Mohon tunggu...
Muhamad Mauris Faruqi Ali
Muhamad Mauris Faruqi Ali Mohon Tunggu... Serambi Ilmu Mauris

Ilmu adalah harta yang tidak pernah habis. Semakin kita mengeluarkannya, semakin bertambah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Diri Menjemput 10 Hari Terbaik di Awal Dzulhijjah

28 Mei 2025   08:30 Diperbarui: 28 Mei 2025   07:40 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam kalender Hijriah, bulan Dzulhijjah menempati posisi istimewa. Bukan hanya karena menjadi waktu pelaksanaan ibadah haji dan kurban, tetapi juga karena di dalamnya terdapat 10 hari pertama yang paling dicintai Allah SWT. Ini adalah kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk memperbarui niat, memperkuat iman, dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama manusia.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada hari-hari yang amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.”
(HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan bahwa sepuluh hari pertama Dzulhijjah bahkan lebih utama daripada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan dalam hal peluang amal saleh secara umum. Inilah saat terbaik untuk memperbanyak dzikir, tilawah Al-Qur’an, puasa, sedekah, hingga muhasabah diri.

Mengapa 10 Hari Ini Begitu Spesial?

Dalam Surah Al-Fajr ayat 1-2, Allah bersumpah:

وَالْفَجْرِ ﴿١, وَلَيَالٍ عَشْرٍ ﴿٢

“Demi fajar. Dan malam yang sepuluh.”
(QS. Al-Fajr: 1-2)

Penafsiran Ulama:

  1. Tafsir Ibn Katsir:
    Dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Ibn Katsir menyebut bahwa "malam yang sepuluh" adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, sebagaimana pendapat yang diriwayatkan dari Ibn Abbas, Ibn al-Zubair, Mujahid, dan ulama salaf lainnya.

  2. Tafsir Al-Thabari:
    Al-Thabari juga menyampaikan bahwa makna “malam yang sepuluh” menurut mayoritas ulama adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah, meskipun ada sebagian ulama yang menyebut itu adalah sepuluh malam terakhir Ramadhan namun mayoritas mendukung makna Dzulhijjah.

  3. Tafsir Al-Sa'di dan Al-Qurthubi:
    Keduanya juga menguatkan bahwa sumpah Allah dalam ayat ini adalah bentuk pengagungan terhadap 10 hari pertama Dzulhijjah karena keutamaan ibadah ibadah yang ada di dalamnya, seperti puasa, dzikir, haji, dan kurban.

Maka Mayoritas ulama tafsir, seperti Ibn Katsir dan Al-Thabari, menyepakati bahwa “malam yang sepuluh” merujuk pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Jika Allah sampai bersumpah atas waktu tertentu, itu menandakan keutamaan luar biasa dari waktu tersebut.

Sepuluh hari ini mencakup ibadah besar yang tidak terdapat dalam waktu lain: ibadah haji, wuquf di Arafah, puasa Arafah, takbir, dan penyembelihan kurban. Semua ini menunjukkan bahwa Dzulhijjah adalah musim kebaikan yang harus disambut dengan kesiapan hati dan amal.

Refleksi Diri: Apa yang Perlu Kita Perbaiki?

Menjelang dan memasuki 10 hari pertama Dzulhijjah, sudah sepatutnya kita tidak hanya sibuk dengan persiapan lahiriah seperti membeli hewan kurban, tetapi juga mengoreksi batin kita:

  • Apakah kita masih lalai dalam shalat tepat waktu?

  • Apakah kita sudah jujur dalam pekerjaan?

  • Apakah hati kita masih kotor dengan iri dan dengki?

  • Apakah kita cukup peduli pada sesama yang kesusahan?

Ini adalah waktu untuk memperbaiki kualitas ibadah dan akhlak. Waktu untuk menyucikan jiwa dari kesombongan, membangun kepedulian, dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Langkah Kecil, Berdampak Besar

Tidak harus melakukan hal besar untuk meraih pahala di hari-hari ini. Bahkan amal sederhana bisa menjadi besar jika dilakukan dengan ikhlas. Di antaranya:

  • Berpuasa selama 9 hari pertama, terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah), yang disebutkan dalam hadis bisa menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang (HR. Muslim).

  • Bertakbir mulai 1 Dzulhijjah hingga hari Tasyrik.

  • Bersedekah, memperbanyak istighfar, dan mempererat silaturahmi.

  • Meningkatkan kualitas shalat, terutama shalat sunnah rawatib dan tahajud.

Kini Saatnya Kita Meraih Nilai Terbaik di Hadapan Allah SWT

Dzulhijjah bukan hanya tentang ibadah besar yang dilakukan segelintir orang di Tanah Suci. Ini adalah kesempatan kolektif seluruh umat Islam untuk berlomba dalam kebaikan. Sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah panggilan untuk bangkit, kembali kepada Allah, dan meraih derajat takwa yang hakiki.

Jika Ramadhan adalah bulan latihan, maka Dzulhijjah adalah waktu ujian aplikatif: apakah kebaikan itu telah membekas? Apakah hati kita telah berubah menjadi lebih taat dan peduli?

Mari menjemput sepuluh hari terbaik ini dengan hati yang bersih, amal yang ikhlas, dan tekad yang kuat untuk menjadi Muslim yang lebih baik untuk diri sendiri, untuk orang lain, dan untuk Allah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun