Mohon tunggu...
Maurel Radinka
Maurel Radinka Mohon Tunggu... Lainnya - Ilmu Komunikasi UAJY '19

semoga apa yang aku tulis bisa membantu!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konglomerasi Media: Film Superhero Avengers Memberikan Dampak Buruk bagi Anak Kecil

8 November 2020   22:13 Diperbarui: 8 November 2020   22:31 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat Indonesia saat ini tidak bisa lepas dari yang namanya media. Adanya kehadiran media khususnya media massa membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih mudah dalam mendapatkan informasi sekaligus hiburan dalam waktu yang bersamaan. Kehadiran media membantu masyarakat untuk tetap berpikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan (Bimo, 2017). Namun beberapa media saat ini terlihat hanya di kendalikan oleh satu orang dikarenakan adanya kesamaan visi dan misi yang akhirnya membuat mereka tertarik untuk bekerja sama memperoleh keuntungan. Ini lah yang disebut sebagai konglomerasi media. Konglomerasi media massa adalah salah satu cara yang dilakukan oleh stasiun tv maupun penguasaha dalam memasarkan perusahaan nya untuk mendapatkan keuntungan dan juga sebagai alat untuk mengendalikan informasi.
Di Indonesia sendiri ruang publik bagi masyarakat Indonesia untuk mengemukakan aspirasi mereka tergolong minim. Melihat perusahaan media massa yang digunakan hanya untuk kepentingan para pemiliknya bukan masyarakat (Aziz, 2018).  Konglomerasi ini lebih mengarah kepada kepemilikan pribadi suatu perusahaan yang kontrolnya secara langsung atau tidak langsung saling mempengaruhi. Jika dilihat lebih lanjut pemilik atau pengusaha media menjadikan masyarakat sebagai konsumen dari informasi yang mereka berikan, dan melalui itu perusahaan akan mendapatnya keuntungan.
 

Saat ini konglomerasi yang terjadi di Indonesia tidak sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan pribadi Indonesia, melainkan perusahaan media Amerika Serikat pun ikut ambil bagian, contohnya seperti Disney. The Walt Disney Company atau yang lebih sering dikenal sebagai Disney adalah salah satu perusahaan media hiburan terbesar di Amerika Serikat dan bahkan top 1 perusahaan media di dunia. Disney sendiri sekarang berkembang pesat karena film-filmnya yang semakin digemari oleh anak kecil hingga dewasa. Seperti film superhero dari Marvel Studio yang juga merupakan anak perusahaan dari Disney. Menurut Hasibuan dan Sebayang (2019) sebelumnya Disney sempat membeli perusahaan Marvel dengan harga 55 Triliun pada tahun 2009 dan sekarang Disney telah memperoleh keuntungan lebih dari 251 Triliun. Beberapa film yang dibuat oleh Marvel Studio sendiri selalu digemari oleh anak kecil. Seperti film Iron Man, Thor, Hulk, Captain America, Spiderman dan bahkan Avengers yang merupakan gabungan dari beberapa karakter superhero dari Marvel Studio.
 

Adanya film superhero ini sangat membawa dampak yang cukup besar bagi anak-anak, yang dimana pada seusia mereka masih terbilang susah untuk mencerna sebuah informasi. Menurut Roe (2017), anak-anak tidak bisa mengerti bahwa pada film superhero seperti Avengers sebenarnya berusaha memberikan pesan bahwa karakter itu sedang berusaha membela kebenaran dan menyelamatkan dunia. Anak-anak susah untuk menangkap isi pesan yang disampaikan dari film superhero yang dimana adegannya didominasi oleh kekerasan. Beberapa peneliti pun menyatakan bahwa anak-anak yang sering menonton film superhero justru lebih sering menunjukkan sikap agresif. Mengingat film superhero sangat digemari oleh anak kecil karena kostum yang digunakan bagus dan canggih, setiap karakter memiliki kekuatan yang berbeda, dan mungkin beberapa senjata yang membuat anak kecil merasa kagum dan mengidolakan mereka. Bahkan film superhero “Deadpool” sangat tidak dianjurkan untuk ditonton oleh anak berusia 18 tahun kebawah karena berisikan adegan 18+, menggunakan bahasa kasar dan humor dewasa. Adanya konglomerasi media pada perusahaan Marvel Studio menimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan anak kecil yang dimana pada usia mereka tidak bisa mencerna sebuah informasi dengan mengambil sisi positifnya. Perusahaan media Marvel Studio ini justru meraup keuntungan yang sangat banyak karena filmnya yang digemari oleh banyak orang terutama anak kecil.

Daftar Pustaka


Aziz, H. M. (2018). Konglomerasi media antara konvergensi media dan kebebasan berpendapat. Jurnal Ilmu Komunikasi, 16(3). Diakses dari  http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/3203  
Bimo. (2017). Pengaruh media massa terhadap masyarakat. Diakses dari https://pakarkomunikasi.com/pengaruh-media-massa-terhadap-masyarakat
Hasibuan, S. L & Sebayang, R. (2019, Juli 22). Beli Marvel ‘Cuma’ Rp 55 T di 2009, Disney raup Rp 251 T! cnbcindonesia.com. Diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20190722130159-4-86608/beli-marvel-cuma-rp-55-t-di-2009-disney-raup-rp-251-t
Roe, Dan. (2017). Penelitian: film superhero memberi efek negatif pada anak. Diakses dari https://www.vice.com/id/article/3ddzzv/penelitian-film-superhero-memberi-efek-negatif-pada-anak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun