Mohon tunggu...
Maulidya Adzkya
Maulidya Adzkya Mohon Tunggu... Freelancer - Hallo Panggil aja KYA

Menulis sebagai teman penamu. Salam kenal yaa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ekspetasi, Realita

29 Oktober 2020   20:05 Diperbarui: 29 Oktober 2020   20:08 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Halo teman ku :) 

Aku akan menulis tentang sebuah ekspetasi dan realita yang saling berdampingan dalam hidup. 

Berapa kali aku dan kamu terluka oleh sebuah ekspetasi yang tak berjalan pad realita? Jawabannya pasti sering. 

Tapi sesering itu terluka, apakah kamu pernah mencoba berhenti berekspetasi terhadap hidupmu?

Hmm mungkin aku dan kamu pernah mencoba berhenti namun kembali lagi berekspetasi.

Menurut aku, memiliki ekspetaksi adalah salah satu cara kamu untuk siap menghadapi hidup. Mengapa? karena dari ekspetasi itu belajar tentang menyiapkan mental, atau rencana cadangan kalau-kalau realitanya tidak sesuai ekspetasi. 

Beberapa orang ada juga yang memilih membiarkan sebuah ekspetasi hanya berakhir menjadi ekspetasi, bagaimana caranya? 

Ekspetasi itu dibiarkan tanpa sebuah usaha untuk di realisasikan. Jadi, urutan yang benar dalam proses ini adalah ekspetasi-usaha-realita. Terkadang juga alesan kenapa ekspetasi tidak sesuai dengan realitanya adalah karena seringkali sebuah ketakutan diperbesar dibanding usahanya. 

Aku mau sedikit cerita tentang pengalaman aku dalam menerapkan proses ekspetasi-usaha-realita dalam contoh kecil kehidupan. Belakangan ini angkatan sekolah ku akan mengadakan acara reuni, dan pembahasaanya masih berhenti di pengambilan nama tema reuninya. Nah aku itu punya ekspetasi tentang suatu hari ingin punya suatu  acara yang idenya dari aku sendiri. 

Diawal rapat aku tidak banyak bicara, bahkan terkesan diam, monoton mendengarkan teman-temanku memberi usul. Hari itu aku memang punya sebuah usul untuk tema, namun aku memilih diam tidak  mengutarakannya karena takut hasilnya mereka tidak setuju atau tidak suka. Pada proses ini aku lebih mengedepankan rasa takut yang bisa aja tidak akan terjadi. 

Kemudian karena menyesal tidak mengutarakannya, aku mencoba memahami lagi latar belakang reuni agar ide yang aku miliki ini menjadi jawaban dari jalan keluar permasalahan tema reuni. Kalian tahu bagaimana hasilnya?  Ya alhamdulillah, tema yang aku usulkan terpilih. Hasil ini menunjukan bahwa proses yang aku lakukan berhasil yaitu ekspetasi-usaha-realita, aku mengusahakan yang terbaik dalam mewujudkan ekspetasiku agar menjadi realita. 

Oleh karena itu teman, tidak masalah untuk berekspetasi, meski dalam berekspetasi ada kemungkinan kecewa dengan realitanya itu lebih baik dari pada kamu tidak punya ekspetasi apapun dalam hidup mu. Kenapa? karena itu salah satu cara aku atau kamu  dalam menikmati hidup, ekspetasi juga membuat kamu memiliki sebuah rencana dalam mencapai sebuah tujuan.

Hari ini tidak banyak yang bisa aku sampaikan untuk kamu, aku harap kamu suka dan merasa ada yang mendukung dirimu. 

Sampai bertemu tulisan ku selanjutnya ^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun