Entah berapa banyak restoran, kafe atau lapak (warung) makanan dan minuman sudah dibangun di daerah ini. Toh kenyataannya hingga saat ini lapak Dawet Kudus milik Cak Minto tetap eksis bahkan semakin ngetop dan bertambah ramai saja.
"Kalau boleh tahu apa sih mas rahasianya kok laris manis?" tanya saya kepada Tono dengan nada sedikit guyon. "Soal resep itu urusan bos om, dawetnya memang didatangkan langsung dari Kudus" papar Tono sambil membawa 5 atau 6 gelas dawet sekaligus.
Gula untuk Dawet Kudus Cak Minto bukan hanya kental tapi sangat kental. Seperti gulali, entah ditambahi bahan apa saya sendiri tidak tahu persis karena hal itu menjadi rahasia perusahaan.Â
Begitu gula dituangkan ke dalam gelas dawet, diaduk-adukpun gula tak lekas melarut. Asal tahu saja, manis gula (Jawa) nya khas dan berbeda dari dawet-dawet lain yang pernah saya rasakan. Susah menceritakannya.Â
Kursi dan meja yang ditempatkan di trotoar serta panorama berupa keramaian lalu lintas Jalan Mayjen Sungkono tentu menjadi daya tarik tersendiri. Meski lapaknya berada di pinggir jalan besar, namun halaman parkir tetap tersedia di sana.
Di lapak dawet milik Cak Minto itu juga tersedia cemilan lain sebagai pengganjal perut berupa tahu brontak, sate telur puyuh dan sale pisang keju.