Hari ini aku menulis (lagi). Setelah sekian lama asyik membaca, membaca keadaan, membaca hati dan fikiran, bahkan pada level gilanya, aku berusaha membaca takdir yang direncanakan Tuhan. Semua usaha kukerahkan, untuk kemudian sadar dan menyerah.
Ah, akhir-akhir ini aku hanya sibuk dengan hal-hal kognitif, lantas mengabaikan psikomotorik. Sibuk berfikir, buntu, semakin aku mencoba memikirkannya lebih dalam, semakin aku tak mengerti solusinya. Sibuk berharap-harap, nihil. Semakin aku mencoba mengharapkannya lebih dalam, semakin aku tak mengerti realisasinya. Sibuk merancang, mustahil, semakin aku mencoba merancangnya lebih detail, semakin aku tak mengerti bentuk koordinatnya.
Sebagaimana aku yang sibuk mendengar, hingga bingung bicara. Sibuk merasa, hingga limbung bertindak. Sibuk menerima, hingga pusing menyimpan. Dan sibuk membaca, hingga lupa menulis. Aku telah pergi terlalu jauh, dan nyaris amnesia jalan pulang. Aku telah menjelajah terlalu tinggi, dan tak bisa temukan rumahku lagi.
Seolah baru terjaga dari mimpi panjang, jiwaku kembali berpulang kepada dekapan ruh semangnya. Jika tidak terlalu naf, bolehkah aku nyatakna rasa rindu? Sebelum ia berevolusi menjadi sembilu? Sebelum ia bertemankan pilu?
      Aku rindu,
      Aku rindu diriku yang dulu.
      Aku telah sibuk. Berfikir, berharap, merancang, mendengar, menerima, dan membaca.
      Aku telah sibuk.
      Menjadi orang lain.
      Hari ini aku menulis (lagi). Setelah sekian lama terlalu asyik membaca. Membaca cawan hidup orang lain, dan melupakan hidupku sendiri...
Aku yang baru,
Intan Maurissa