Yogyakarta - Rasanya menyerupai ayam, aromanya pun menggiurkan, namun siapa sangka? Produk ini sama sekali tidak berasal dari hewan. Dikenal sebagai Soyclar, inovasi makanan nabati ini dikembangkan oleh sekelompok pelajar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Kalijaga. Mereka berhasil meracik "ayam" dari kedelai yang bebas dari bahan pengawet dan perasa buatan yang tetap lezat, bergizi, dan ramah lingkungan.
Apa yang mendorong mereka untuk menciptakan inovasi yang luar biasa ini?
"Inspirasi awal muncul dari kepedulian kami terhadap dampak berat industri peternakan terhadap lingkungan dan kesehatan," kata salah satu anggota tim. Pada tahun 2024, jumlah produksi ayam nasional tercatat sebesar 3,88 juta ton. Namun di balik angka tersebut, terdapat berbagai masalah serius yang sering tak terlihat: limbah dari peternakan yang tidak terkelola dengan baik, emisi gas karbon yang tinggi, serta ancaman penyakit seperti Salmonellosis yang globalnya menyebabkan lebih dari 93 juta infeksi dan 150 ribu kematian setiap tahun.
Dengan meningkatnya tren gaya hidup sehat dan kesadaran masyarakat tentang isu keberlanjutan, para mahasiswa ini memperkenalkan alternatif berupa produk ayam berbasis nabati. Produk ini tidak hanya berfokus pada aspek kuliner, tetapi juga menyampaikan pesan tentang lingkungan, kesehatan, dan tanggung jawab sosial.
Soyclar menggunakan kedelai berkualitas tinggi dan bahan tambahan protein nabati bebas gluten yang disebut proteina jumbo. "Kami memilih bahan ini karena nutrisinya tinggi dan teksturnya dapat diolah agar menyerupai daging ayam asli," imbuh mereka.
Namun, tantangan yang dihadapi tidak hanya menciptakan tekstur yang menyerupai daging, tetapi juga mereplikasi rasa gurih khas ayam. Yang menarik, tim Soyclar berhasil mengatasi tantangan ini tanpa menggunakan aditif atau pengawet buatan. Mereka memanfaatkan teknik pengolahan alami, mulai dari proses fermentasi ringan hingga teknik ekstrusi yang mengubah tekstur bahan nabati menjadi lebih berserat dan juicy seperti daging ayam.
Permasalahan ini terpecahkan berkat penelitian yang mendalam dan eksperimen yang berulang. Tim ini tidak hanya perhatian pada rasa, tetapi juga mencermati aroma, warna, dan pengalaman saat menikmati makanan. "Kami mencari bukan hanya rasa yang serupa, tetapi juga pengalaman kulinernya," tambah mereka.
Dan hasilnya? Sangat mengejutkan!
Banyak orang yang mencicipi Soyclar untuk pertama kalinya tidak menyadari bahwa ini bukan daging ayam asli. "Sebagian besar mengatakan bahwa mereka baru mengetahui setelah kami memberitahu. Bahkan ada yang tetap bersikeras bahwa itu adalah ayam asli," ujar tim sambil tertawa. Reaksi seperti ini bagi mereka menjadi indikasi bahwa pendekatan mereka telah berhasil.
Menariknya, inovasi ini tidak hanya berfokus pada rasa. Tim Soyclar juga menerapkan prinsip zero waste dalam proses produksi mereka. Limbah kedelai yang biasanya dibuang, mereka olah menjadi produk lain seperti pupuk cair dan sabun alami. Dengan demikian, setiap tahap produksi memiliki manfaat tambahan, selaras dengan konsep ekonomi sirkular yang saat ini menjadi perhatian dunia.