Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lelaki Renta dan Gerobak Rongsokannya

28 Februari 2021   21:25 Diperbarui: 28 Februari 2021   21:36 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merebahkan badan untuk sejenak beristirahat karena kelelahan (dok. Mawan Sidarta)

Gledak..gleduk..kriet..kriet..gledak-gleduk..bunyi itu semakin santer terdengar ketika gerobak dorong (Jawa = gledekan) mendekati sebuah bangunan rumah mentereng yang berdiri di pinggiran jalan.

Tampak seorang lelaki renta, sambil tertatih-tatih merapikan gerobaknya tepat di sisi kiri rumah mentereng itu. Sepertinya gerobak yang dibawanya itu penuh dengan berbagai barang yang bisa dibilang sudah rusak atau rongsokan. Ada kaleng bekas biskuit, timba plastik yang sudah pecah, kardus dan beragam barang rongsokan lainnya.

Di balik wajah keriputnya, lelaki tua sekira delapan puluhan tahun itu masih lekat dengan peci hitam, kumis dan jenggot tebal serta batang rokok yang terselip di bibir mulutnya yang hitam. Sesekali asap rokok tersembul keluar dari mulutnya.

Melepas rasa lelah sembari merokok (dok. Mawan Sidarta)
Melepas rasa lelah sembari merokok (dok. Mawan Sidarta)
Setelah merapikan gerobak dengan roda yang sudah kempes itu, lelaki yang oleh warga sekitar kerap disapa Mbah No itu lalu merebahkan tubuh rentanya tak jauh dari gerobaknya. Nafasnya terdengar tersengal-sengal karena menahan rasa lelah.

Sujarno demikian nama asli Mbah No, sudah sejak lama dikenal warga sekitar kawasan Jalan Gubernur Sunandar Priyo Sudarmo Krian-Sidoarjo (Jatim) sebagai pemungut barang-barang bekas alias rongsokan.

Tubuhnya memang sudah renta namun masih cukup kuat untuk membawa gerobak berisi penuh barang rongsokan.
Mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran) nya sudah banyak berkurang itu terlihat ketika saya sapa dan mencoba bercakap-cakap dengan beliau ternyata tidak memberikan respon alias (maaf) budek. Dan itu dibenarkan oleh beberapa warga yang melintas di dekat kami.

Tidak begitu jelas, di mana beliau tinggal. Di mana anak, cucu, sanak-saudara atau kerabat lainnya. Warga sekitar hanya tahu kalau lelaki yang sudah pantas punya cicit itu kesehariannya memunguti barang-barang bekas.

Beristirahat melepas lelah (dok. Mawan Sidarta)
Beristirahat melepas lelah (dok. Mawan Sidarta)
Mbah No memang sudah lanjut usia namun sisa kekuatannya masih jelas terlihat. Mulutnya yang tak bisa lepas dari rokok dan kesehariannya yang akrab dengan gerobak rongsokannya itu, setidaknya menjadi bukti kalau beliau masih kuat.

Masalah sampah terutama sampah plastik nampaknya masih menjadi persoalan krusial yang tak kunjung selesai.
Di tangan renta Mbah No, sampah-sampah (beragam rongsokan) terutama yang berbahan plastik itu dipungutnya lalu dibawa ke pengepul agar tidak mengotori kawasan sekitarnya.

Mbah No dengan tertatih-tatih karena usianya yang sudah sangat renta saban hari memunguti rongsokan plastik di kawasan Jalan Sunandar Priyosudarmo Krian Sidoarjo (Jawa Timur).

Rongsokan tadi kemudian dibawa ke pengepul untuk ditukar dengan sejumlah rupiah. Uang hasil berburu rongsokan digunakannya untuk membiayai hidup sehari-hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun