Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sanggring, Kuliner Unik Warisan Sunan Dalem

2 November 2017   16:32 Diperbarui: 2 November 2017   23:57 2679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sanggring siap dijadikan menu berbuka puasa bersama (dok.pri)

Jangan dikira Sanggring atau Kolak Ayam itu seperti makanan kolak yang biasa kita konsumsi sehari-hari dimana di dalamnya terdapat pisang kepok, ketela rambat, singkong, kacang ijo (hijau), kolang-kaling atau waluh (labuh) kuning. Tidak demikian, Sanggring atau Kolak Ayam merupakan kuliner tradisional dari Desa Gumeno, Manyar -- Gresik, Jawa Timur yang terbuat dari ayam kampung jantan (jago), gula merah (gula Jawa), jinten hitam, bawang daun, santan kelapa dan air.

Ada yang menamakan sanggring saja atau kolak ayam saja atau gabungan keduanya yakni sanggring kolak ayam. Semua sebutan itu menunjuk pada benda yang sama.

Sanggring begitu melegenda di kalangan masyarakat Gresik khususnya warga Desa Gumeno -- Manyar, pasalnya kuliner ini sudah ada sejak 5 abad yang lalu. Ceritanya nih, pada kurun waktu tertentu Sunan Dalem mengalami sakit yang cukup parah. Beliau dan pengikutnya berikhtiar berhari-hari mencari obat untuk kesembuhan sakit yang dideritanya. Setelah menerima petunjuk dari Allah Yang Maha Kuasa akhirnya beliau menemukan ramuan obat (jamu) yang kini dinamakan sanggring itu. 

Konon kata sanggring berasal dari suku kata sang yang berarti raja dan gering berarti sakit. Sanggring berarti raja yang sakit. Sunan Dalem kala itu memang menjadi seorang penguasa (raja) ke-2 dari Kerajaan Giri (Giri Kedaton). Beliau adalah putra dari Sunan Giri atau Raden Paku. Sunan Dalem wafat pada tahun 1545 masehi dan pusaranya berada di sebelah barat makam Sunan Giri.

Proses pencarian obat untuk sang sunan memakan waktu berhari-hari yang diistilahkan dengan kholaqul ayyam. Kata ini lambat laun mengalami proses morfologi dalam pengucapannya sehingga terdengar kata kolak ayam seperti istilah sekarang ini.

Membersihkan bawang daun (dok.pri)
Membersihkan bawang daun (dok.pri)
Sebagai seorang raja, Sunan Dalem tentu mempunyai pengaruh besar di mata masyarakatnya kala itu. Titahnya akan menjadi perintah tak tertulis yang wajib dilaksanakan oleh rakyatnya.

Pernah suatu ketika Sunan Dalem memerintahkan penduduk desa agar membangun kolam untuk berwudhu yang hingga kini kolam itu masih tetap terawat dengan baik dan terletak di sebelah timur Masjid Jamik Gumeno. Kebetulan kala itu bertepatan dengan bulan suci Ramadhan.

Panitia sanggringan sedang sibuk (dok.pri)
Panitia sanggringan sedang sibuk (dok.pri)
Sebagai pengganjal perut dan obat untuk mengatasi rasa pegal, sang sunan memerintahkan para penduduk yang bekerja secara gotong-royong tadi supaya memakan nasi (ketan) dengan lauk kolak ayam. Sang sunan khawatir kalau-kalau kolak ayamnya tidak mencukupi untuk jumlah penduduk desa sebanyak itu, akhirnya Sunan Dalem memerintahkan agar daging ayamnya disuwir-suwir (dipotong /disobek memanjang dengan tangan, red). Itulah sebabnya mengapa daging ayam pada sanggring berbentuk suwiran.

Untuk mengenang pengobatan unik ala Sunan Dalem itu maka setiap malam 23 Bulan Ramadhan warga Desa Gumeno secara turun-temurun menggelar acara sanggringan yang dipusatkan di lingkungan Masjid Jamik Gumeno. 

Acara ini merupakan tradisi tahunan yang mengundang perhatian masyarakat luas bahkan khabarnya terdengar hingga ke mancanegara. Banyak awak media cetak maupun elektronik tumplek blekdi sana untuk meliput acara yang mencuatkan nama Desa Gumeno di mata masyarakat dunia itu.

Sanggring merupakan kuliner unik yang dijadikan menu (takjil) berbuka puasa bersama bagi jama'ah Masjid Jamik Gumeno, warga desa atau masyarakat umum yang ingin melihat langsung prosesi acara itu. Dalam perkembangan selanjutnya volume takjil sanggring selalu ditingkatkan dari tahun ke tahun disesuaikan jumlah jama'ah  atau pengunjung yang hadir. Proses pengolahannya sudah dilakukan 1 atau 2 hari menjelang sanggringan.

Sanggring digelar dekat kolam berwudhu (dok.pri)
Sanggring digelar dekat kolam berwudhu (dok.pri)
Semua bahan sanggring berkualitas bagus, diolah dalam wajan (wadah) berukuran besar. Dan uniknya lagi, yang memasak itu para pria. Setelah dibersihkan, ratusan ekor ayam jago tadi kemudian dimasak hingga dagingnya lunak. Tulang, kepala, ceker dan jerohan dipisahkan, dagingnya disuwir-suwir.

Kuah bumbu sanggring berasal dari campuran bawang daun, gula merah, santan kelapa, jinten hitam dan air. Rasanya manis gurih dengan bau khas bawang daun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun