1).Â
Dalam Agama Islam seperti yang diajarkan oleh Yang Mulia Rasulullah Muhammad SAW, menerangkan bahwa hari-hari dalam bulan suci Ramadan terbagi menjadi 3 tahap yakni 10 hari pertama merupakan hari-hari atau bulan penuh rahmat, 10 hari kedua merupakan bulan penuh maghfirah dan 10 hari terakhir merupakan bulan penuh ampunan dimana kaum muslimin dan muslimat yang dengan ihlas menjalankan ibadah puasa Ramadan akan dibebaskan dari sengatan api neraka (itkum minannar)(Pada 10 hari yang terakhir itu Nabi Muhammad SAW berpesan agar umat Islam yang sedang berpuasa semakin meningkatkan kualitas ibadahnya. Antara lain dengan mengerjakan sholat malam, tadarus (membaca) Al-Qur'an, berdzikir dan iktikaf dalam masjid, bersedekah dan berikhtiar untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar serta mengerjakan amal kebaikan lainnya.
Ajaran Rasulullah tentang betapa pentingnya pelaksanaan ibadah di 10 hari terakhir bulan suci Ramadan itu juga diamalkan oleh seluruh umat Islam di muka bumi ini tak terkecuali oleh masyarakat (umat Islam) yang ada di Kota Gresik, Jawa Timur.
Kota Gresik di Jawa Timur selama ini dikenal sebagai kota santri. Itu tak berlebihan karena memang di kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa itu banyak kita temukan pondok pesantren. Dari aspek kesejarahan, juga cukup banyak kita temukan pusara (makam) para pejuang Islam (waliyullah) di kota yang kondang dengan industri semennya itu.Â
Tak ubahnya kota-kota lain di berbagai penjuru tanah air, di mana pada setiap Bulan Ramadan selalu dibanjiri dengan berbagai aktivitas ibadah dan tradisi maka di kota yang ngehits karena kue pudaknya itu juga memiliki tradisi unik dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
Ada beberapa tradisi unik di Kota Gresik yang tetap terpelihara secara turun-temurun hingga saat ini, yaitu tradisi malam 23 Ramadan, malam selawe dan tradisi pasar bandeng pada malam 27 dan 29 Bulan Ramadan.Â
Dua tradisi lainnya yakni malam 23 dan pasar bandeng (malam 27) sempat melambungkan nama Kota Gresik di kancah nasional bahkan menjadi percaturan masyarakat dunia.
Pada malam 23 Ramadan digelar tradisi buka bersama dengan menu Sanggring atau kolak ayam yang secara rutin dilaksanakan di halaman Masjid Sunan Dalem, Desa Gumeno, Bungah -- Gresik. Sementara itu untuk gelaran pasar bandeng biasanya diadakan di kawasan jalan Samanhudi - Gresik.
Tradisi berbuka puasa bersama dengan menu Sanggring (kolak ayam)
Acara berbuka puasa bersama dengan menu Sanggring atau kolak ayam merupakan tradisi rutin masyarakat Desa Gumeno, Bungah -- Gresik.Â
Acara itu mengundang perhatian masyarakat luas termasuk media arus utama dan media online. Tidak sedikit pengunjung yang berasal dari luar Kota Gresik. Bahkan kabarnya mengundang perhatian masyarakat manca negara.
Makanan yang bernama Sanggring sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun silam. Sanggring kala itu menjadi tombo (obat) yang ditemukan oleh Sunan Dalem (putra Sunan Giri) yang sedang sakit. Dalam mimpinya sang sunan diminta membuat ramuan yang berasal dari ayam jago, daun bawang, gula Jawa, jinten dan santan.
Jenis kuliner yang punya sebutan kolak ayam itu sudah mentradisi selama berabad-abad dan terbilang sangat unik karena sangat berbeda dengan makanan kolak yang biasa kita temukan sehari-hari. Kolak ayam dibuat dari campuran daging ayam jago (muda) yang disuwir-suwir dan beberapa bahan lainnya.Â
Mengingat acara buka bersama itu melibatkan masyarakat Desa Gumeno dan para pengunjung dalam jumlah tidak sedikit maka bahan-bahan yang diolah juga disediakan dalam jumlah besar. Yang mengolahpun juga para lelaki desa dengan dibantu oleh sebagian ibu-ibu dan remaja di daerah itu. Catatan selengkapnya bisa dibaca di : (3).Â
Pasar Bandeng GresikÂ
Tradisi Pasar Bandeng kabarnya juga merupakan warisan Sunan Giri. Kala itu sang sunan yang juga menduduki singgasana di Giri Kedaton bermaksud mengangkat perekonomian masyarakat Gresik dengan mengembangkan potensi tambak ikan bandeng (4).Â
Sampai sekarang Kota Gresik dikenal secara luas sebagai sentranya usaha budidaya tambak bandeng dan beberapa jenis ikan lainnya.
Tradisi pasar bandeng Gresik tak sekedar memajang ikan-ikan bandeng berbagai ukuran dari hasil para petambak di Kota Gresik. Melainkan juga melibatkan partisipan dari luar Kota Gresik seperti Lamongan, Tuban dan kota udang Sidoarjo.
Di acara itu para pengunjung bisa berburu ikan-ikan bandeng dengan ukuran dan harga sesuai selera.
Puncak acara biasanya digelar kontes bandeng. Panitia kontes akan memilih bandeng-bandeng berkualitas sangat bagus yang dilombakan. Dan hal yang cukup mengejutkan para pengunjung ialah diumumkannya bandeng dengan kualitas terbagus sekaligus yang memiliki bobot paling besar. Satu ekor ikan bandeng pemenang kontes beratnya bisa mencapai 15 kilogram dan jika dijual harganya bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.Â