Sinar pagi yang sangat terang membuat Tanner terbangun dari tidurnya yang nyenyak, Ia merasa sangat lelah semalam, Walaupun ia juga merasa sangat bahagia karena bisa menghabiskan dengan seseorang yang menyenangkan. Mungkin saja ia jatuh cinta. Â Tidak Ia tidak ingin mempercayai hal itu dulu, mempunyai teman yang sedikit berengsek seperti Jansen saja sudah membuat Tanner bangga, telrlebih lagi seorang perempuan yang ingin menjadi temannya. Ia mungkin saja akan paingsan di tempat. Karena masih terhipnotis dengan apa yang terjadi semalam, ia bahkan melamun saat menyantap roti panggang keju yang ia buat sendiri.
Kemudian tiba-tiba Jansen datang dan menepuk pundak Tanner "Hei, kemana saja kau kemarin, aku sudah berusaha menelpon mu sampai 50 kali. Dan kau masih saja tidak menjawab."
Tanner masih melamun, dan tidak menjawab pertanyaan Jansen, karena ia sudah tenggelam di lautan kenangan bersama Vica
"HEY, APA YANG KAU LAKUKAN KEMARIN SEHINGGA MEMBUATMU JADI TULI SEKARANG?" lanjut Jansen dengan nada yang keras dan kesal.
"BIsakah kau diam sejenak aku sedang berpikir"
"Sejak kapan kau berpikir?"
"Sejak... Memang kau butuh apa hah?"
"Kau belum mendengar beritanya?" Lanjut Jansen dengan nada yang rendah
Tanner sempat bingung karena raut muka wajah Jansen tidak pernah seperti ini.
"Memangnya ada berita apa?"
"Bukalah ponselmu, dan baca headline berita kemarin di internet" Jansen menyodorkan ponsel milik Tanner yang ada di sofa ke pada Tanner.