil, tidak memihak, tidak berat sebelah (membela dan memihak anak sendiri), lalu menyelesaikan persoalan keluarga anak-anak dengan mengambil jalan pintas (suruh cerai, dibawa kembali ke rumah, memberi materi tanpa sepengetahuan pihak isteri atau suami anak, dan lain sebagainya).

SALAM

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun