Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rela Antre Ingin Mereguk Segarnya Dawet Kudus di Surabaya

12 Mei 2018   21:19 Diperbarui: 13 Mei 2018   06:27 3101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tono sedang melayani pembeli (dok.pri)

Kebanyakan dari kita tak terkecuali saya tentu pernah merasakan minum dawet. Apalagi bila ke dalam minuman yang oleh masyarakat Sunda (Jakarta/Jabar) disebut cendol itu ditambahkan es batu tentu akan menjadi es dawet yang rasanya suegeerr..(segar, red)

Yang saya tahu, beberapa daerah di Pulau Jawa atau mungkin di daerah lain di Indonesia ini terkenal dengan minuman dawetnya. Namanyapun diambil dari nama daerah di mana dawet itu berasal. 

Ada beberapa nama dawet diantaranya : Dawet Jabung Ponorogo, Dawet Hitam Kutoarjo, Dawet Jepara, Dawet Ayu Banjarnegara, Dawet Surabaya, Dawet Madura dan Dawet Kudus.

Semua dawet di atas sudah pernah saya rasakan sensasinya. Saya tidak perlu bersusah-payah mendatangi daerah asalnya, yang jaraknya cukup jauh itu karena semua jenis dawet tadi bisa dinikmati di tempat (lapak) yang berada tak jauh dari kediaman saya.

Pembeli dawet sedang antri (dok.pri)
Pembeli dawet sedang antri (dok.pri)
Salah satu lapak dawet yang begitu menyita perhatian saya ialah lapak Dawet Kudus milik Cak Minto yang ada di kawasan Mayjen Sungkono Surabaya.

Informasi yang saya dapatkan dari berbagai sumber di internet menyebutkan kalau lapak dawet milik Cak Minto itu tidak pernah sepi dari pengunjung. 

Ternyata tidak berlebihan apa yang dikatakan beberapa sumber di internet tadi. Belum lama saya duduk di kursi yang di tempatkan di bagian dalam warung (lapak) tiba-tiba muncul puluhan pengunjung yang ingin menikmati Dawet Kudus kreasi Cak Minto itu.

dawet-minto-06-5af6f3d9ab12ae62211db752.jpg
dawet-minto-06-5af6f3d9ab12ae62211db752.jpg
"Bisa ketemu Pak Minto mas?" tanyaku kepada Tono (bukan nama sebenarnya), salah satu karyawan Cak Minto yang tak mau menyebutkan namanya. "Pak Minto sedang belanja om" jawab Tono dengan ramah.

Saya kemudian mengajak ngobrol Tono sambil sesekali bertanya apa saja seputar bisnis dawet Kudus yang mereka kelola. Sementara itu di bagian depan lapak terlihat puluhan pembeli berjajar antri menunggu pesanan dawetnya. 

Tono sendiri mengaku sudah 18 tahun bergabung dengan usaha dawet Cak Minto. Sementara lapak Dawet Kudus Cak Minto itu sudah berdiri sejak tahun 1996.

Kawasan Jalan Mayjen Sungkono Surabaya selama ini dikenal memiliki kepadatan arus lalu lintas yang cukup tinggi. Banyak gedung bertingkat, gedung perkantoran atau bahkan hotel berdiri di sepanjang jalan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun