Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nyai Ageng Usami, Sosok yang Berjasa Membantu Pasukan Giri Kedaton

28 Mei 2018   06:59 Diperbarui: 28 Mei 2018   09:03 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pusara Nyai Ageng Usami (dok.pri)

Semasa hidupnya, Sunan Giri atau yang punya nama lain Raden Paku itu tak lepas dari perempuan-perempuan hebat yang ada didekatnya. Di belakang suami yang sukses (hebat) selalu terdapat istri yang hebat pula, pemeo ini tampaknya tak berlebihan. 

Mungkin karena ahlak, watak, perbuatan (kepribadian) dan ilmu yang mengagumkan yang dimiliki Sunan Giri sehingga tidak sedikit perempuan yang tertarik dan menaruh hati kepada beliau.

Selama ini yang disebutkan dalam buku-buku atau catatan-catatan sejarah hanya dua orang wanita saja yang menjadi istri Sunan Giri atau yang punya nama kecil Joko Samudro itu yaitu Dewi Murtosiyah anak Sunan Ampel dari Surabaya dan Dewi Wardah anak Ki Ageng (Sunan) Bungkul juga dari Surabaya.

Pro dan kontra seputar Putri Campa (Jawa = Cempo) yang pusaranya berada di wilayah perbukitan Kebomas Gresik konon juga disebut-sebut sebagai istri sang sunan yang bergelar Prabu Satmata (Satmoto) itu. Namun versi lain menyebutkan kalau Putri Campa itu hanya menaruh hati kepada sang sunan, mereka belum sempat menikah.

Dari hasil pernikahan antara Sunan Giri dengan Dewi Murtosiyah dan Dewi Wardah itulah kemudian lahir puluhan putra-putri yang hebat yang kelak akan meneruskan gerak perjuangan Sunan Giri dalam menyebarkan Islam di Gresik dan sekitarnya bahkan sampai ke pelosok negeri. 

Putra-putri keturunan Sunan Giri sebagian juga bergelar sunan sekaligus melanjutkan tahta Kerajaan Giri (Giri Kedaton).

Pak Zainul Faliqin (dok.pri)
Pak Zainul Faliqin (dok.pri)
Ada seorang tokoh wanita lagi yang mungkin tidak tercatat dalam sejarah namun perannya begitu besar dalam kehidupan Sunan Giri. Beliau itu adalah Nyai Ageng Usami atau oleh masyarakat Kebomas dinamakan Mbah Usami.

Nyai Ageng Usami dikabarkan sebagai istri ketiga (ke-3) dari Sunan Giri. Pusara Nyai Ageng Usami tidak berada di kompleks pemakaman Sunan Giri seperti kedua istri beliau (Dewi Murtosiyah dan Wardah) dan anggota keluarga lainnya melainkan terletak di pinggir Jalan Kawisanyar (Desa Jeblok) yang berada tak jauh dari kompleks pekuburan keluarga Giri.

Sedang menerangkan (dok.pri)
Sedang menerangkan (dok.pri)
Selama ini pusara Nyai Ageng Usami itu selalu terlewatkan kalau saya atau mungkin peziarah lain sedang mengunjungi kompleks pemakaman keluarga Giri. 

Menurut keterangan Zainul Faliqin (67), tokoh masyarakat Kawisanyar atau Desa Jeblok, Nyai Ageng Usami adalah putri dari Siti Fatimah dari Kerajaan Blambangan atau yang sekarang bernama Banyuwangi.

Makam atau pusara Siti Fatimah (bukan Siti Fatimah Binti Maimun) sendiri berada di kawasan dekat kantor polsek Kebomas Gresik.

"Dari pernikahan Nyai Ageng Usami dengan Sunan Giri kemudian lahir Joko Tingkir dan generasi sesudahnya" terang Zainul Faliqin.

Namun Zainul mengaku belum tahu persis tentang silsilah setelah masa Joko Tingkir.

Pada tahun 1969, seperti tertulis di kuburan Nyai Ageng Usami, pemerintah daerah Gresik dan manajemen Semen Gresik melakukan pengembangan-pengembangan di kawasan yang sekarang bernama Kawisanyar (Jeblok) lalu ditemukan makam kuno yang ternyata milik Nyai Ageng Usami, istri ke-3 Sunan Giri.

"Saat Keraton Giri mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit maka Nyai Ageng Usami inilah yang berperan membantu kebutuhan pasukan Giri" jelentreh Zainul Faliqin melanjutkan ceritanya.

Peperangan yang dahsyat menimbulkan jumlah korban yang tak sedikit dari kedua belah pihak. Jalanan penuh dengan ceceran darah. Kawasan yang penuh lumuran darah tadi kemudian dinamakan Desa Jeblok.

Sedangkan kawasan/daerah ditemukannya mayat tentara dari dua kerajaan yang saling bergelimpangan (Jawa = gletakan / gemletak) itu kini dinamakan Jalan Kletak yang berada di seberang pusara Nyai Ageng Usami.

Balai di pekuburan Nyai Ageng Usami (dok.pri)
Balai di pekuburan Nyai Ageng Usami (dok.pri)
Setiap tahun pada malam Jumat minggu terakhir Bulan Syakban, masyarakat Desa Jeblok (Kawisanyar), Kebomas -- Gresik dan sebagian umat Islam lainnya menyelenggarakan acara haul untuk mendoakan dan mengenang kembali jasa Nyai Ageng Usami yang telah berperan dalam kehidupan Sunan Giri dan kedaulatan Kerajaan Giri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun