Mohon tunggu...
mros
mros Mohon Tunggu... Mahasiswa - helo

haii everyone-!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Belajar Arti Bersyukur

9 Mei 2022   22:29 Diperbarui: 11 Mei 2022   17:08 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal itu membuat Mbah Sanatun terpukul, yang setiap harinya beliau hidup berdua dengan suaminya harus tinggal seorang diri. Meskipun telah tinggal puluhan tahun bersama suaminya, mbah sanatun tidak pernbah tau berapa penghasilan suaminya. Yang mbah sanatun tau setiap harinya beliau diberi uang sebesar 20 ribu oleh suaminya. 

Dengan uang tersebut, mbah sanatun pergi ke warung membeli beras dan lauk untuk dimasak dirumah. Selesai memasak, Mbah sanatun dengan suaminya makan berdua. Namun hal itu tidak dapat dilakukan bersama lagi, semenjak kematian suaminya 5 tahun lalu.

Mbah sanatun sempat mengalami depresi, depresi beliau ini disebabkan karena mbah tidak memiliki uang sepeserpun. Bahkan mbah sanatun pernah mengamen di jalanan sambal menari nari atau berjoget. 

Selain mengamen di pinggir jalan, beliau juga penah meminta-minta dan juga akan marah ketika tidak diberi oleh orang yang dimintai. Dengan hal itu para tetangga merasa khawatir, dan menyadarakan mbah atas keadannya. 

Untuk sekarang ini mbah sanatun sudah jarang mengamen dan meminta-minta. Mungkin pernah sesekali beliau melakukan hal itu lagi ketika uang beliau benar benar habis.

Selain mendengar cerita dari mbah sendiri, aku juga mendengar cerita dari Ibu Yuni (tetangga mbah sanatun). Ibu yuni bercerita bahwa mbah sanatun ini beberapa kali berteriak teriak dan ingin menyusul sang suami yang telah meninggal. 

Mbah juga merasa bosan, depresi, dan kesepian karena hidup seoarang diri. Yang hanya bisa menggandalkan dari para tetangga, para tetangga juga memaklumi akan hal tersebut karena usia beliau yang sudah tua dan juga adanya keterbatasan fisik maupun ekonomi.

Meskipun demikian, mbah sanatun tidak lupa akan kewajiban beliau sebagai umat muslim. Terkadang beliau pergi ke Mushola atau Masjid terdekat bersama para tetangga untuk menunaikkan sholat berjamaah. Selain itu, mbah juga sering mengucap kalimat kalimat Hamdallah maupun Istigfar.

Dengan aku berkunjung dan banyak mengobrol dengan mbah sanatun banyak pelajaran yang didapat dari kisah beliau dan suaminya. Bagaimana sulitnya mencari penghasilan atau nafkah di era yang serba modern dan cepat ini.

Semangat mbah sanatun dan suami, kebaikan para tetangga, dan masih banyak hal lain. Mungkin benar apa yang dikatan banyak orang bahwa tetangga adalah saudara dekat kita. 

Saling tolong menolong dan berbuat baik kepada tetangga sekitar adalah hal yang baik dan mulia. Apalagi bulan ini bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, dimana kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk berpuasa. Agar kita bisa merasakan bagaimana yang saudara-saudara kita rasakan setiap harinya. Seperti lapar dan haus bahkan tidak makan sampai berhari hari karena tidak ada uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun