Mohon tunggu...
Murti Ayu Wijayanti
Murti Ayu Wijayanti Mohon Tunggu... Dosen - l

A mother and educator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penghargaan yang Menghukum

1 November 2021   17:03 Diperbarui: 1 November 2021   17:50 3217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam kemarin menjadi malam yang sangat panjang dan melelahkan. Mengapa? Karena saya harus menemani putri saya belajar matematika untuk penilaian tengah semester. Matematika baginya seperti makanan yang tidak disukainya. Dihindarinya sebisa mungkin. Nah, malam itu nampaknya menjadi panjang sebab saya juga tidak menyukai matematika.

"Bu, terus ini digimanain?" Suara anak saya makin memelas memecah keheningan.

Saya agak kaget karena rupanya saya melamun, teringat jaman SD kelas 3 awal mula saya menghindari pelajaran ini. Saat itu guru saya selalu memberikan soal matematika untuk dikerjakan murid-murid. Siapa saja yang dapat menjawab bisa pulang duluan. 

Saya sangat heran, mengapa selalu matematika sedangkan pelajaran di SD itu banyak sekali, buktinya, punggung saya pegal sebab setiap hari menggendong tas berisi banyak buku. Alhasil, saya yang tidak bisa matematika selalu pulang terlambat. 

Semenjak itu, saya mendeklarasikan diri menjadi musuh matematika. Saya selalu berdoa agar tidak jumpa pelajaran ini. Nyatanya, di SMP, SMA saya masih menjumpai pelajaran ini. Kebetulan, dengan guru-guru yang tidak bisa menyembuhkan ketidaksukaan saya. Syukurlah, saat kuliah saya tidak jumpa pelajaran ini. Namun kemudian saya menikahi dosen matematika, eh!

Nampaknya niat guru saya itu sangat baik, ia ingin memotivasi murid-muridnya agar lebih semangat belajar dengan memberikan reward berupa pulang cepat itu. Namun, di saat yang sama, penghargaan itu menghukum saya yang tidak bisa mengerjakan soal matematika itu. Sebentar, sebentar. Mengapa penghargaan di saat yang sama juga menghukum? Apa maksudnya?

Konsep penghargaan dan hukuman adalah inti dari teori behaviorisme. Ada stimulus, maka ada respons. Penghargaan diberikan agar performa meningkat. Demikian juga sebaliknya. Hukuman diberikan jika tidak berperforma baik alias berbuat kesalahan dengan harapan kesalahan ini diperbaiki di masa mendatang.

Penghargaan diberikan dengan niatan mulia agar motivasi seorang anak meningkat. Akan tetapi, di satu sisi, penghargaan ini juga sekaligus hukuman bagi murid lain yang tidak dapat menunjukkan performa yang bagus. Contohnya sudah saya sebutkan di kasus saya jaman SD dulu.

Praktik pemberian penghargaan ini sudah sangat lama dilakukan di dunia pendidikan. Guru akan cenderung memberikan pernghargaan agar anak didiknya menjadi lebih termotivasi di masa mendatang. Selama ini masyarakat pendidikan juga merespons baik mengenai pemberian penghargaan ini. Akan tetapi, nampaknya ada hal-hal yang perlu diwaspadai dalam pemberian penghargaan ini yang ternyata di saat yang sama dapat menghukum.

Konsep dihukum oleh penghargaan dicetuskan oleh Alfie Kohn. Bahaya laten dari pemberian penghargaan mengintai. Dan hal itu seringnya tidak disadari. Guru akan cenderung menganggap bahwa mereka yang diberi penghargaan akan senantiasa termotivasi, sedangkan yang tidak mendapatkan penghargaan diharapkan juga untuk termotivasi sehingga di masa depan dia akan  baik sehingga nantinya akan mendapatkan penghargaan.

Sekarang mari kita bayangkan sekali lagi kejadian di masa sekolah. Saat upacara hari Senin, teman-teman yang ranking satu di masing-masing kelas dipajang di depan, dielu-elukan seluruh guru-guru dan mendapatkan hadiah. Murid-murid lain yang berbaris di tempatnya sendiri hanya meringis, kadang membatin, "Ya.., mereka mah memang pinter.." Jadi, bukannya termotivasi agar menjadi seperti teman-temannya yang mendapatkan penghargaan, murid-murid ini malahan merasa mendapatkan hukuman. Nah, ini tidak disadari bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun