Bagi kalian yang berasal dari Suku Jawa mungkin familiar dengan bunyi pepatah "Ajining rogo soko busono, ajining diri soko lathi (berharganya badan dari pakaian (busana) yang dikenakan sementara berharganya diri ini dari tutur kata dan perbuatan yang dilakukan, red)".
Kini manusia moderen semakin rasional dan hidup dalam zaman serba materialistis bahwa berartinya diri bukan hanya terletak pada tutur kata (Jawa = lathi) dan perbuatan luhur melainkan juga terletak pada aset (harta benda) yang dimiliki oleh seseorang.Â
Setidaknya harta berupa rumah tinggal meski itu sederhana namun layak (memenuhi syarat) untuk dijadikan tempat tinggal. Seseorang yang memiliki rumah sendiri dengan yang masih ngontrak tentu nilainya (Jawa = ajining) akan berbeda di mata orang lain, benar kan?Â
Dapat disimpulkan (ala saya lho) bahwa memiliki rumah itu sangat berarti apalagi untuk zaman seperti sekarang ini di mana harga rumah sederhana di lokasi yang agak terpencil saja sudah mencapai ratusan juta rupiah.Â
Tak berlebihan bila para orang tua zaman dulu sering memberikan wejangan (nasehat) kepada anak-anaknya yang bunyinya kira-kira "iso duwe' omah iku aji le'(bisa punya rumah itu bernilai nak, red)". Karena rumah sesederhana apapun bentuknya meski "hanya berbilik bambu, tanpa hiasan, tanpa lukisan, beratap jerami, beralaskan tanah namun semua ini punya kita. Memang semua ini milik kita, sendiri.." (pinjam cuplikan lagu Rumah Kita oleh Ahmad Albar).
Rumah merupakan tempat bernaung dan berlindung para penghuni (anggota keluarga) dari panas dan hujan. Tak sekedar itu, di rumahlah tempat pertama kali para orang tua menanamkan nilai-nilai (moral keagamaan dlsb) kepada anak-anaknya.
Jangan biarkan tembok kosongÂ
Mereka yang sudah punya rumah sungguh sangat bersyukur kepada Tuhan. Namun di era sekarang ini hidup tidak cukup seperti apa yang digambarkan Ahmad Albar dalam cuplikan lagu berjudul Rumah Kita di atas.
Memang kita wajib bersyukur dengan rumah yang sudah kita miliki namun tidak cukup sampai di situ, tak ada salahnya rumah yang sudah kita miliki itu diperindah (dipercantik) seperti kalau halnya kita mendadani (merias) wajah dan merawat tubuh kita sendiri.
Sebaliknya ada juga pemilik rumah yang sebenarnya memiliki banyak waktu luang di rumah sayangnya ia termasuk yang kurang care dan kreatif dengan rumahnya sehingga rumahpun menjadi kurang terurus. Antara kesempatan dan kreativitas harus sejalan dan dimiliki oleh yang empunya rumah agar rumahnya menjadi terurus.
Salah satu cara yang paling sederhana yang bisa dilakukan pemilik rumah agar tembok bagian luar rumahnya (yang masih terlihat susunan batu batanya karena belum diplester) terlihat lebih indah ialah dengan mengecat tembok luar tadi dengan warna-warna cerah tentunya sesuai selera sang pemilik.Â