"Masih jaman kah Changcuters?"
Pertanyaan "masih jaman kah mendengarkan Changcuters?" kerap muncul di benak banyak orang, terutama di era ketika musik populer didominasi oleh tren baru. Namun, Canisius College Cup (CC Cup) XL 2025 membuktikan bahwa band asal Bandung ini masih memiliki daya tarik luar biasa, khususnya bagi generasi muda.
Sejak 20 Oktober hingga 26 Oktober, ribuan siswa dari berbagai sekolah berkumpul di Canisius College untuk mengikuti ajang tahunan yang telah melegenda ini. Puncaknya terjadi pada 27 Oktober, ketika panggung penutupan menghadirkan Changcuters. Malam itu, energi yang terpancar dari musik, sorak penonton, hingga semangat panitia yang akhirnya bisa melepas lelah, menjawab keraguan banyak pihak. Changcuters bukan hanya "masih jaman", tetapi juga mampu membakar jiwa muda dengan kobaran semangat yang autentik.
CC Cup Lebih dari Kompetisi
CC Cup telah menjadi bagian penting dari tradisi Canisius College. Setiap tahun, ia menjadi wadah bagi anak muda untuk menunjukkan bakat, baik dalam bidang olahraga maupun seni. Namun, makna yang lebih dalam terletak pada nilai-nilai yang menyertainya.
Di balik kompetisi, terdapat proses pembentukan karakter. Peserta belajar tentang sportivitas, kerja sama, dan disiplin. Panitia belajar tentang tanggung jawab, kepemimpinan, dan pengorbanan. Dan penonton, meski hanya menikmati dari pinggir lapangan atau panggung, tetap ikut menyerap semangat kebersamaan yang tercipta.
Semua itu selaras dengan nilai magis dalam tradisi Ignasian, sebuah dorongan untuk tidak puas dengan pencapaian biasa, melainkan berusaha menjadi lebih baik, lebih bermakna, dan lebih bermanfaat bagi sesama.
Perjuangan Panitia
Tidak ada yang bisa menutup mata terhadap kerja keras panitia dalam menyukseskan CC Cup XL 2025. Persiapan panjang sebelum 20 Oktober menuntut dedikasi penuh: rapat berulang kali, diskusi antar-divisi, hingga pengorbanan waktu belajar dan istirahat.
Kelelahan tentu hadir. Ada malam-malam panjang yang diisi dengan penyusunan jadwal pertandingan, pemasangan perlengkapan, dan penyelesaian masalah teknis. Namun, di situlah proses pembentukan karakter berlangsung. Para panitia belajar menghadapi tekanan, menahan ego, dan menemukan solusi bersama.
Ketika konser Changcuters digelar pada 27 Oktober, setiap nada yang dimainkan seakan menjadi simbol pelepasan semua keletihan. Panitia bersorak bersama ribuan penonton, merasa lega bahwa jerih payah mereka terbayar dengan kepuasan dan kegembiraan semua pihak.
Malam Changcuters
Pertanyaan "masih jaman kah Changcuters?" seketika hilang dari benak siapa pun yang hadir di malam penutupan. Begitu band ini naik ke atas panggung, atmosfer langsung berubah. Lagu demi lagu dibawakan dengan penuh energi, dan penonton merespons dengan antusiasme luar biasa.
Sorak sorai membahana. Anak muda bernyanyi serentak, melompat, dan menggerakkan tangan mengikuti irama. Energi yang tercipta bukan sekadar hiburan, tetapi sebuah fenomena kolektif yang menegaskan bahwa musik punya daya untuk menyatukan.