Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Alamak! Ada Candi Tahan Gempa

20 September 2013   11:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:38 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_289583" align="aligncenter" width="500" caption="Pak Misran, seorang petani yang sempat memberi keterangan saat saya melancong ke Situs Bangkal"][/caption] Keluar dari kawasan Desa Wotanmas, sebelum menuju Situs Jolotundo di Kecamatan Trawas Mojokerto, saya masih harus melanjutkan penelusuran situs merana di Kecamatan Ngoro ini. Tepatnya di Desa Bangkal. Di sana ada sebuah candi cantik, "Candi Bangkal" demikian orang menyebutnya. [caption id="attachment_289586" align="aligncenter" width="450" caption="Papan nama salah satu pesantren di Raya Ngoro. Dari pertigaan ini masih 1 km lagi supaya sampai ke Candi Bangkal"]

1379650750197965914
1379650750197965914
[/caption] Dari lokasi Ngoro Industrial Park (NIP), saya berjalan lagi melewati Jalan Raya Ngoro ke arah timur dari kawasan industri ini. Kira-kira 2 kilometeran. Ada sebuah pertigaan dengan papan nama sebuah pondok pesantren. Nah dari pertigaan itu Candi Bangkal kira-kira masih berjarak 1 kilometer lagi. [caption id="attachment_289588" align="aligncenter" width="450" caption="Papan nama Candi Bangkal"]
13796509351031706803
13796509351031706803
[/caption] Candi Bangkal terletak di tengah areal persawahan warga Dusun Candiharjo. Minggu siang itu keadaan di sekitar candi terlihat lengang tanpa seorang pengunjung selain saya. Tidak ada juru pelihara candi. Untungnya tidak ada pintu pagar sehingga siapapun bisa masuk dengan leluasa, hanya pos jaga yang terlihat baru dibangun dengan papan nama bertuliskan Candi Bangkal. [caption id="attachment_289593" align="aligncenter" width="450" caption="Candi Bangkal dengan taman bunga yang menarik"]
1379651427230445407
1379651427230445407
[/caption] Tidak lama setelah saya melihat-lihat sekitar candi, seorang lelaki cukup tua menuju lokasi candi. Setelah menempatkan sepeda ontelnya Bapak itu bergegas menuju sawah yang berada persis di samping lokasi candi. Pak Misran, begitu panggilan pria yang ternyata salah seorang petani desa ini. Sambil menenteng timba plastik berisi pupuk kimia, Pak Misran sempat memberi keterangan kalau candi ini di dalamnya terdapat relief bergambar burung dan kuda. [caption id="attachment_289594" align="aligncenter" width="450" caption="Jalan di dalam kompleks situs"]
1379651568178716335
1379651568178716335
[/caption] Ketika pertanyaan saya kembangkan lebih lanjut ia malah mengaku tidak banyak mengetahui seluk beluk situs ini. Setelah itu Pak Misran berpamitan hendak menebar pupuk di sawahnya. Sayapun tidak berani mengganggu aktivitas keseharian pria yang asli Desa Bangkal ini. [caption id="attachment_289595" align="aligncenter" width="350" caption="Bagian Candi Bangkal yang mengalami kerusakan"]
13796517001830057103
13796517001830057103
[/caption] Kalau kita atau traveler perhatikan bangunan Candi Bangkal berasal dari batu bata merah. Di bagian tertentu seperti trap tangga masuk ke ruang (bilik) candi, ornamen kala dan ambang candi terbuat dari batu andesit. Di bagian kaki candi terpahat relief atau gambar kombinasi belah ketupat dan bidang persegi. Sementara badan candi (bagian tengah) keadaan batanya sudah banyak yang "keropos". Saya mencoba iseng-iseng memegang dan meremas-remas batu bata candi yang sudah rusak itu dan ternyata rapuh. Jemari tangan saya yang mungil ini berhasil meremukkan sedikit sampel bata yang saya pegang itu. [caption id="attachment_289596" align="aligncenter" width="450" caption="Candi Bangkal meski banyak bagian yang rusak namun lumayan cantik"]
1379651865969091300
1379651865969091300
[/caption] Ini yang justru diwaspadai karena sangat mengkhawatirkan, di tengah-tengah cerita warga setempat kalau Candi Bangkal ini terbilang tangguh dan tahan gempa meski diguncang gempa beberapa kali, namun kini malah keadaannya mengenaskan. Sudah sepi pengunjung selain itu batu batanya terlihat mulai banyak yang keropos. Bisa dibayangkan kalau sebagian besar bangunannya telah rusak maka tidak menutup kemungkinan situs bersejarah ini akan ambruk dalam waktu relatif singkat. Tidak perlu menunggu berlama-lama. [caption id="attachment_289597" align="aligncenter" width="450" caption="Ornamen kala di pintu masuk Candi Bangkal"]
13796520101282380148
13796520101282380148
[/caption] Terdorong oleh rasa penasaran saya akan cerita Pak Misran kalau di dalam bilik candi ada relief bergambar burung dan kuda, maka saya coba memasuki ruangan candi. Saya coba mengarahkan pandangan ke dinding atas candi yang mengerucut itu. Mata jelata saya ternyata tidak sanggup melihat ruangan candi yang gelap itu. Saya juga tidak berspekulasi memotret ruangan dinding atas candi. Pikir saya dalam hati tak mungkin Pak Misran bercerita bohong soal relief itu mengingat ia adalah pria asli desa ini. [caption id="attachment_289598" align="aligncenter" width="450" caption="Sisa potongan hio di dalam bilik candi"]
