Kadang sesuatu (pernyataan) yang sudah telanjur beredar di masyarakat apalagi sudah dipercaya (diyakini) selama berabad-abad lamanya maka sesuatu tadi sudah dianggap benar dan sah-sah saja.Â
Padahal bila diteliti lebih jauh dan dikembalikan berdasarkan acuan (landasan) yang sebenarnya maka sesuatu yang diyakini tadi ternyata hanya salah kaprah.
Contoh sederhananya, hadis yang berbunyi "kebersihan sebagian dari iman". Sudah sejak lama kita mendengar hadis di atas. Bahkan sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK) atau Sekolah Dasar (SD) kita sudah sangat familiar dengan bunyi sunah rasul itu. Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya hadis itu bersifat daif (lemah).Â
Namun isi atau makna yang tersirat di dalamnya sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam tentang keindahan dan kebersihan. Sebagian ulama juga tak jarang menyitir bunyi hadis itu.
Umumnya dari kita juga sering mendengar terutama dari tayangan iklan di berbagai stasiun televisi (TV) pernyataan (hadis) yang berbunyi "berbukalah dengan yang manis".Â
Nah sebenarnya bunyi hadis yang benar seperti yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud itu ialah "Rasulullah SAW berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air".
Jadi baik kalimat "kebersihan bagian dari iman" maupun "berbukalah dengan yang manis", keduanya merupakan salah kaprah yang sudah sekian lama beredar di masyarakat. Meski demikian, kedua pernyataan (hadis daif) tadi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Â
Iklan atau sponsor produk makanan atau minuman tertentu baik yang tayang di berbagai stasiun TV maupun di media cetak yang menggunakan slogan "berbukalah dengan yang manis" sedikit banyak akan semakin mempopulerkan slogan tadi.Â
Bagi pihak produsen makanan atau minuman tentu hal itu menjadi momen yang tepat untuk memasarkan produknya di bulan Ramadan ini meski sejatinya pernyataan tadi salah kaprah.
Namun buah sawo kecik termasuk buah langka dan susah ditemukan di pasaran sedangkan kurma cukup mudah meski harganya lebih mahal.
Tidak perlu bingung Â
Perihal pernyataan "berbukalah dengan yang manis" dalam hal ini para ulama yang tergabung ke dalam lembaga bernama Majelis Ulama Indonesia (MUI) belum pernah mengeluarkan fatwa khusus untuk mengkritisi pernyataan itu. Alasannya mungkin karena pernyataan itu tidak menimbulkan kemudharatan bagi umat Islam.
Dari sisi ilmu kesehatan (gizi dan pangan), bahan makanan atau minuman yang rasanya manis, benar-benar manis alami tanpa tambahan pemanis kimia itu merupakan sumber energi. Tubuh membutuhkan asupan zat gula (glukosa) selain zat gizi lainnya setelah seharian berpuasa.Â
Nah..bahan makanan atau minuman seperti kurma dan air teh manis dalam hal ini sangat diperlukan sebagai penyedia energi yang berfungsi memperbaiki stamina yang mengendur.
Meski demikian para ahli sepakat dan menyarankan agar bahan-bahan makanan atau minuman yang rasanya manis tadi dikonsumsi dalam batas-batas yang sewajarnya.Â
Kalau dikonsumsi secara berlebihan (over) malah berakibat tidak baik bagi kesehatan kita. Seandainya tidak ada makanan atau minuman manis untuk mengawali berbuka puasa juga nggak masalah.Â
Berbuka dengan air putih hangat malah cukup baik pengaruhnya bagi lambung yang seharian tidak terisi makanan. Justru dari pengalaman sebagian orang, bila berbuka dengan langsung minum minuman dingin (es) maka lambung bukan tidak mungkin akan shock dan berakibat perut terasa kembung.
Sebagian orang merasa perlu banyak minum air putih (suhu biasa) selain menu makanan utama karena berpengaruh positif pada kesehatan dan kebersihan ginjal. Jadi banyak minum air putih itu justru baik dan sehat sekaligus mencuci ginjal yang seharian ikut berpuasa.