Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Klotekan", Tradisi Unik Membangunkan Orang Sahur yang Kini Mulai Langka

5 Juni 2018   16:40 Diperbarui: 5 Juni 2018   16:49 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klotekan (musik patrol) kekinian (dok.pri)

Membuat Alat Klotekan Sendiri 

Potongan bambu bagian tengahnya dilubangi sehingga ketika dipukul menghasilkan suara khas dan enak di telinga.

Gendang yang aslinya dibuat dari kayu dimana di kedua lubangnya dilapisi kulit kambing atau sapi yang sudah dikeringkan. Namun untuk musik patrol ala zaman kecil-kecilan saya dulu dan mungkin sampai sekarang masih dipertahankan, gendangnya sangat simpel yaitu menggunakan kertas semen rangkap dua atau tiga sebagai penutup salah satu lubang kaleng. 

Tidak perlu keduanya ditutup kertas semen. Jadinya mirip ketipung, di permukaan atasnya diolesi lem kanji. Terus dijemur di bawah terik matahari. Kadang dipanaskan di atas bara api unggun. 

Semua itu bertujuan agar permukaan ketipung dari kertas semen tadi mengeras dan bila ditabuh bersuara enak nyaring. Kalau kertas semen mengendor ya dijemur lagi.

Bas kotak dibuat dari kotak kayu dengan bagian tengah berlubang ya seperti gitar saja tapi senarnya menggunakan ban dalam sepeda atau motor yang dipotong memanjang seperti tali. Asalkan kalau dipetik tidak putus dan berbunyi layaknya bas saja, deng..deng..begitulah kira-kira bunyinya.

Jadilah seperangkat alat musik patrol sebagai tradisi klotekan keliling kampung untuk membantu membangunkan orang-orang yang akan sahur.

Seiring perkembangan zaman, tradisi membangunkan orang dengan musik patrol (klotekan) sampai sekarang masih tetap terpelihara. Namun mungkin semangatnya sudah tidak seperti dulu lagi. 

Dalam sebulan Ramadan paling cuma beberapa kali saja anak-anak itu berklotekan ria. Selanjutnya sudah tidak pernah terdengar lagi instrumen musik ala kadarnya itu. Mungkin mereka sudah malas, lebih memilih sahur sendiri di rumahnya masing-masing.

Alat-alat musik untuk klotekan kini sudah jauh berbeda dengan masa kecil saya dulu. Sekarang menggunakan gitar akustik, gambang dari bilah-bilah bambu, gendang asli dan alat musik modern lainnya.

Malahan musik patrol kini makin digalakkan dengan diselenggarakannya berbagai festival musik yang mengadopsi tradisi klotekan itu. Dalam festival musik patrol instrumen yang digunakan lebih bervariasi lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun