Panggilan Menjadi Pastor Muncul Lagi
Dua tahun berada di luar biara, saya merasa tidak tenang. Apa yang saya alami, jalani, dan rasakan sepertinya tak berarti. Dalam keadaan demikian, saya ditelpon oleh seorang pastor dari Padang, Sumatera Barat. Beliau menanyakan niat saya, kalau memang masih mau menjadi pastor, dia akan membantu menghubungkan dengan bapak Uskup (pimpinan tertinggi Gereja Katolik dalam suatu keuskupan).
Tanpa berpikir panjang, saya pun mengiakan tawaran itu, lalu melepas pekerjaan yang sudah dijalani selama dua tahun, dan berangkat menuju ke Sawah Lunto. Di sana saya menjalani masa percobaan selama satu tahun dan tahun berikutnya, saya diperkenankan untuk menjalani pendidikan filsafat dan teologi di Pematangsiantar.
Berlinang Air Mata di Sambut Ribuan Orang Sebagai Seorang Pastor
Menjalani pendidikan filsafat dan teologi, bukanlah perkara mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Setelah menyelesaikan pendidikan filsafat, saya harus menjalani dan mengalami tahun praktek di kepulauan Mentawai selama satu tahun, sebelum melanjutkan pendidikan teologi.
Dari Mentawai, saya kembali ke Pematangsiantar untuk melanjutkan perjuangan. Dua tahun setelah bergelut, akhirnya saya menyelesaikan pendidikan teologi dan mengikuti persiapan untuk menerima tahbisan Diakonat (tahbisan awal sebelum menerima tahbisan sebagai seorang pastor atau imam) di Padang Sumatera Barat.
Tiga bulan kemudian, saya dinyatakan layak untuk menerima tahbisan sebagai seorang imam. Bahagia rasanya karena rahmat suci itu akan dipercayakan Tuhan kepada saya. Akhirnya, setelah melewati perjuangan selama 16 tahun, saya pun menerima tahbisan suci sebagai seorang pastor di propinsi Riau. Tak terlukiskan perasaan yang ada di hati. Tak ada kata yang cukup untuk melukiskan semua kebaikan Tuhan.Â
Saya kembali ke kampung dan disambut bak seorang raja. Ribuan orang larut dan hanyut dalam kegembiraan. Dusun kecil nan sunyi itu berubah menjadi ramai dihentak tari-tarian dan nyayian sukacita. Cita-cita, impian, dan keinginan yang nampaknya mustahil di awal, kini menjadi kenyataan. Tuhan turut bekerja dalam semuanya. Yang menabur dengan bercucuran air mata, akan menuai dengan sorak sorai.Â
SALAM.