Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Maggot BSF Solusi Limbah Domestik untuk Kehidupan Berkelanjutan

6 Februari 2024   08:19 Diperbarui: 6 Februari 2024   08:34 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar. Dokumentasi pribadi

Menurut data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), Indonesia menghasilkan 17,44 juta ton timbulan sampah sepanjang tahun 2023.

Masih berdasarkan sumber yang sama, terdapat 33% sampah nasional berasal dari sampah rumah tangga, 19% sampah pasar dan 18% sampah pusat perniagaan. Artinya, limbah domestik mendominasi permasalahan sampah di Indonesia. Berdasarkan data di atas, terdapat sekitar 33,53% atau setara dengan 5,84 juta ton lebih sampah yang tidak terkelola. Setiap tahun, permasalahan sampah masih belum terselesaikan, hal ini sesungguhnya membutuhkan penanganan serius tidak hanya dari pemerintah namun juga dibutuhkan kerja sama dan kesadaran masyarakat.

   Merubah Mindset

           "Buanglah sampah pada tempatnya" Itulah jargon yang terus dikampanyekan dalam upaya menjaga lingkungan.

Dalam upaya menjaga lingkungan dari limbah domestik, maka sesungguhnya diperlukan perubahan mainset, dan pemahaman tentang konsep "membuang sampah pada tempatnya".


Membuang sampah pada tempatnya, dari tempat sampah di rumah menuju tempat sampah sementara dan berakhir ke tempat pembuangan akhir, sesungguhnya tidak memberikan solusi apapun melainkan hanya memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat yang lain. Masyarakat harus bisa mengambil langkah konkret dengan memilah dan mengolah sampah menurut jenis dan manfaatnya, yang harus dilakukan mulai dari lingkungan rumahnya sendiri. Sehingga urusan sampah bisa selesai di pekarangan rumah masing-masing, tanpa harus turut serta memberi andil penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir.

  Dalam hal ini, sesungguhnya, menurut hemat saya, solusi dalam menjaga lingkungan dari limbah domestik telah tersedia, dengan banyak cara, metode dan inovasi. Sehingga masyarakat akan mudah meniru langkah-langkah penanganan sampah tersebut.

Beberapa upaya yang mampu memberikan pengaruh yang cukup signifikan untuk menjaga  lingkungan dari limbah domestik  salah satunya adalah:

 

Mengolah Sampah Organik Dengan Media Budidaya Maggot BSF

Berbekal niat  menjaga lingkungan dari limbah domestik, dan mampu mengolah sampah secara mandiri, maka pada tahun 2020 saya bergabung dengan para pegiat sampah, yang bergerak di bidang pengolahan sampah dengan menggunakan budidaya lalat hitam, sebagai media pengolahan sampah organik.

Hal yang menarik saya temukan di sini adalah, ternyata Allah telah menciptakan makhluk dalam bentuk lalat hitam, lebih lengkapnya bernama lalat tentara hitam atau Black soldier fly, yang dalam bahasa ilmiah lebih dikenal dengan Hermatia ilucenes.

Lalat hitam ini rupanya diberi tugas sebagai makhluk/hewan dekomposter. Artinya lalat tentara hitam mampu mendekomposisi atau mengurai sampah organik menjadi kompos.

Namun sesungguhnya bukan lalatnya yang banyak berkontribusi dalam proses penguraian sampah, melainkan larva dari lalat hitam tersebut. Larva lalat hitam yang lebih populer disebut dengan Maggot.

Lalat hitam ini merupakan serangga dari keluarga atau spesies lebah, karena lalat hitam adalah hewan yang tidak pernah makam, dia hanya minum untuk bertahan hidup. Dan tempat hidupnya adalah berkumpul dan singgah di dedaunan yang mengandung embun. Siklus hidup lalat hitam hanya sekitar 7 sampai 13 hari saja, dari bermetamorfosis menjadi lalat sampai ia bertelur. Setelah kawin dan bertelur, lalat-lalat ini akan mati.

Lalat tentara hitam betina akan bertelur di atas tumpukan sampah, seperti di tempat pembuangan sampah dan sejenisnya, karena di sanalah bayi-bayi maggot, alias larva lalat tentara hitam mendapatkan pasokan makanan secara berlimpah.

 Maggot, memiliki kemampuan yang luar biasa, dalam mengurai makanan, (limbah sampah organik) karena selama 24 jam, aktivitas maggot tidak berhenti dari makan. Ia adalah pemakan yang ulang dan rakus. Segala bentuk sampah organik domestik mampu maggot urai dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.