1379652128516964087
1379652128516964087
[/caption] Hanya cawan kecil dengan potongan hio dan abunya yang masih bisa saya lihat. Aroma baunya masih mengendap di dalambilik Candi Bangkal. Mungkin semalam seseorang telah melakukan ritual tertentu. Kalau kita pikir, para pelaku ritual itu sama sekali tidak menyadari kalau bangunan candi yang mereka jadikan tempat bersemedi itu keadaannya memprihatinkan. Sewaktu-waktu bisa ambruk dan mengancam keselamatan jiwanya. Mereka malah sibuk dengan upacara ritual tanpa pernah memikirkan nasib warisan purbakala yang merana ini. Saya coba mengamati dan meraba-raba dinding candi baik luar maupun dalam, layaknya ahli purbakala saja. Sepertinya tidak saya jumpai relief atau pahatan yang menunjukkan angka tahun atau gambar-gambar spesifik lainnya. Tetapi sebagai awam saya berkeyakinan kalau Candi Bangkal masih berhubungan erat dengan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Hal itu saya dasarkan pada bangunan candi yang terbuat dari batu bata merah dengan bagian-bagian tertentu saja yang terbuat dari batu andesit. Ini sudah menjadi ciri khas Candi Jawa Timuran yang sudah banyak dikenal khalayak. [caption id="attachment_289599" align="aligncenter" width="450" caption="Relief di bagian bawah Candi Bangkal"]
13796522491691353696
13796522491691353696
[/caption] Belum puas dengan Candi Bangkal, saya coba mendekat ke arah bangunan mirip pendopo. Bangunan ini terbilang baru, mungkin fungsinya untuk berteduh dan bersantai bagi para pengunjung situs. Tidak jauh dari pendopo ada beberapa makam entah makam siapa itu. Di dekat pohon besar dekat candi traveler juga akan menemukan beberapa batu andesit dengan bentuk yang kurang jelas. Terlihat ada tungku kecil berisi potongan hio dan sisa bunga. Rupanya lokasi ini juga tidak luput dari buruan pelaku ritual tertentu. [caption id="attachment_289600" align="aligncenter" width="450" caption="Tumpukan bata purbakala di depan Candi bangkal"]
1379652409276425057
1379652409276425057
[/caption] Sementara bila kita melayangkan pandangan ke arah depan Candi Bangkal, traveler akan menyaksikan tumpukan bata purba menyerupai bangunan berbentuk persegi panjang. Bagian atas bangunan itu terdiri dari batu bata yang diletakkan begitu saja. Tanpa bahan perekat dan sebagian lagi batu batanya telah berserakan kesana kemari. Dari penelusuran Google yang saya lakukan, seorang mahasiswa arkeologi Universitas Indonesia bernama Nurmulia Rekso Purnomo dalam kesimpulan skripsinya mengatakan bahwa relief dalam ruangan atas Candi Bangkal yang menurut Pak Misran dikatakan bergambar burung dan kuda, sebenarnya merupakan tokoh yang sedang mengendarai kuda. Sumber lain menyebutnya sebagai tokoh Batara Surya dengan kuda tunggangannya. [caption id="attachment_289601" align="aligncenter" width="350" caption="Ornamen unik di dinding candi"]
1379652530878070367
1379652530878070367
[/caption] Masyarakat Desa Bangkal masih menjunjung tinggi adat leluhurnya. Ini terbukti dengan diadakannya acara sedekah bumi di kawasan candi setiap tahunnya. Acara itu merupakan pernyataan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas segala nikmat yang diberikan kepada masyarakat desa selama ini. Biasanya saat pelaksanaan ritual sedekah bumi juga diselingi dengan pementasan wayang kulit semalam suntuk. Setelah membandingkan beberapa candi lain di Jawa Timur, Nurmulia akhirnya menyimpulkan kalau Candi Bangkal dibangun pada saat Kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Hayam Wuruk dengan maha patihnya Gajah Mada pada kurun waktu tahun 1350 sampai 1389 masehi. Sementara secara kronologi Candi Bangkal didirikan pada tahun 1355 masehi. Secara arsitektural Candi Bangkal memiliki ciri khas yang menjadi warisan keagaaman Hindu Siwa yang banyak dianut di Negara Majapahit kala itu. Nurmulia menambahkan, "sayangnya masalah yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah disaat musim hujan tiba, Candi Bangkal masih tergenang air, tentu para pendiri candi ini dulunya tidak gegabah dalam menentukan lokasi candi ini". [caption id="attachment_289602" align="aligncenter" width="350" caption="Dinding candi dengan bata yang telah rusak (keropos)"]
1379652622539371632
1379652622539371632
[/caption] Entah mengapa genangan air saat musim hujan di sekeliling candi ini hingga kini belum ada yang sanggup mengatasinya. Tidak ada kesungguhan dari pemerintah daerah dan dinas terkait untuk membuatkan saluran irigasi atau drainase agar bangunan candi tidak tergenang air saat musim hujan tiba.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun