Tidak perlu bingung Â
Perihal pernyataan "berbukalah dengan yang manis" dalam hal ini para ulama yang tergabung ke dalam lembaga bernama Majelis Ulama Indonesia (MUI) belum pernah mengeluarkan fatwa khusus untuk mengkritisi pernyataan itu. Alasannya mungkin karena pernyataan itu tidak menimbulkan kemudharatan bagi umat Islam.
Dari sisi ilmu kesehatan (gizi dan pangan), bahan makanan atau minuman yang rasanya manis, benar-benar manis alami tanpa tambahan pemanis kimia itu merupakan sumber energi. Tubuh membutuhkan asupan zat gula (glukosa) selain zat gizi lainnya setelah seharian berpuasa.Â
Nah..bahan makanan atau minuman seperti kurma dan air teh manis dalam hal ini sangat diperlukan sebagai penyedia energi yang berfungsi memperbaiki stamina yang mengendur.
Meski demikian para ahli sepakat dan menyarankan agar bahan-bahan makanan atau minuman yang rasanya manis tadi dikonsumsi dalam batas-batas yang sewajarnya.Â
Kalau dikonsumsi secara berlebihan (over) malah berakibat tidak baik bagi kesehatan kita. Seandainya tidak ada makanan atau minuman manis untuk mengawali berbuka puasa juga nggak masalah.Â
Berbuka dengan air putih hangat malah cukup baik pengaruhnya bagi lambung yang seharian tidak terisi makanan. Justru dari pengalaman sebagian orang, bila berbuka dengan langsung minum minuman dingin (es) maka lambung bukan tidak mungkin akan shock dan berakibat perut terasa kembung.
Sebagian orang merasa perlu banyak minum air putih (suhu biasa) selain menu makanan utama karena berpengaruh positif pada kesehatan dan kebersihan ginjal. Jadi banyak minum air putih itu justru baik dan sehat sekaligus mencuci ginjal yang seharian ikut berpuasa.