Mohon tunggu...
Mawar Putih
Mawar Putih Mohon Tunggu...

ingin berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Suami Saya Seorang Bajingan

22 September 2013   05:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:34 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini saya hidup dengan seorang bajingan? Saya mungkin terlambat menyadari kalau hidup, membesarkan anak-anak dengan laki-laki yang kelihatan baik dan penyanyang tetapi sebenarnya adalah bajingan yang tak punya perasaan dan suka menyakiti. Ingin saya bunuh dia agar tak lagi menyakiti hati saya, atau membuangnya  jauh dari kehidupan saya. Tetapi niatan itu tak pernah terwujud. Mungkin saya bodoh, tolol atau dungu. Sudah diperlakukan seperti itu tetapi bisa menerima.

Melakukan tindakan tak semudah mengucapkan kata-kata. Saya merasakan betul  betapa sulitnya berbuat dan mengambil tindakan , yang saya pikir bisa semudah seperti yang ada dalam pikiran saya dan ucapan saya. Lebih dari tiga kali sejak pernikahan kami yang lebih dari sepuluh tahun, saya dikhianati pasangan saya. Dahulu saya dengan entengnya akan mengecam perempuan yang dikhianati suami tetapi masih saja pasrah dan memafkan, apalgi sudah dilakukan berkali-kali. Atau saya akan komentar sinis  dan menilai betapa rapunya dan bodohnya perempuan yang pasrah saja diperlakukan seperti itu.

Tetapi nyatanya, tidak begitu mudah ketika saya mengalami sendiri. Meski sudah berkali-kali saya dikhianati, tetapi saya hanya sabar dan memaafkan kelakukan suami saya. Ya, saya asayang dan cinta dengan suami saya dan saya juga tidak siap jika keputusan saya akan memperngaruhi kondisi kejiwaan keempat anak saya. Bukannya anak akan menjadi korban pertama dalam perceraian? Saya juga tidak siap dengan pandangan keluarga dan lingkungan dengan perceraian.

Jadi saya lebih memilih menyakiti diri saya sendiri karena hidup dengan hati yang tak nyaman, penuh dengan kecurigaan dan prasangka dengan suami, merasa was-was sepanjang waktu. Saya tutupi semua yang saya rasakan dengan berusaha bersikap biasa dan tetap melakukan kewajiban sebagai seorang istri, ibu  bagi suami dan anak-anak saya.   Hanya air mata yang seringkali tak bisa terbendung karena tak kuat lagi menahan nestapa yang terus mengerogoti hati. Saya tak bisa pungkiri kalau masih sakit hati dan trauma dengan pengkianatan2 yang pernah saya rasakan, meski saya benar2 memafkan suami saya. Tetapi untuk melupakan ternyata tak smeudah itu.

Terbuat dari apakah hati, jiwa dan pikiran suami saya sampai terlalu tega berbuat itu? Selama hidup berumah tangga sayalah yang memegang kendali ekonomi, justru suami hanya membantu menjadi penompang.  Pekerjaan saya lebih  memadai untuk hidup keluarga kami, dan suami kelihatan senang dengan kondisi tersebut justru malah tidak kebebanan. Saya juga terlalu banyak mengalah  untuk menghindari  pertengkaran karena watak suami yang keras tetapi juga pencemburu.  TEtapi kenapa dia tega menyakiti saya.  setelah banyak pengorbanan yang saya lakukan untuk keluaraga kami? Dia selalu mengatakan cinta dan sayang kepada saya dan tak mungkin hidup tanpa saya, tetapi kenapa selalu menyakiti? Diantara bentuk pengkianatan yang pernah terjadi sampai menyebabkan kehamilan itu sudah sangat menginjak harga diri saya . Semua penghkianatan kebetulan saya yang mengetahui baru kemudian suami sadar. Pasti dia akan menghiba, menangis menyesal , meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Tetapi beberapa tahun kemudian dia akan mengulangi hal yang sama. Dan akan bersikap yang sama untuk meminta maaf dan berjanji tidak akan seperti itu lagi. Kali ini sudah yang keempat kalinya, saya tetap memaafkan . Tetapi saya terus digelayuti ketakutan akan dikhianati lagi. Saya hidup dalam kekhawatiran dan cinta yang dalam dengan suami saya.  Sungguh saya tak mampu untuk berpisah dengan suami saya.

Barangkali di dalam cinta memang banyak beribu maaf . Atau saya dungu/bodoh/ tolol?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun