[caption id="attachment_273044" align="aligncenter" width="400" caption="Pusara pujangga ludruk Cak Durasim di kompleks pemakaman umum Tembok Gede Surabaya"][/caption] Beberapa hari lagi kita akan memasuki Bulan Puasa Ramadhan. Umumnya masyarakat kita di beberapa hari menjelang bulan suci itu menziarahi makam orang tua, leluhur atau sanak keluarga yang meninggal mendahului mereka. Itu pula yang kami lakukan. Sabtu siang, 6 Juli 2013 kami berangkat dari Gresik menuju kompleks Makam Islam Tembok Gedhe, Surabaya. Tujuan utama kami sebenarnya ialah“nyekar” (berziarah) ke makam almarhum bapak saya.
[caption id="attachment_273045" align="aligncenter" width="400" caption="Papan nama kantor makam"]
[/caption] Setelah berdoa di pusara bapak, kami lanjutkan berziarah ke makam pejuang sekaligus pujangga kesenian ludruk Surabaya, ”Gondo Durasim” yang kebetulan ada di kompleks makam yang sama. Makam Islam Tembok Gedhe termasuk salah satu makam yang terbesar di Surabaya. Menjelang bulan Ramadhan yang akan tiba beberapa hari lagi, di kompleks makam ini ramai diziarahi warga.
[caption id="attachment_273046" align="aligncenter" width="400" caption="Penjual bunga ziarah di pinggiran Pasar Tembok Gede Surabaya"]
[/caption] Traveler akan menyaksikan para pedagang bunga ziarah berjajar rapi di pinggir Jalan Tembok Gedhe dekat pintu masuk pekuburan. Sebagian lagi juga berjajar di gang masuk makam. Menjelang bulan yang penuh berkah ini bisnis bunga ziarah makam memang menuai berkah dan lebih laris dari hari-hari biasa. Sementara itu banyak orang termasuk remaja-remaja menawarkan jasa pembersihan makam. Setiap peziarah tidak luput dari tawaran mereka termasuk kami.
[caption id="attachment_273047" align="aligncenter" width="300" caption="Patung Cak Durasim di pusaranya di Tembok Gede Surabaya"]
[/caption] Anak-anak atau remaja itu juga membawa arit dan air dalam botol-botol plastik air mineral yang kemudian ditawarkan kepada para peziarah untuk makam orang tua atau saudara mereka. Para pembersih makam yang umumnya masih berusia remaja itu meminta imbalan seihlasnya kepada ahli waris makam saat mereka “nyekar” ke makam orang tua, sanak kerabat atau leluhurnya
[caption id="attachment_273048" align="aligncenter" width="400" caption="Tulisan di pusara Cak Durasim yang sudah kurang jelas"]
[/caption] Lalu mengapa harus menyambangi pusara Gondo Durasim yang kemudian familiar di panggil Cak Durasim itu. Adakah yang spesial dengan sosok yang satu ini? Dari informasi yang kami dapatkan, Cak Durasim adalah seorang seniman penggagas berdirinya kelompok kesenian ludruk Surabaya sekitar tahun 1930 an. Beliau sebenarnya kelahiran Kota Jombang. Pada tahun 1937 mempopulerkan cerita-cerita legenda Surabaya dalam bentuk seni pentas ludruk.
[caption id="attachment_273049" align="aligncenter" width="400" caption="Warga mengais rejeki dengan berjualan di gang menuju makam cak Durasim"]
[/caption] Cak Durasim adalah seorang pujangga ludruk sekaligus pejuang. Pada tahun 1942 ketika tentara Jepang menduduki Surabaya, melalui pementasan drama kesenian ludruknya beliau membangkitkan semangat dan daya juang arek-arek Suroboyo dan mengkritik habis-habisan Pemerintah Jepang. Lakon ludruknya selain menceritakan legenda Surabaya, Cak Durasim yang bernama lengkap Gondo Durasim ini juga mementaskan cerita perjuangan-perjuangan lokal masyarakat Jawa Timur.Gendhing Jula-Juli Suroboyoannya sangat menyakitkan telinga Penjajah Jepang kala itu.
[caption id="attachment_273050" align="aligncenter" width="300" caption="Nangka di tepi gang masuk pusara Cak Durasim"]
[/caption] Yang pada puncaknya saat pementasan di kawasan Keputran Kejambon Surabaya beliau melantunkan kidungan bernada menyindir (Jawa = pasemon) yang sangat fenomenal itu yang kini juga terpahat di batu nisan makamnya di kawasan Tembok Gedhe Surabaya. Adapun kidungan tersebut berbunyi :
“begupon omahe doro, melok Nippon tambah soro”. Artinya kurang lebih “begupon sangkar burung dara, ikut Jepang bertambah sengsara”. [caption id="attachment_273051" align="aligncenter" width="400" caption="Pusara Cak Durasim dengan latar belakang pepohonan rindang"]
[/caption]
Seperti kita ketahui meskipun lebih singkat namun penjajahan yang dilakukan Bangsa Jepang ini terbukti lebih menyakitkan hati rakyat ketimbang yang dilakukan Belanda selama ratusan tahun. Entah mengapa kidungan Cak Durasim dalam bahasa Jawa Timuran ini ternyata menyulut amarah Jepang yang terkenal sangat kejam itu. Mungkinkah saat itu sudah berkeliaran tilik sandi atau antek-antek Jepang?. Sehingga setiap gerak langkah pementasan ludruk Cak Durasim terendus oleh pemerintah Jepang. Kidungan yang sangat fenomenal itu menyebabkan Cak Durasim dipenjarakan dan disiksa oleh tentara Jepang. Pada tahun 1944 Cak Durasim menghembuskan nafas terakhir di dalam penjara dan jenazahnya dimakamkan di kompleks Makam Islam Tembok Gede Surabaya.
[caption id="attachment_273052" align="aligncenter" width="400" caption="Para peziarah menuju kompleks Makam Islam Tembok Gede"]
[/caption] Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Cak Durasim sebelum dipenjarakan Pemerintah Jepang sampai akhirnya meninggal,melakukan pementasan terakhirnya di Mojorejo-Jombangbukan di Keputran Kejambon-Surabaya. Begitu besar keberanian beliau, melalui pementasan lakon-lakon ludruknya menjadi penyemangat perjuangan rakyat Surabaya dalam melawan penjajah Jepang. Gondo Durasim juga menjadi inspirasi bagi seniman-seniman ludruk saat ini.
[caption id="attachment_273053" align="aligncenter" width="300" caption="Patung setengah badan Cak Durasim di pusaranya"]
[/caption] Nama harum beliau diabadikan menjadi nama sebuah gedung kesenian (Gedung Cak Durasim /Balai Budaya Surabaya) di kawasan Genteng Kali Surabaya. Traveler yang ingin mengunjungi makam dan gedung kesenian Cak Durasim, ada banyak jalur angkutan kota dari Terminal Joyoboyo yang akan mengantar Anda ke tempat ini.
[caption id="attachment_273054" align="aligncenter" width="400" caption="Gedung kesenian Cak Durasim atau Balai Budaya Jawa Timur di Jalan Genteng Kali Surabaya"]
[/caption]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Travel Story Selengkapnya