Mohon tunggu...
Maulida setiani
Maulida setiani Mohon Tunggu... Foto/Videografer - 19160056

Probolinggo

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Perkembangan Vygotsky, Kholberg, dan Hubungan Perkembangan dengan Proses Pendidikan serta Permasalahan Anak

9 Desember 2020   02:30 Diperbarui: 9 Desember 2020   02:38 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pembelajaran kerjasama. Teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi pembelajaran kerja sama. Anak-anak yang bekerjasama saling membantu dalam belajar. Teman-teman yang bekerja dalam zona perkembangan proksimal mereka

Saling memberi contoh dan memungkinkan pembicaraan internal terjadi sehingga setiap orang terbiasa dengan proses penalaran. Dalam hal ini, dimungkinkan bagi guru untuk melakukan pendekatan pembelajaran secara realistis (Contextual Teaching). Metode pengajaran berikut yang dijelaskan oleh Mano (2018) merupakan konsep pembelajaran yang akan membantu guru menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan mereka danmenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan cara ini, siswa akan belajar lebih baik jika apa yang mereka pelajari terkait dengan suatu peristiwa atau fakta yang telah mereka ketahui. Memberi contoh adalah aplikasi bagi siswa untuk memahami pengalaman dan realitasnya. Ini akan menghasilkan proses pembelajaran dan siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa pemikiran Vygostky sangatlah tepat untuk digunakan dalam memahami kemampuan siswa dalam berkomunikasi saat pembelajaran. Untuk itu pembelajaran secara kolaboratif dan kontekstual dapat mendorong perkembangan komunikasi.

  •  Teori Perkembangan Kholberg
  • Teori perkembangan moral Kohlberg adalah teori minyak, perubahan, dan peningkatan dari perkembangan kognitif Piaget. Kekhawatiran tentang persepsi anak terhadap hal-hal yang berkaitan dengan nilai moral dikemukakan oleh Piaget pada tahun 1932 melalui penelitiannya yang mendalam dan mendalam melalui kajian dan analisisanak-anak 4 sampai 12 tahun. Dalam penelitiannya, Piaget mengajukan pertanyaan moral seperti pencurian, kebohongan, hukuman dan kebenaran. Dari hasil penelitiannya, Piaget membagikan proses perkembangan moral melalui penalaran yaitu:
  • 4-7 tahun: tahap moralitas heteronom; pada tahap ini cara berpikir anak tentang keadilan dan peraturan bersifat obyektif dan mutlak (dalam Monks, Knoer, & Haditono, 2001), artinya tidak dapat diubah dan tidak dapat ditiadakan oleh kekuasaan manusia.
  •  7-10 tahun: tahap transisi; anak menunjukkan sebagian sifat dari tahap moralitas heteronom, dan sebagian sifat lain dari tahap moralitas autonom.
  • 10- dan seterusnya: tahap moralitas autonom; anak menunjukkan kesadaran bahwa peraturan dan hukum diciptakan oleh manusia, oleh karenanya dalam menilai suatu perbuatan, anak-anak selain mempertimbangkan akibatakibat yang ditimbulkan oleh suatu perbuatan, juga sekaligus mempertimbangkan maksud dan ikhtiar dari si pelaku.

Teori perkembangan moral yang dikembangkan oleh Piaget kemudian dikembangkan oleh Kohlberg, yang membagi tahapan perkembangan moral dari masa kanak-kanak hingga usia lanjut. Perkembangan akhlak berlanjut hingga usia 16 tahun. 

Oleh karena itu, masyarakat beranggapan bahwa masalah moral akan terus berkembang selama masa remaja. Maka Kohlberg melanjutkan wawancara dengan kelompok remaja agar hasil penelitiannya bisa menjadi kesimpulan sempurna dari apa yang diresepkan Piaget.

Dalam penelitiannya, Lawrence Kohlberg berhasil mendemonstrasikan 6 tahapan dari keseluruhan proses pengembangan pertimbangan moral bagi anak dan remaja. Enam tipe ideal ini diperoleh dengan mengubah Piaget / Dewey menjadi tiga tahap dan menjadikannya tiga "tahap", yang masing-masing dibagi lagi menjadi dua "tahap". Ketiga "level" tersebut adalah level pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.

Anak-anak prekonvensional sering bertindak "baik" dan menanggapi label budaya baik dan buruk, tetapi label ini ditafsirkan dalam istilah fisik (hukuman, penghargaan, kebaikan) atau kekuatan fisik. nama dan penegak kebijakan. tentang baik dan jahat. Tingkat ini biasanya terjadi pada anak-anak berusia antara empat dan sepuluh tahun.

Ada dua tingkatan pada tingkat ini, yaitu: Tingkat I, arah hukuman dan kepatuhan: arah hukuman dan penghormatan yang tak terbantahkan untuk kekuasaan yang lebih tinggi. Konsekuensi fisik dari tindakan, terlepas dari arti atau nilai kemanusiaannya, menentukan kualitas baik dan buruk dari tindakan.

Langkah 2: Orientasi relativis-instrumental: Sikap yang benar adalah sikap yang membantu memuaskan kebutuhan sendiri dan terkadang kebutuhan orang lain. Hubungan manusia dianggap hubungan di depan umum. 

Ada unsur keseimbangan, timbal balik, dan kesetaraan dalam berbagi, tetapi semua itu secara fisik akan selalu diterjemahkan ke dalam hal-hal pragmatis, berdebat daripada masalah kesetiaan, syukur atau kebenaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun