Saya ingat Janji Gibran saat debat cawapres 22 Desember 2023 yang diucapkan dengan nada yang begitu Optimis, berikut kutipannya: "Kita genjot terus ekonomi kreatif dan juga UMKM, kita Punya 64 juta UMKM yang menyumbangkan 61 persen untuk PDB kita. Jika empat Langkah tadi bisa kita penuhi Insyaallah akan terbuka 19 juta lapangan pekerjaan."
Mengingat janji Gibran dengan realitas sulitnya mencari pekerjaan saat ini membuat saya merasa Gibran seperti kebanyakan politisi lainnya yang suka memberi janji palsu saat kampanye. Hal ini terjadi karena Gibran paham bahwa Janji politik selalu menjadi magnet dalam setiap kontestasi.
Gibran Rakabuming Raka berjanji untuk menciptakan 19 juta lapangan pekerjaan, Angka yang fantastis ini tentu memicu berbagai pertanyaan dan harapan di tengah masyarakat, khususnya mengingat tantangan ketenagakerjaan yang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia saat ini. Namun, seberapa realistiskah janji tersebut jika dihadapkan dengan data pengangguran terbaru?
Janji 19 juta lapangan pekerjaan yang diusung Gibran, sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto, menjadi salah satu poin utama visi-misi mereka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
Klaim ini kerap dikaitkan dengan berbagai program strategis seperti hilirisasi industri, pengembangan ekonomi digital, investasi di sektor-sektor produktif, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi dan pelatihan. Tujuan utamanya adalah menyerap angkatan kerja baru dan mengurangi angka pengangguran secara signifikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru yang dirilis pada Mei 2024 (merujuk pada data Februari 2024), tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia berada di angka 4,82 persen. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan periode sebelumnya, namun masih menyisakan jutaan orang yang belum memiliki pekerjaan. Tepatnya, jumlah penganggur di Indonesia pada Februari 2024 mencapai sekitar 7,2 juta orang.
Meskipun terdapat tren penurunan tingkat pengangguran, tantangan yang dihadapi tidaklah kecil. Data BPS juga menunjukkan bahwa sebagian besar penganggur adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan universitas, mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara kualifikasi lulusan dengan kebutuhan pasar kerja. Selain itu, kondisi ketenagakerjaan di sektor informal masih mendominasi, dengan tingkat produktivitas dan jaminan sosial yang relatif rendah.
Jika kita membandingkan janji 19 juta lapangan pekerjaan dengan jumlah pengangguran saat ini, terlihat bahwa angka yang dijanjikan jauh melampaui jumlah penganggur eksisting. Ya, seharusnya tidak ada lagi pengangguran  di Indonesia saat ini karena janji Gibran jauh melampaui kebutuhan. Saya pikir angka 7,2 juta itu bisa dicapai kurang dari dua tahun karena angka tersebut tidak mencapai setengah dari janji Gibran. Tetapi tidak semudah itu Bro, persoalan ini kompleks.
Gibran memandang persoalan ini relatif mudah karena ia memiliki pengalaman mendapatkan pekerjaan secara mudah juga selama ini. Bukan rahasia lagi, Paman Usman yang mencoba memuluskan pencalonan Gibran pada pilpres 2024, wajar juga sebagai masyarakat saya curiga beberapa keberhasilan Gibran sebagai Walikota Solo tercapai karena Bapaknya adalah seorang presiden -sehingga lobi-lobi ke pemerintah pusat dimudahkan. Coba karir politiknya dimulai dari rakyat biasa, tidak semudah itu. Â Â
Indonesia memang diproyeksikan akan mengalami bonus demografi, di mana proporsi penduduk usia produktif sangat besar. Oleh karena itu, ketersediaan lapangan kerja yang memadai menjadi krusial untuk mencegah bonus demografi berubah menjadi bencana demografi. Dua bulan lalu Gibran upload video di canal Youtube-nya berjudul "Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia", lucunya hampir semua komentarnya negatif dan menghina. Fenomena ini harus direfleksikan secara baik. Kenapa ini terjadi? Tentu ada perjalanan panjang yang menjadi sebabnya.Â