Untuk mengolah 1 ton sampah organik, hanya dibutuhkan 40 kg maggot yang berusia 7 sampai 20 hari, dan sampah akan terurai habis dalam waktu dua minggu. Siklus hidup maggot adalah 18-22 hari, selama itu pula maggot akan terus makan.

Melihat kemampuan maggot dalam mengolah sampah organik menjadi kompos, begitu luar biasa, saya berpikir dan optimis. Jika para pembudidaya, masyarakat dan pemda mampu bekerja sama, maka masalah sampah akan terselesaikan.

Kerja sama Pemda, Pegiat Lingkungan dan Masyarakat

Pegiat lingkungan yang bergerak di bidang penanganan sampah dengan membudidaya maggot, saat ini telah menjanur, artinya ada di tiap kota.

Melihat kemampuan maggot yang luar biasa dalam menangani masalah lingkungan, alangkah baiknya jika Pemda, pembudidaya dan pegiat lingkungan serta masyarakat saling menjalin kerja sama dan berkoordinasi.

Pemda bisa memfasilitasi sarana dan prasarana kepada pegiat sampah dan para pembudidaya untuk mengembangkan penanganan pengolahan sampah. Sehingga masyarakat setempat tidak lagi membuang sampah ke TPS maupun TPA, akan tetapi ke lokasi budidaya maggot yang telah tersedia dan dengan cara memilah sampah terlebih dahulu.

Efektivitas penanganan sampah menggunakan maggot, telah terbukti di berbagai kota, dan menuai kesuksesan, terlebih dengan adanya kerjasama seluru elemen masyarakat.

Dengan maggot sebagai makhluk dekomposter, ia memberikan banyak keuntungan dan manfaat, tidak sekedar menjadi solusi menjaga  lingkungan dari limbah domestik, limbah organik sekala besar  dan menjadi solusi ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi.

Solusi Lingkungan dan Ketahahan Pangan serta Ketahanan Ekonomi

Maggot, tidak hanya sebagai makhluk dekomposter yang super hebat, namun maggot juga merupakan salah satu pakan ternak berprotein tinggi. Ternak yang dimaksud di sini adalah ternak unggas, dan berbagai jenis ikan termasuk ikan hias.

Maggot, yang merupakan larva dari lalat hitam ini, bukan larva pembawa sumber penyakit seperti sejenis belatung, meski sekilas bentuknya mirip. Akan tetapi maggot adalah larva yang bebas dari berbagai penyakit. Karena di dalam tubuh maggot memiliki imunitas diri. Pergerakan dan aktivitas maggot akan menimbulkan suhu panas yang keluar dari tubuhnya, mampu membakar bakteri dan virus dari sampah-sampah yang ia urai. Kandungan protein dalam tubuh maggot juga cukup tinggi sehingga cocok untuk dijadikan pakan ternak.

 Bebrapa kandungan zat dan nutrisi yang terdapat pada maggot antara lain adalah: Mineral, protein, lemak, asam amino dan esensial, seperti yang telah disampaikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan.

Selain mampu menjadi solusi permasalahan lingkungan, maggot juga bisa menjadi solusi permasalahan ekonomi dan mengatasi masalah ketersediaan pakan bagi pembudidaya ikan dan unggas karena harga pakan ternak dengan menggunakan maggot akan relatif murah, namun dengan kualitas yang baik.

Ternyata maggot tidak sekedar  penghasil kompos berkualitas tinggi, namun terdapat bebrapa produk yang lain larva tersebut seperti: kompos berkualitas tinggi untuk kebutuhan perkebunan dan pertanian, pakan ikan dengan protein dengan kandungan sekitar 35-40% yang dibutuhkan ikan dan unggas, asam amino yang baik untuk nutrisi tanaman dan suplemen bagi ternak seperti sapi, kambing,  kelinci dan sejenisnya.

 

Pengelolaan Sampah yang Tidak Berbau

Perlu dipahami bahwa, pengolahan sampah menggunakan maggot tidak memberikan efek bau, kenapa demikian? Karena maggot sebagai makhluk yang rakus, akan mudah menghabiskan sampah organik sebagai pakannya, jika pemberian pakan teratur.

Upaya pengolahan sampah menggunakan maggot, telah saya praktek sendiri di rumah, meski masih dalam sekala kecil, lamun berawal dari langkah kecil ini akan menjadi langkah yang besar dan signifikan.

Begitu banyak manfaat dari maggot BSF dalam upaya pelestarian lingkungan. Mari ikut andil demi kelestarian bumi dan pemanfaatan energi berkelanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun