[caption id="attachment_300586" align="aligncenter" width="550" caption="Batu nisan kuno dari batu andesit dengan cungkup makam uang unik"][/caption]
10 November 2013 ini diperingati Bangsa dan Negara Indonesia sebagai hari pahlawan. Hari pahlawan sebenarnya merupakan bentuk “penghormatan” rakyat dan bangsa kita kepada peristiwa pertempuran melawan Belanda dan sekutunya yang terjadi di Kota Surabaya pada 10 November 1945 silam. Pertempuran yang “mencengangkan” dunia itu telah menelan korban jiwa, harta benda dan perasaan yang tak terkirakan. Keberanian dan perjuangan Arek-Arek Surabaya melawan tentara sekutu inilah yang kemudian diperingati sebagai hari pahlawan.
[caption id="attachment_300589" align="aligncenter" width="443" caption="Gapura menuju kompleks makam Pusponegoro"]
Jauh-jauh hari sebelum peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, kisah kepahlawanan juga dikumandangkan oleh seorang tokoh di Gresik. Adalah Kyai Tumenggung Pusponegoro, bupati pertama Kota Gresik, perjuangannya bukan untuk melawan Belanda dan sekutunya namun dari beliaulah kemudian lahir bupati-bupati dan pemimpin besar daerah di propinsi Jawa Timur dan Tengah.
[caption id="attachment_300591" align="aligncenter" width="550" caption="Gapura di dalam kompleks makam Pusponegoro "]
Cukup lama kami berada di dalam kompleks makam Maulana Malik Ibrahim. Setelah berdo’a secara khusyuk bersama-sama dengan para peziarah lain, kunjungan kami selanjutnya adalah kompleks pusara Kyai Tumenggung (KT) Pusponegoro yang menjadi bupati pertama Kota Gresik. Untuk menuju kompleks makam Bupati Pusponegoro bisa melalui area makam Maulana Malik Ibrahim, karena kedua kompleks ini memang bersebelahan.
[caption id="attachment_300594" align="aligncenter" width="550" caption="Prasasti di kompleks makam Pusponegoro"]
Ada yang istimewa saat pertama kali memasuki kompleks makam Bupati Pusponegoro ini. Pintu gerbang (gapura) terlihat sederhana, kuno dan kokoh. Di bagian atasnya adatulisan menggunakan huruf Jawa dan latin nama bupati pertama Gresik ini.
Kompleks makam ini cukup luas. Seperti makam para aulia atau tokoh besar lainnya, pohon kamboja selalu ditanam dan tumbuh subur di antara batu nisan yang ada. Batu-batu nisan yang tersebar di kompleks makam Pusponegoro bentuknya kuno berukuran sangat besar dan terbuat dari batu gunung (andesit). Kekunoan batu nisan itu member kesan “angker” sekaligus “kewibawaan” sang tokoh semasa hidupnya.
[caption id="attachment_300596" align="aligncenter" width="550" caption="Makam kerabat Bupati Pusponegoro"]
[caption id="attachment_300602" align="aligncenter" width="550" caption="Bejana air kuno dari batu andesit di kompleks makam Pusponegoro"]
Batu nisan kuno yang tersebar di pekuburan ini kurang bisa dikenali satu persatu karena memang tidak dicantumkan nama orang yang dimakamkan di sana. Sebelum memasuki gapura pusara Pusponegoro, pengunjung akan melihat sebuah prasasti cantik dengan tulisan Jawa. Dibuat tahun berapa dan apa isinya kami juga belum mengetahuinya. Yang pasti keberadaan prasasti yang diperkirakan terbuat dari batu andesit ini akan menambah pesona kompleks makam dengan bebatuan nisan berukuran sangat besar ini.
Di dalam area makam, pengunjung bisa menyaksikan bejana air yang terbuat dari batu andesit. Untuk keperluan tertentu, peziarah bisa memanfaatkan air dalam bejana kuno ini.
Pemandangan menarik lainnya yang bisa Anda temukan di pekuburan ini adalah keberadaan batu pendek berukir dengan tulisan Jawa yang ada di pintu masuk pusara Pusponegoro. Entah apa yang tersurat di dalam tulisan itu kami juga belum mengetahuinya. Di bagian atasnya dihiasi dengan ornamen meruncing. Sehingga menyita perhatian para pengunjung makam ini.
[caption id="attachment_300603" align="aligncenter" width="550" caption="Batu nisan kuno dari batu andesit memberi kesan mistis dan angker"]
Siang itu, saat kami bertandang ke sana, suasana tampak sepi. Tidak ada pengunjung lain. Hanya kami berlima. Berbeda sekali dengan kompleks makam Maulana Malik Ibrahim yang ada disebelahnya. Penuh sesak dipadati para peziarah dari berbagai daerah.
Tidak ada juru pelihara makam yang kami temui. Sehingga tidak banyak informasi tentang makam ini yang kami peroleh. Hanya ada beberapa orang yang sedang tidur di pendopo makam. Pihak pengelolah situs makam sengaja mendirikan bangunan pendopo di tengah kompleks makam, mungkin maksudnya untuk beristirahat bagi para peziarah.
[caption id="attachment_300608" align="aligncenter" width="413" caption="Gapura masuk (di dalam kompleks makam) menuju cungkup Bupati Pusponegoro"]
Dari situs yang diterbitkan oleh keturunan Pusponegoro diketahui bahwa Tumenggung Pusponegoro ini merupakan bupati pertama Gresik pada kurun waktu 1669-1732. Beliau akhirnya wafat dan dikebumikan di Desa Gapuro Sukolilo, hanya beberatus kilometer dari alun-alun Kota Gresik. Di dalam kompleks makam juga terdapat makam para tumenggung lainnya yang masih keturunan beliau diantaranya Ario Negoro, Djoyonegoro dan Suronegoro serta para kerabat lainnya.
[caption id="attachment_300606" align="aligncenter" width="413" caption="Pintu masuk cungkup makam Bupati Pusponegoro"]