Kebanyakan dari kita tak terkecuali saya tentu pernah merasakan minum dawet. Apalagi bila ke dalam minuman yang oleh masyarakat Sunda (Jakarta/Jabar) disebut cendol itu ditambahkan es batu tentu akan menjadi es dawet yang rasanya suegeerr..(segar, red)
Yang saya tahu, beberapa daerah di Pulau Jawa atau mungkin di daerah lain di Indonesia ini terkenal dengan minuman dawetnya. Namanyapun diambil dari nama daerah di mana dawet itu berasal.Â
Ada beberapa nama dawet diantaranya : Dawet Jabung Ponorogo, Dawet Hitam Kutoarjo, Dawet Jepara, Dawet Ayu Banjarnegara, Dawet Surabaya, Dawet Madura dan Dawet Kudus.
Semua dawet di atas sudah pernah saya rasakan sensasinya. Saya tidak perlu bersusah-payah mendatangi daerah asalnya, yang jaraknya cukup jauh itu karena semua jenis dawet tadi bisa dinikmati di tempat (lapak) yang berada tak jauh dari kediaman saya.
Informasi yang saya dapatkan dari berbagai sumber di internet menyebutkan kalau lapak dawet milik Cak Minto itu tidak pernah sepi dari pengunjung.Â
Ternyata tidak berlebihan apa yang dikatakan beberapa sumber di internet tadi. Belum lama saya duduk di kursi yang di tempatkan di bagian dalam warung (lapak) tiba-tiba muncul puluhan pengunjung yang ingin menikmati Dawet Kudus kreasi Cak Minto itu.
Saya kemudian mengajak ngobrol Tono sambil sesekali bertanya apa saja seputar bisnis dawet Kudus yang mereka kelola. Sementara itu di bagian depan lapak terlihat puluhan pembeli berjajar antri menunggu pesanan dawetnya.Â
Tono sendiri mengaku sudah 18 tahun bergabung dengan usaha dawet Cak Minto. Sementara lapak Dawet Kudus Cak Minto itu sudah berdiri sejak tahun 1996.
Kawasan Jalan Mayjen Sungkono Surabaya selama ini dikenal memiliki kepadatan arus lalu lintas yang cukup tinggi. Banyak gedung bertingkat, gedung perkantoran atau bahkan hotel berdiri di sepanjang jalan ini.Â