Mohon tunggu...
Mawalu
Mawalu Mohon Tunggu... Swasta -

Mawalu

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sadisnya Politik Busuk Pilpres di Indonesia & Amerika

18 Desember 2014   05:25 Diperbarui: 19 September 2016   21:17 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cilakanya, berbagai media massa, media cetak, media elektronik, dan media-media sosial pun ikutan andil bermain cantik sebagai Cheerleaders dalam pesta pora yang mengharu biru perasaan ini. Banyak pihak yang punya kepentingan terselubung ikut bermain memanasi suasana.

Sikap fanatisme yang mendadak muncul semasa pilpres 2014 ini telah mematikan nalar dan membius akal sehat sampai mati rasa. Tak ayal lagi, Prabowo pun dikeroyok tanpa ampun sampai babak belur dan tumbang kelimpungan terseok-seok tak berdaya.

Bukan hanya Prabowo saja, Jokowi pun juga tak luput dihajar hantaman serangan politik busuk yang bertubi-tubi tanpa ampun. Jokowi dituding sebagai keturunan cina, anak dari keturunan PKI, agama Islamnya dipertanyakan, status hajinya pun diragukan, pemakaian Jilbab istrinya, Iriana, dituding hanya sebagai kedok saja.

Revolusi mental yang digagas Jokowi pun tak luput dari serangan badai puting beliung diseluruh negeri dengan tudingan yang bertubi-tubi bahwa ide dan gagasan Revolusi Mental disadur dari paham Marxisme.

Inilah sadisnya politik busuk dinegeri yang dikenal dunia memiliki adat ketimuran yang kental dengan sikap sopan santun dan welas asih terhadap sesama. Sadar atau tidak, kita sebagai warga negara biasa yang buta politik dan tak tahu menahu kepentingan terselubung segelintir golongan pun ikut-ikutan latah tergiring dalam pusaran arus jeram perang opini politik akibat terseret euphoria semu yang seolah-olah tak berkesudahan ini.

Berbagai isu digoreng diatas kuali kemunafikan dengan tambahan bumbu, garam, cabai, dan vitsin supaya lebih lezat dan nikmat disajikan dalam keadaan masih hangat diatas meja perjamuan pentas panggung politik di negeri ini.

Isu yang sudah basi didaur ulang sedemikian rupa menjadi bahan baku yang siap dijual ke pasaran dengan satu tujuan besar; menimbulkan rasa benci dan rasa iba terhadap kandidat Presiden yang diusung.

Tak ayal lagi, kawan pun menjadi lawan, begitu pula sebaliknya. Timbulnya jarak dan jurang pemisah antar Ikatan Persaudaraan dan keluarga pun tak terhindarkan akibat tewasnya hati nurani selama masa pilpres 2014 ini.

Setiap orang bebas beropini, bebas menulis, bebas berpikir, serta bebas mengungkapkan apa yang ada dalam hati nuraninya dan isi kepalanya. Tapi coba dengarlah sekali lagi lagu Indonesia Raya itu. Rasakanlah roh-nya, rasakan spirit-nya. Itulah spirit manusia Indonesia yang sejati, itulah spirit manusia Indonesia yang berbudi luhur dan mulia.

Kita harus punya spirit, harus punya kebanggan diri sebagai manusia Indonesia yang seutuhnya. Sama seperti roh dan spirit dalam lagu Kebangsaan bangsa Amerika, In God We Trust (Dalam Tuhan Kami Berserah).

Hidup di dunia yang fana ini hanya sementara saja, lantas sebenarnya apa yang kita cari?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun