Bibit yang ditawarkan terbukti mampu beradaptasi (toleran) dengan kondisi tanah dan agroklimat di dataran sedang sampai rendah.Â
Bibit tanaman kelengkeng yang dijual di pasaran biasanya diperoleh dari sistem cangkok, okulasi (tempel) dan biji.Â
Kabarnya, bibit kelengkeng yang dikembangkan dari sistem tempel akan menghasilkan tanaman dewasa yang lebih cepat berbuah ketimbang bibit dari biji karena sistem tempel itu sendiri merupakan cara penggabungan batang atas dan bawah dua tanaman yang memiliki sifat unggul.Â
Bibit kelengkeng yang dikembangkan dengan sistem cangkok juga memiliki keunggulan, selain cepat berbuah (umur setahun berbuah = genjah), postur tidak terlalu tinggi dan memiliki sifat unggul seperti induknya.Â
Belakangan ini masyarakat juga mulai mengembangkan tanaman buah dalam pot atau yang dikenal dengan sistem tabulampot.Â
Tentu saja pot atau wadah yang diperlukan berukuran cukup besar sebab pohon kelengkeng itu nantinya akan tumbuh menjulang sampai beberapa meter.Â
Selain pot besar, orang bisa menggunakan drum (besi maupun plastik), bekas bak mandi dari semen atau bahkan planter bag yakni semacam tas (ada pegangan) dari bahan khusus tahan lama.Â
Adapun media tanam yang digunakan biasanya merupakan kombinasi antara tanah gembur (remah), pasir, sekam bakar dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1:2.
Pupuk kandang, sebaiknya menggunakan kotoran kambing (Jawa = serintil wedhus) hasil pengomposan sehingga matang dan kandungan unsur nitrogen maupun posfornya cukup tinggi.Â
Sistem budidaya tanaman secara tabulampot mengharuskan kita untuk rajin melakukan penyiraman, pemupukan dan perawatan.Â
Pemupukan, untuk praktisnya gunakan saja pupuk lengkap NPK atau pupuk cair dengan kandungan unsur hara lengkap. Agar cepat diabsorbsi oleh akar tanaman, pupuk NPK yang biasanya berbentuk butiran dilarutkan dulu dalam air lalu disiramkan ke bagian perakaran.Â
Menanam kelengkeng di halaman rumahÂ